Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memperkirakan puncak varian omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia bakal terjadi pada Juli 2022.
Dalam konferensi pers yang dikutip dari channel youtube sekretariat presiden, Menkes mengatakan berdasarkan pengamatan, puncaknya akan muncul sebulan setelah kasus pertama muncul.
"Gelombang BA.4 BA harusnya di minggu kedua atau ketiga Juli akan melihat puncak dari BA.4 dan BA.5 ini,
jika memang masyarakat siap termasuk booster yang baik, kemungkinan besar puncaknya tidak akan tinggi.
Dan ditambah booster daya tahan imunitas masyarakat bisa bertahan hingga 6 bulan lagi atau Februari Maret 2023.
"Jika kita bisa jaga, maka akan menjadi negara dalam 12 bulan tidak alami lonjakan kasus. Karena biasanya 6 bulan alami lonjakan kasus," paparnya.
Menkes juga mengatakan dari hasil pengamatan, puncak dari penularan BA.4 dan BA.5 juga diperkirakan sekitar sepertiga dari puncak delta dan omicron, kasus hospitalisasi juga sepertiga kasus delta dan omicron dan kematian sepersepuluh dari kasus kematian delta dan omicron.
Jadi, lanjutnya, walaupun menyebabkan kenaikan di berbagai dunia, namun puncak kenaikan, hospitalisasi dan kematian jauh lebih rendah daripada kasus omicron atau delta sebelumnya.
Sementara itu, terkait kasus positif BA.4 dan BA.5, katanya, saat ini sudah ada delapan kasus, tiga diantaranya adalah kasus impor kedatangan luar negeri dari mauritius, AS dan Brasil yang datang ke acara global platform for disaster Risk Reduction di Bali, sedangkan lima kasus adalah transmisi lokal.
4 terdeteksi di Jakarta dan 1 di Bali. transmisi lokal sudah terjadi di Jakarta. Terkait kenaikan kasus konfirmasi di DKI, Jabar, Bali dan Banten.
Budi memaparkan, berdasarkan indikator transmisi Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO kondisi penanganan pandemi di tanah air masih relatif baik dibandingkan negara-negara lain. Standar WHO untuk kasus konfirmasi level 1 adalah maksimal 20 kasus per minggu per 100 ribu penduduk, sementara Indonesia masih 1 kasus per minggu per 100 ribu penduduk.
“Positivity rate-nya juga WHO mengasih standar 5 persen, kita masih di angka 1,36 persen. Reproduction rate (Rt) atau reproduksi efektif itu juga dikasih standarnya di atas 1 yang relatif perlu dimonitor, kita masih di angka 1. Sehingga dari tiga indikator transmisi, kondisi Indonesia masih baik,” terangnya.
Arahan Presiden, vaksinasi booster terus diingatkan terus, karena sekarang bulan juni juli semua negara sudah alami kenaikan kasus.
Budi menyampaikan, varian BA.4 dan BA.5 memicu kenaikan kasus di sejumlah negara. Namun, varian tersebut memiliki tingkat kenaikan kasus, hospitalisasi, maupun kematian yang jauh lebih rendah dibandingkan awal munculnya varian Omicron
Meski situasi pandemi terkendali, pemerintah terus mengantisipasi lonjakan kasus. Upaya yang dilakukan di antaranya dengan mengakselerasi vaksinasi booster dan meminta masyarakat untuk tetap disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.
Budi menambahkan, pihaknya juga akan kembali melakukan sero survei sebagai salah satu dasar pengambilan kebijakan dalam menghadapi pandemi.
“Diharapkan minggu ketiga Juli atau minggu keempat Juli sudah keluar hasilnya sehingga sebelum 17 Agustus, Hari Kemerdekaan, kita bisa mengambil kebijakan yang lebih tepat berbasis data mengenai bagaimana penanganan pandemi ke depannya,” pungkasnya.