Bisnis.com, JAKARTA - Orang yang menderita kanker dubur baru saja mengalami keajaiban ilmiah. Melalui penelitian, obat kanker ini digadang-gadang bisa menyembuhkan kanker dubur.
Pasalnya, kanker di bagian rektum pasien tiba-tiba lenyap begitu saja setelah melewati sebuah pengobatan eksperimental. Percobaan eksperimental tersebut dilakukan oleh dokter di Pusat Kanker Memorial Sloan Kettering New York Amerika Serikat (AS). Dokter memberi pasien obat yang disebut Dostarlimab selama enam bulan.
Percobaan medis menggunakan obat Dostarlimab tersebut berhasil menghilangkan setiap sel kanker yang diidap oleh pasien.
Baca Juga Kenali Gejala Kanker Hati di Perut |
---|
Kelompok percobaan terdiri dari 18 pasien yang menderita kanker dubur. Namun, masih banyak yang harus dipelajari tentang detail cara kerja pengobatan tersebut. Beberapa ilmuwan mengaku hasil seperti itu belum pernah terlihat dalam sejarah penelitian kanker.
“Kami sangat optimis [pada hasil percobaan]. Kami belum pernah melihat apa pun yang berhasil pada 100 persen orang dalam pengobatan kanker,” ungkap Dr. Hanna Sanoff dari University of North Carolina's Lineberger Comprehensive Cancer Center yang dilansir dari NPR pada Rabu (8/6/2022).
Dr. Sanoff menguraikan bagaimana obat Dostarlimab bekerja dan apa artinya untuk masa depan penelitian kanker.
Meskipun dia tidak terlibat dalam penelitian ini, Dr. Sanoff telah menulis tentang hasilnya. Menurutnya, Dostarlimab merupakan salah satu kelas obat yang disebut inhibitor pos pemeriksaan kekebalan.
"Ini adalah obat-obatan imunoterapi yang bekerja tidak dengan menyerang kanker itu sendiri secara langsung, tetapi benar-benar membuat sistem kekebalan seseorang bekerja secara esensial,” jelasnya.
Dia menilai obat-obatan ini telah ada di melanoma dan kanker lainnya cukup lama, tetapi belum menjadi bagian dari perawatan rutin kanker kolorektal hingga saat ini.
Adapun dalam masa percobaan, diketahui hanya sedikit efek yang ditimbulkan dari pengobatan tersebut.
“Pada kenyataannya, sangat sedikit [efek yang ditimbulkan obat ini]. Kebanyakan orang tidak memiliki efek samping yang parah sama sekali,” kata Dr. Sanoff.
Melihat keajaiban ini, dia berharap pengobatan eksperimental yang sedang didalami para peneliti akan membawa perubahan praktik di masa depan.
Meskipun kelompok percobaan hanya mewakili sebagian dari jumlah penderita kanker dubur, tetapi Dr. Sanoff yakin bahwa pengobatan ini akan berhasil mengobati seluruh penderita di masa depan.
Walaupun percobaan ini tidak akan berakhir menjadi 100 persen, dia berharap untuk subkelompok orang ini, yang hanya sekitar lima persen hingga 10 persen orang yang menderita kanker dubur.
"Jika mereka dapat melanjutkan dan hanya mendapatkan enam bulan imunoterapi dan tidak memiliki sisa dari ini, saya bahkan tidak tahu kata yang digunakan. Pergeseran paradigma sering digunakan, tetapi ini benar-benar merupakan pergeseran paradigma,” ucapnya.