Bisnis.com, JAKARTA – Tidak hanya kaya akan destinasi wisata dan berbagai kuliner yang sedap, Yogyakarta juga menghasilkan berbagai macam produk kriya yang populer.
Salah satu produk kriya asli Yogyakarta yang populer dan masih menjadi incaran banyak wisatawan adalah kerajinan perak khas Kotagede.
Dikutip dari laman resmi Kemenparekraf, Minggu (8/5/20220), berada di jantung Kota Yogyakarta, kerajinan perak Kotagede sudah ada sejak zaman Belanda. Awalnya kerajinan perak hanya dikhususkan untuk pesanan Keraton.
Namun seiring berjalannya waktu, istri gubernur Belanda kala itu, Mary Agnes, mengembangkan industri kerajinan perak di Kotagede.
Sering dijuluki “Jewellery of Jogja”, Kotagede masih menjadi sentra kerajinan perak populer di Indonesia, dan selalu ramai dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Berjejernya berbagai macam toko kerajinan perak menjadi salah satu bukti banyak warga Kotagede yang menggantungkan hidupnya dari subsektor kriya satu ini.
Pengrajin di Kotagede dikenal telaten dalam seni menempa, mengukir, dan membentuk perak menjadi berbagai macam bentuk. Kepiawaian mereka dalam membuat ukiran perak sudah dikuasai secara turun-temurun, dari generasi ke generasi.
Seluruh pengrajin perak di Kotagede juga menciptakan ratusan jenis kerajinan yang unik dan sangat khas, mulai dari cincin, bros, miniatur sepeda, miniatur andong, dan berbagai perhiasan hingga aksesori lainnya.
Seluruh kerajinan perak yang dihasilkan para pengrajin di Kotagede tidak hanya unik dan indah, melainkan menjadi karya seni bernilai tinggi. Harga kerajinan perak yang ditawarkan bervariasi, mulai dari belasan ribu hingga puluhan juta rupiah, tergantung dari tingkat kerumitan pembuatannya.
Saking indahnya, banyak turis mancanegara berdatangan mencari perhiasaan perak khas Kotagede sebagai aksesori atau cenderamata. Menariknya lagi, keindahan hasil kerajinan perak Kotagede juga banyak yang diekspor ke luar negeri.
Tentu saja perkembangan kerajinan perak di Kotagede menjadi langkah awal yang sangat baik bagi perekonomian Indonesia. Mengingat, industri kerajinan perak menjadi salah satu industri kreatif yang potensial untuk terus dikembangkan dan berdaya saing tinggi.
Selain membuka peluang lapangan kerja seluas-luasnya, popularitas kerajinan perak di pasar internasional juga dapat terus mendorong kebangkitan ekonomi nasional pasca pandemi.
Mengutip dari Outlook Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia 2020/2021, selama pandemi pertumbuhan subsektor kriya mengalami penurunan pendapatan sekitar -3,31 persen. Tetapi, subsektor kriya tetap berdiri tangguh menghadapi dampak pandemi dan berhasil bertahan secara perlahan.
Subsektor kriya menyumbangkan Rp166,13 Triliun untuk PDB (Pendapatan Domestik Bruto) Nasional pada 2020, dan menjadi subsektor ekonomi kreatif dengan pendapatan terbesar kedua, yakni sebesar US$4,95 pada tahun yang sama.
Di Indonesia, kriya menjadi salah satu subsektor yang sangat dekat dengan industri pariwisata Indonesia. Berbagai macam kerajinan tangan dihasilkan dengan ciri khas tersendiri, mulai dari kerajinan tangan berbahan kayu, logam, kulit, kaca, keramik, tekstil, hingga perak.