Bisnis.com, JAKARTA — Terkadang ada orang yang memegang teguh keyakinannya akan suatu hal. Ketika diberi bukti baru yang membantah keyakinannya, mereka tidak bisa menerima.
Ketika hal itu menimbulkan suatu perasaan yang sangat tidak nyaman, hal ini bisa mengarah ke kejanggalan kognitif atau disonansi kognitif.
Akhirnya untuk melindungi keyakinannya maka mereka akan mencari pembenaran, mengabaikan, dan menolak apapun yang tidak sesuai dengan keyakinannya terhadap suatu hal.
Istilah disonansi kognitif biasa dikenali saat pelajaran psikiatri/ilmu kedokteran jiwa saat pendidikan dokter.
Contoh yang paling mudah mengenai disonansi kognitif yakni orang percaya bahwa Covid-19 berbahaya, namun tetap tak menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Sejak pandemi, banyak sekali orang dengan karakter disonansi kognitif yang sering ditemui di media sosial, seperti halnya yang dikatakan oleh Dokter RA Adaninggar melalui akun Instagram @drningz.
Dalam konteksnya, “keyakinan” akan Covid dan seputar Covid, orang-orang yang janggal secara kognitif ini sering menyerang orang lain yang tidak sesuai dengan keyakinannya. Bahkan tidak sedikit yang sampai memfitnah dan merisak.
Menariknya lagi, ternyata tingginya tingkat pendidikan seseorang tidak berhubungan dengan kejanggalan kognitif yang dialami.
Ada yang berpendidikan tinggi tapi mengalami disonansi kognitif, sebaliknya ada juga yang tidak berpendidikan tinggi tapi tidak mengalami disonansi kognitif.
Disonansi kognitif dapat membuat orang merasa tidak nyaman, terutama jika perbedaan antara keyakinan dan perilaku mereka melibatkan sesuatu yang penting bagi perasaan diri mereka.
Misalnya, berperilaku dengan cara yang tidak selaras dengan nilai-nilai pribadi yang dapat mengakibatkan perasaan tidak nyaman yang intens.
Ketidaknyamanan ini dapat memanifestasikan dirinya dalam berbagai cara. Orang tersebut bisa jadi merasa cemas, malu, menyesal, sedih, malu, dan tertekan.
Disonansi kognitif bahkan dapat memengaruhi perasaan dan pandangan orang tentang diri mereka sendiri, yang mengarah pada perasaan negatif tentang harga diri dan harga diri.
Karena orang ingin menghindari ketidaknyamanan ini, disonansi kognitif dapat memiliki berbagai efek. Disonansi dapat memainkan peran dalam bagaimana orang bertindak, berpikir, dan membuat keputusan.
Orang dengan disonansi kognitif bisa merasa malu dengan keyakinan dan perilaku mereka yang bertentangan. Sehingga beberapa orang cenderung menyembunyikan perbedaan tersebut dari orang lain.
Disonansi kognitif pun bisa memengaruhi kemampuan untuk berpikir kritis tentang suatu situasi tetapi membantu meminimalkan perasaan disonansi.