Bisnis.com, JAKARTA - Saat ini ramai kabar soal sejumlah penggunaan zat kimia berbahaya yang ada pada produk pangan.
Salah satunya soal temuan kandungan zat karsinogenik di paket bumbu dalam dua merek mi instan, yakni Mie Kari Putih Penang Alai dari Malaysia dan Indomie rasa ayam spesial.
Tahun lalu, badan pengawas makanan di Singapura dan Hong Kong pun menarik beberapa varian Mie Sedaap setelah ditemukan kontaminasi etilen oksida.
Senyawa tersebut dikenal sebagai karsinogen yang bisa membahayakan kesehatan jika terakumulasi di dalam tubuh manusia dalam jangka panjang seperti penyakit kanker.
Beberapa produsen terkadang menyalahgunakan bahan kimia tertentu sebagai bahan pengawet atau pemanis dalam produk mereka. Padahal, zat kimia ini sangatlah berbahaya bagi kesehatan manusia.
Lantas, apa saja zat kimia berbahaya yang kerap hadir dalam sebagian besar makanan Anda?
1. Boraks
Boraks merupakan bahan kimia yang sering disalahgunakan untuk menjadi pengawet makanan. Padahal, boraks adalah zat kimia yang terdapat dalam produk-produk rumah tangga, seperti detergen, plastik, perabot kayu, dan kosmetik.
Melansir dari Badan POM, bila tertelan senyawa ini dapat menyebabkan efek negatif pada susunan syaraf pusat, ginjal dan hati.
2. Formalin (larutan formaldehid)
Meski penggunaannya untuk bahan makanan telah dilarang, formalin ternyata masih digunakan oleh sejumlah pedagang nakal sebagai bahan pengawet dan mengelabui konsumen agar produk yang mereka jajakan tampak segar dan menarik.
Paparan formaldehid melalui saluran pencernaan dapat mengakibatkan luka korosif terhadap selaput lendir saluran pencernaan disertai mual, muntah, rasa perih yang hebat dan perforasi lambung.
Formaldehid dapat mematikan sisi aktif dari protein- protein vital dalam tubuh, maka molekul-molekul itu akan kehilangan fungsi dalam metabolisme. Akibatnya fungsi sel akan terhenti.
3. Rhodamin B
Rhodamin B merupakan zat warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan. Apabila seseorang terpapar rhodamin B dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan kanker hati.
4. Kuning Metanil
Melansir dari laman BPOM, bahan pewarna Methanil Yellow atau Kuning Metanil sering digunakan sebagai pewarna tekstil dan cat.
Jika digunakan pada makanan, maka seseorang yang terpapar dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah. Pada jangka panjang dapat menyebabkan kanker kandung kemih.
5. Etilan Oksida
Etilen Oksida merupakan zat dalam golongan Bahan Bahaya Beracun (B3) ditemukan pada produk makanan dan minuman yang dapat menimbulkan beberapa penyakit berbahaya pada tubuh.
Sayangnya, sejumlah produk pangan ditemukan mengandung etilen oksida.
Melansir dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), senyawa Etilen Oksida ini jika dikonsumsi dapat membahayakan kesehatan tubuh manusia yang dapat menimbulkan beberapa penyakit yaitu, iritasi mata, hidung dan tenggorokan, limfoma, leukemia, kejang, keracunan hingga kanker.
6. Sulfur Dioksida
Sulfur dioksida sering digunakan pada berbagai makanan dan minuman.
Pasalnya, dengan sifat antimikroba yang dimilikinya, sulfur dioksida bisa mencegah makanan mengalami pembusukan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Selain itu, sifat antioksidan zat aditif tersebut juga mampu menghambat oksidasi kimia dan enzimatik, sehingga mencegah makanan menjadi gelap.
Meski bermanfaat, namun sulfur dioksida bisa menimbulkan risiko kesehatan mulai dari dermatitis, urtikaria, hipotensi, dan diare pada orang yang sensitif.
7. Asam Benzoat
juga merupakan zat aditif yang sering digunakan sebagai pengawet dalam makanan. Karena memiliki sifat antibakteri yang kuat, zat aditif ini bisa menghambat pertumbuhan bakteri, jamur dan ragi yang menjadi penyebab utama pembusukan makanan.
Asam benzoat biasanya digunakan dalam minuman berkarbonasi dengan tingkat penggunaan berkisar dari 0,05 hingga 0,1 persen.
Meski begitu, mengonsumsi asam benzoat secara berlebihan bisa menyebabkan diare, sakit perut, dan gejala lainnya, bahkan mengganggu proses metabolisme dalam tubuh. Selain itu, zat aditif tersebut juga bisa menyebabkan efek samping pada beberapa orang, yaitu reaksi alergi.