Rosihan Anwar/antara
Relationship

Sejarah Hari Ini, Seabad Rosihan Anwar

Mia Chitra Dinisari
Selasa, 10 Mei 2022 - 08:39
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Hari ini, 10 Mei 2022 merupakan seabad usia mendiang Rosihan Anwar, jika dia masih hidup.

Rosihan Anwar lahir pada 10 Mei 1922 dan meninggal dunia pada 14 April 2011). Dia adalah tokoh pers, sejarawan, sastrawan, dan budayawan Indonesia. Rosihan merupakan salah seorang yang produktif menulis. Dia pernah dicalonkan sebagai Anggota Konstituante mewakili Partai Sosialis Indonesia.

Hingga akhir hayatnya, dia masih setia menulis.

Mengutip Kemdikbud, penulis ini lahir di Kubang Nan Duo, Kabupaten Solok, Sumatra Barat pada 10 Mei 1922. Pendidikan pertamanya adalah Hollands Inlandse School (HIS), yang lalu dilanjutkan pada tingkat SMP, yaitu Meer Uitgebreid Lager Onderweijs (MULO), dua-duanya di Padang.

Barulah ketika melanjutkan ke tingkat SMA, Algemene Middelbare School (1939—1942) di kota Yogyakarta, Rosihan Anwar hijrah ke Pulau Jawa. Persinggahan Rosihan Anwar dalam kesusastraan Indonesia mungkin hanya melekat dalam kenangan murid-murid SMP/SMA pada tahun 1950—1960-an lewat dua buku karya H.B. Jassin, Gema Tanah Air (1948) dan Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang (1948), yang diajarkan oleh guru Bahasa Indonesia, ketika membicarakan cerpennya "Radio Masyarakat".

"Ramalan" H.B. Jassin ketika itu terbukti di masa depan, ketika membicarakan karya Rosihan Anwar dengan penyataannya, "penyair penangkap saat yang bercorak nasionalis dan jurnalis pengarang reportase dan kisah perjalanan" (Pendahuluan Gema Tanah Air/1948: 8). Sebagai sastrawan, Rosihan Anwar memenangi sayembara menulis cerpen pada masa Jepang, dengan judul "Radio Masyarakat". Karena, apabila kita amati, Rosihan memang tidak mengkhususkan diri untuk menjadi sastrawan.

Predikat yang sangat layak dan patut dibanggakannya sebagai "wartawan senior", kiranya bisa dimanfaatkan bagi para wartawan muda untuk berguru kepadanya. Istilah "Angkatan 45" yang dikenal dalam dunia kesusastraan Indonesia berasal dari kata-kata Rosihan Anwar. Rosihan Anwar adalah penyandang Bintang Kerajaan Tunisia (1955), Bintang Mahaputra Utama I (1973), dan Bintang Rizal Piliphina (1977). 

Diapun menerima Pena Mas dari Konggres Nasional XVI PWI (1978). Pertama kali Rosihan bekerja untuk surat kabar Asia Raya (1943—1945), yang kemudian berganti nama menjadi Merdeka (1945—1946). Di sana ia bertindak sebagai editor-kepala hingga tahun 1946. Dalam tahun yang sama ia menjadi pengawal Lord Killearn, perantara Inggris dalam Perjanjian Linggarjati di Kuningan, Jawa Barat. Pada tahun itu pula Rosihan mengikuti kursus Diplomat yang diadakan Kementerian Luar Negeri.

Rosihan memulai karier jurnalistiknya sebagai reporter Asia Raya pada masa pendudukan Jepang tahun 1943 hingga menjadi pemimpin redaksi Siasat (1947-1957) dan Pedoman (1948-1961).

Pada masa perjuangan, ia pernah disekap oleh penjajah Belanda di Bukit Duri, Batavia (kini Jakarta). Kemudian pada tahun 1961, koran Pedoman miliknya dibredel penguasa. Pada masa Orde Baru, ia menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (1968-1974). Tahun 1973, Rosihan mendapatkan anugerah Bintang Mahaputra III, bersama tokoh pers Jakob Oetama. Namun kurang dari setahun setelah Presiden Soeharto mengalungkan bintang itu di lehernya, koran Pedoman miliknya ditutup.

Pada 1950, bersama Usmar Ismail dia mendirikan Perusahaan Film Nasional (Perfini). Dalam film pertamanya, Darah dan Doa, ia sekaligus menjadi figuran. Dilanjutkan sebagai produser film Terimalah Laguku. Sejak akhir 1981, dia mempromosikan film Indonesia di luar negeri dan tetap menjadi kritikus film sampai akhir hayatnya. Pada tahun 2007, Rosihan Anwar dan Herawati Diah, yang ikut mendirikan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Surakarta pada 1946, mendapat penghargaan 'Life Time Achievement' atau 'Prestasi Sepanjang Hayat' dari PWI Pusat.

