Bisnis.com, JAKARTA - Stephen tWitch Boss, seorang Disc jockey serta co-host di acara 'The Ellen DeGeneres Show' ditemukan tewas bunuh diri dengan luka tembak di kepala pada Selasa (13/12/2022).
Sayangnya, tidak dijelaskan lebih lanjut terkait kematian Stephen. Namun, sang istri Allison Holker Boss mengungkapkan rasa cinta pada suaminya itu. "Dia meninggalkan warisan yang tidak bisa diremehkan dan dampak positifnya akan terus dirasakan. Boss telah menjadi inspirasi bagi keluarga hingga penggemar" ucap Allison.
Kabar ini memang cukup mengejutkan publik. Pasalnya, dalam seminggu terakhir, publik melihat Boss s mengunggah tarian TikTok bersama keluarga dengan wajah yang bahagia dan tidak menunjukkan tanda-tanda putus asa.
Di luar kasus tersebut, bunuh diri sebenarnya bukan penyakit mental. Potensi serius ini muncul akibat gangguan kesehatan mental mereka tidak terobati, jika depresi sering dikaitkan dengan kesedihan, kelesuan, dan keputusasaan. Namun, ada juga kondisi yang disebut smiling depression atau depresi tersenyum.
Melansir dari Healthline pada Jumat (16/12/2022), smiling depression adalah istilah untuk seseorang yang hidup dengan depresi di dalam namun tampak selalu tersenyum, aktif dan sangat bahagia, bahkan mungkin disebut normal atau sempurna oleh beberapa orang. Padahal, kondisi ini masuk ke dalam kategori gangguan depresi mayor
Gejala Smiling Depression
Seseorang yang mengalami depresi tersenyum, dari luar tampak bahagia atau puas bagi orang lain. Namun di dalam, mereka akan mengalami gejala depresi yang sangat tidak nyaman.
Berbeda dengan beberapa orang yang mengalami depresi yang dapat diketahui dari beberapa gejala sepeeri perubahan nafsu makan, berat badan, dan tidur, kelelahan atau kelesuan, perasaan putus asa, kurangnya harga diri, dan harga diri rendah serta kehilangan minat atau kesenangan dalam melakukan hal-hal yang pernah dinikmati.
Tapi, bagi seseorang dengan smiling depression mungkin mengalami beberapa atau semua hal di atas, tetapi di depan umum, mereka tetap terlihat sebagai individu yang aktif, seseorang yang punya pekerjaan tetap, punya kehidupan sosial dan keluarga yang makmur, selalu ceria, optimis, dan umumnya bahagia.
Hal yang mendorong mereka terus berpura-pura bahagia, karena sang penderita merasa jika dia menunjukkan tanda-tanda depresi atau mengungkapkan perasaan yang sebenarnya, itu akan menjadi tanda kelemahan dan bisa membebani siapapun. Hingga berakhir, bahwa dunia akan lebih baik tanpanya.
Karena itu, risiko bunuh diri bagi penderita smiling depression cenderung lebih tinggi. Karena, orang dengan depresi berat terkadang merasa ingin bunuh diri tetapi mereka tidak memiliki energi untuk bertindak atas pemikiran ini. Sementara, seseorang dengan smiling depression lebih memiliki energi, sehingga dia bisa menindaklanjuti niatnya.
Penyebab Seseorang Terkena Smiling Depression
1. Perubahan hidup yang besar
Seperti jenis depresi lainnya, smiling depression dapat dipicu oleh suatu situasi kegagalan, mulai dari pekerjaan ataupun suatu relasi hubungan.
2. Penghakiman
Secara budaya, orang mungkin menghadapi dan mengalami depresi secara berbeda, termasuk merasakan lebih banyak gejala somatik (fisik) daripada gejala emosional.
Para peneliti percaya bahwa perbedaan ini mungkin ada hubungannya dengan pemikiran yang berorientasi internal versus eksternal: jika pemikiran Anda berorientasi eksternal, Anda mungkin tidak fokus pada keadaan emosional batin Anda tetapi mungkin mengalami lebih banyak gejala fisik.
Di beberapa budaya atau keluarga, tingkat stigma yang lebih tinggi juga dapat berdampak. Misalnya, mengungkapkan emosi dapat dilihat sebagai "meminta perhatian" atau menunjukkan kelemahan atau kemalasan.
Jika seseorang mengatakan kepada Anda untuk "Lupakan saja" atau bahwa "Anda tidak berusaha cukup keras" untuk merasa lebih baik, kemungkinan besar Anda tidak akan mengungkapkan emosi ini di masa depan.
Hal ini terutama berlaku untuk pria yang memiliki sifat maskulinitas, sehingga pemikiran "pria sejati" jangan menangis, menjadikan kecil kemungkinannya untuk mencari bantuan untuk masalah kesehatan mental.
Seseorang yang merasa mereka akan dihakimi karena gejala depresi mereka akan lebih cenderung berpura-pura dan menyimpannya untuk diri mereka sendiri.
3. Media sosial
Dikutip dari Medical News Today, di mana sebanyak 69 persen populasi AS menggunakan media sosial, tersedot atas realita yang dibangun di media sosial dan merasa gagal atas hidup sendiri.
4. Ekspektasi
Kita semua terkadang memiliki harapan yang tidak realistis terhadap diri sendiri untuk menjadi lebih baik atau lebih kuat. Seseorang juga dipengaruhi oleh ekspektasi luar, mulai dari dari rekan kerja, orang tua, saudara kandung, anak, atau teman.
Jika seseorang memiliki harapan yang tidak realistis untuk diri sendiri demi memikirkan harapan dari orang lain, kemungkinan seseorang akan menyembunyikan perasaan jika tampaknya tidak memenuhi harapan tersebut. Seseorang dengan perfeksionisme mungkin lebih berisiko, karena standar yang sangat tinggi yang mereka pegang.
Mendiagnosa Smiling Depression
Menurut WHO, smiling depression muncul dengan gejala antitesis (bertentangan) dengan gejala depresi biasa. Hal ini dapat mempersulit proses diagnosis. Kesulitan lain dalam mendiagnosis smiling depression adalah banyak orang bahkan mungkin tidak tahu bahwa mereka depresi atau tidak mencari bantuan.
Biasanya penderita harus sadar bahwa mereka membutuhkan profesional kesehatan mental, seperti psikiater, dan mulai memikirkan terkait gejala yang hampir dirasakan sepanjang hari dalam dua minggu. Adapun, gejala-gejala ini dapat dilihat dari cara berpikir dan menangani aktivitas sehari-hari, seperti tidur, makan, dan bekerja.
Pengobatan Smiling Depression
Mengobati depresi jenis ini serupa dengan pengobatan tradisional lainnya untuk gangguan depresi mayor yang meliputi obat -obatan, psikoterapi, dan perubahan gaya hidup.
Langkah terpenting dalam menemukan pengobatan untuk smiling depression adalah membuka diri terhadap seseorang di sekita. Ini bisa menjadi profesional, teman, atau anggota keluarga.
Berbicara dengan seorang profesional dapat sangat membantu untuk gejala depresi, karena seorang profesional dapat membantu Anda menemukan strategi yang dipersonalisasi untuk mengatasi dan taktik untuk proses berpikir negatif.