Bisnis.com, JAKARTA - Kedua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut bahwa saat ini masyarakat masih abai terhadap permasalahan gizi.
Bahkan, menu makanan balita di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang hanya kerap memberikan makanan tambahan berupa bubur kacang hijau dan biskuit.
“Di Indonesia pemenuhan gizi untuk mencegah stunting nampaknya belum maksimal terutama pada penegasan soal pentingnya konsumsi protein hewani. Padahal, kita punya target untuk menurunkan angka stunting atau kekerdilan menjadi 14 persen pada tahun 2024,” ungkap Pimprim Basarah Yanuarso dilansir dari Seminar Media IDAI bertema Peranan Protein Hewani dalam Mencegah Stunting di Indonesia, Rabu (25/1/2023).
Stunting sendiri adalah kondisi gagal tumbuh pada anak sehingga anak memiliki perawakan yang lebih pendek dibanding teman sebayanya. Hal tersebut, kata dia, disebabkan oleh malnutrisi kronik atau penyakit kronik tertentu.
Dia menjelaskan, alasan anak menjadi stunting, itu karena ada salah satu kompleks protein bernama mTORC yang berfungsi seperti saklar guna menghidupkan aspek pertumbuhan secara linier, mulai dari pertumbuh badan, otak, usus hingga sistem imun.
Nantinya, mTORC ini akan beroperasi kalau asam amino esensialnya cukup. Sebaliknya, ketika anak-anak mempunyai kadar asam amino esensial yang kurang, maka mTORC-nya tidak aktif dan ini akan memengaruhi pembentukan protein yang menghambat pertumbuhan tulang dan otot.
Jenis Protein Hewani
Hal ini pun disetujui oleh Ketua Satuan Tugas (Satgas) Stunting IDAI, Damayanti Rusli Sjarif, dirinya menjelaskan tak sedikit orang tua yang masih kurang edukasi terkait hal ini.
Masih banyak kekeliruan di masyarakat, yang membuat banyak dari mereka terlalu fokus memberikan sayur kepada anak mereka, utamanya sejak anak masih bayi.
"Sumber asam amino esensial ini kalau kita lihat itu adalah di protein hewani. Kita lihat dari kedelai, kacang-kacangan, semua rendah. Yang tinggi itu justru ada di protein hewani yang berasal dari susu, telur, ikan, dan ayam," ujar Yanti.
Dirinya menjelaskan, apabila seorang anak mengonsumsi protein hewani lebih dari satu jenis dalam satu hari dari sumber yang berbeda, maka risiko untuk stunting ikut mengalami penurunan.
Selain itu, menurutnya jumlah protein hewani turut harus dicukupkan. Dia menyebut bahwa satu saja asam amino esensialnya berkurang, maka dia bisa menurunkan hormon pertumbuhannya 34 persen.
"Protein yang harus digunakan pun protein hewani. Kalau pakai menggunakan protein nabati, hasil asam amino esensial yang dihasilkan tidak setinggi dari protein hewani," tuturnya.