Karier Rosihan Anwar

1. Tahun 1947 mendirikan dan memimpin warta sepekan Siasat (1947—1957), mendirikan dan memimpin harian Pedoman tahun 1948—1961 dan 1968—1974, dan terakhir menjadi pemimpin redaksi Citra Film (1981—1982).

2. Dia pernah menjadi koresponden Hindustan Times, New Delhi, Inia1(968—1969), World Forum Forum Features, London, Inggris (1966—1968), majalah mingguan Asia, Hongkong (1970—1971), Asiaweek, Hongkong (1979—sekarang), The Age (Melbourne, 1967—1968), kolumnis dan reporter surat kabar The Straits Times, Singapura (1976—1981), The New Strait Times, Luala Lumpur, Malaysia (1976—1981), dan editor untuk Indonesia majalah Asia-Pacific.

3. Di dalam negeri Rosihan Anwar tercatat sebagai kolumnis buletin Business News, Jakarta (1963—sekarang); surat kabar Kompas, harian Kami, dan Angkatan Bersenjata, Jakarta (1966—1968); surat kabar Pos Kota, majalah Kartini, dan majalah Selecta, Jakarta; surat kabar Pikiran Rakyat, Bandung; Waspada Medan; Haluan Padang, Lampung Pos Bandar Lampung; Kedaulatan Rakyat Yogyakarta, Surabaya Pos, Bali Pos, Banjarmasin Pos, dan Pedoman Rakyat Makassar.

4. Dalam kariernya sebagai ahli jurnalistik, Rosihan pernah menjadi Ketua Umum PWI Pusat (1970—1973), Ketua Pembina PWI Pusat (1973—1978 dan 1978—1983); Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat (1983—1988), Direktur Program Karya Latihan Wartawan PWI Pusat, anggota Tim Ahli Lembaga Pertahanan Nasional (1973—1974), anggota Pengurus Yayasan Tenaga Kerja Indonesia (1969), anggota Staf Pusat Pembinaan Sumber Daya Manusia, anggota Asia Mass Communication Research and Information Centre (Sungapura, 1971), anggota MPR untuk fraksi Golkar (1973—1978), anggota Dewan Film Nasional, dan konsultan UNESCO yang bertugas di Sri Lanka (1980).

5. Antara tahun 1963—1968 sempat bekerja di perusahaan swasta yang bergerak di bidang mesin perkapalan, Indo Marino, Jakarta. Dunia perfileman dan drama ia tekuni sejak tahun 1944. Bersama Usmar Ismail ia membentuk kelompok sandiwara amatir Maya.

6. Kemudian tahun 1950 mendirikan perusahaan film sendiri yang diberi nama Perfini. Film pertama yang digarapnya adalah Darah dan Do'a. Beberapa film lainnya Lagi-Lagi Krisis (1956), Big Village (1970), Karmila (1975), dan Tjoet Nja' Dien (1987—1988), serta sandiwara Mahkamah (1989).

7. Sejak tahun 1977 menjadi anggota Dewan Film Nasional (DFN). Pada tahun 1986—1989) menjadi Ketua Dewan Pembina Persatuan Perusahaan Film Indonesia dan Ketua Dewan Kehormatan (1989—1992).

Penghargaan

1. Beberapa penghargaan diterima Rosihan Anwar yaitu Bintang Kerajaan Tunisia (1955), Bintang Maha Putra Utama II (1973), dan Bintang Filipina (1977).

2. Dia pun menerima Pena Mas dari Konggres Nasional XVI PWI (1978.)

3. Anugerah Kesetiaan Berkarya sebagai Wartawan (2005)

4. Life Time Achievement (2007)

Karya Rosihan Anwar

"Radio Masyarakat" dalam Gema Tanah Air (editor HB Jassin, 1948)
Ke Barat dari Rumah (bersama Mochtar Lubis & S. Tasrif, 1952)
India dari Dekat, 1954
Dapat Panggilan Nabi Ibrahim, 1959
Masalah-Masalah Modernisasi, 1965
Islam dan Anda, 1962
Raja Kecil (novel), 1967
Pergerakan Islam dan Kebangsaan Indonesia, 1971
Ihwal Jurnalistik, 1974
Kisah-kisah zaman Revolusi, 1975
Profil Wartawan Indonesia, 1977
Kisah-kisah Jakarta setelah Proklamasi, 1977
Jakarta menjelang Clash ke-I, 1978
Ajaran dan Sejarah Islam untuk Anda, 1979
Bahasa Jurnalistik dalam Komposisi, 1979
Mengenang Sjahrir (editor, 1980)
Sebelum Prahara: Pergolakan Politik 1961-1965, 1981
Menulis Dalam Air, autobiografi, SH, 1983
Musim Berganti, Grafitipress, 1985
Perkisahan Nusa: Masa 1973-1985, 1986
Sejarah Kecil "Petite Histoire" Indonesia: Jilid 1-4, 2004-2010

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro