PObat Tocilizumab yang direkomendasikan WHO untuk pasien Covid-19 yang tengah krisis./Sehatq.com
Health

Pakar Peringatkan Risiko Tsunami Long Covid-19

Arlina Laras
Senin, 27 Februari 2023 - 15:10
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia telah resmi mencabut PPKM dan menyebut pemakaian masker di luar ruangan sudah tidak diwajibkan, seiring dengan melandainya kasus penularan COVID-19 baik secara global dan nasional pada Kamis (23/2/2023) lalu. 

Pakar Epidiomolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman pun mengingatkan soal tsunami long Covid-19, apabila keputusan pemerintah yang mempersilakan masyarakat untuk melepas masker saat berada di luar ruangan tidak dibarengi dengan strategi komunikasi risiko yang baik. 

“Takutnya, masyarakat jadi meremehkan, tidak pakai masker, tidak booster. Apalagi, kita ada kelompok yang rentan berisiko tinggi, misalnya penyintas HIV, kanker, lansia,” ucapnya pada Bisnis, Senin (27/2/2023). 

Baginya, dengan strategi komunikasi risiko yang baik, hal tersebut bisa membangun kewaspadaan masing-masing individu. 

Dicky menjelaskan, ketika seseorang terinfeksi berulang, maka dalam rentang waktu dua tahun ke atas, penyakit tersebut bisa memberikan dampak penyakit berbahaya. 

Meski, tidak mengalami gangguan imunodefisiensi layaknya HIV, di mana kondisi tubuh tidak mampu melawan infeksi dan penyakit, akan tapi orang yang mengalami infeksi Covid-19 berulang, bisa  mengalami gangguan imunitas hingga akhirnya seseorang mudah terinfeksi virus, bakteri dan jamur.

Apalagi, sebagai sosok yang terlibat dalam pengendalian pandemi Covid-19 di kawasan Asean dan Asia Pasifik, memaparkan riset terakhir Covid-19 yang menunjukkan posisi, karakter dan sifat keparahan dari Covid-19 ini ada di antara HIV dan flu. 

“Dia lebih parah dari flu dan sedikit lebih ringan dari HIV. Kalau HIV baru ketahuan penyakitnya saat lima tahun kemudian, Covid-19 pun, di mana dengan adanya long Covid-19 bisa membuat organ otak mengalami penuaan hingga gangguan imunitas,” ungkapnya. 

Di lain kesempatan, WHO Covid-19 Technical Lead Maria Van Kerkhove pun menyampaikan kesetujuannya agar masyarakat tetap bisa mengenakan masker sampai studi komprehensif yang dilakukan WHO selesai. 

"Di tahun keempat pandemi kita, WHO masih tetap mencari bukti paling valid soal pandemi layaknya kita menemukan banyak fakta soal virus flu. Masker penting untuk mengurangi transmisi penularan Covid-19,” katanya. 

Pakar Epidiomolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman pun menambahkan bahwa ada sejumlah situasi yang membuat anjuran melepas masker tidaklah absolut. 

“Apabila ventilasi udara bagus dan tidak di tengah keramaian, maka itu bisa jadi pertimbangan untuk melepas masker. Sebaliknya jika ventilasi buruk dan dipadati banyak orang, maka sebaiknya masyarakat menggunakan masker,” katanya. 

Dia menjelaskan sejauh ini vaksin memang tidak lagi mengindari seseorang dari infeksi varian Covid-19 apapun. 

“Vaksin kita punya dua kelemahan utama, pertama belum secara signifikan efektif mencegah tertular atau terinfeksi dan masih belum mencegah penularan, itulah sebabnya herd imunity masih jauh,” jelasnya. 

Adapun, syarat untuk menjadi herd immunity, ketika vaksin atau kekebalan yang sifatnya menetap, berjangka panjang dan menghabiskan rata-rata waktu di atas lima tahun. 

Oleh karena itu, meski ini fase awal pandemi sudah terlewati, akan tapi fase ini tidak langsung ke endemi. Pasalnya, periode transisi itu dinamis dan bisa memakan korban, kelompok rawan. 

“Saat ini penyakit yang menular lewat udara, bukan hanya Covid-19 saja. Di Jakarta, polusi pun bisa jadi sumber penyakit,” ucapnya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro