Ilustrasi seorang pria sedang membaca niat puasa/Freepik
Relationship

Niat Puasa Asyura, Arti, dan Keutamaannya di Bulan Muharram

Widya Islamiati
Jumat, 5 Agustus 2022 - 18:04
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Bulan Muharram dalam kalender Hijriah merupakan bulan pertama, dalam bulan ini pula umat Islam merayakan tahun baru Islam.

Bulan ini masuk ke dalam salah satu bulan yang mulia atau asyhurul haram, yang mengandung banyak kejadian penting dalam bulan ini.

Umat Islam di Indonesia umumnya melakukan puasa Asyura pada bulan ini. Dilansir dari NU Online, Asyura berarti ksepuluh yang diagungkan. Banyak pula yang mengartikan kata ini sebagai hari ke sepuluh di bulan Muharram.

Puasa Asyura erat kaitannya dengan kaum Yahudi dan Nabi Musa. Seperti yang terdapat dalam sebuah hadits yang disampaikan oleh Abdullah bin Abbas.

Bermula Ketika Nabi Muhammad menemukan kaum Yahudi sedang berpuasa, lantas Nabi bertanya tentang hal itu, dan kaum Yahudi menjawab bahwa mereka berpuasa karena di hari Asyura lah Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun dan pengikutnya, hari Asyura dianggap Agung, dan Kaum Yahudi berpuasa sebagai ungkapan rasa syukur.

Mendengar hal itu, Nabi bersabda, “Maka Kami dengan Musa lebih berhak dan lebih utama dari pada kalian, kemudian Nabi berpuasa dan juga memerintahkan untuk berpuasa,” HR Bukhari dan Muslim. Hadist lain yang diriwayatkan oleh perawi yang sama juga menyebutkan bahwa Aisyah pernah berkata, kaum Quraisy juga berpuasa di hari Asyura pada masa jahiliah.

Kemudian Nabi bersabda, “Barang siapa yang ingin berpuasa, dipersilakan berpuasa. Dan barang siapa yang tidak ingin berpuasa, maka tidak berpuasa.” Artinya, meskipun pada hari ke sepuluh bulan Muharram ini diagungkan, umat Islam tidak diwajibkan untuk berpuasa, namun hukumnya sunnah. Pengertian sunnah sendiri adalah berpahala jika dilakukan, dan tidak berdosa jika tidak dilakukan.

Meskipun demikian, puasa sunnah ini termasuk puasa sunnah yang dianjurkan. Ada hadist yang diriwayatkan oleh Muslim menyebutkan, Nabi pernah bersabda bahwa puasa di bulannya Allah (bulan Muharram) adalah puasa yang utama setelah puasa di bulan Ramadhan.

Ada pula Riwayat lain yang menyebutkan keutamaan dari berpuasa Asyura, bermula Ketika Nabi ditanya tentang puasa Asyura dan Nabi menjawab, “Puasa tersebut (Asyura) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu,” (HR Muslim).

Dosa-dosa yang dimaksud dalam Riwayat ini adalah dosa-dosa kecil. Tetapi akan membantu meringankan dosa-dosa yang besar, jika tidak memiliki dosa, orang yang berpuasa Asyura akan diangkat derajatnya. Saat ini sudah memasuki Muharram tahun 1444 H dan sebentar lagi akan menginjak tanggal sepuluh, waktunya umat Islam yang berkehendak berpuasa, untuk melaksanakan puasa Asyura.

Berikut bacaan niat puasa Asyura dan terjemahannya:

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ.

Artinya, “Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah SWT.”

Orang yang mendadak di pagi hari ingin mengamalkan sunah puasa Tasu’a atau Asyura diperbolehkan berniat sejak ia berkehendak puasa sunah. Karena kewajiban niat di malam hari hanya berlaku untuk puasa wajib (menurut madzhab Syafi’i).

Untuk puasa sunah, niat boleh dilakukan di siang hari sejauh yang bersangkutan belum makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak subuh. Ia juga dianjurkan untuk melafalkan niat puasa Tasu’a atau Asyura di siang hari. Berikut ini lafalnya.

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â awil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ

Artinya, “Aku berniat puasa sunah Tasu’a atau Asyura hari ini karena Allah SWT.”

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro