Bisnis.com, JAKARTA - Penyakit sifilis atau raja singa dilaporkan meningkat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2016-2022).
Dari 12.000 kasus menjadi hampir 21 ribu kasus dengan rata-rata penambahan kasus setiap tahunnya mencapai 17.000 hingga 20.000 kasus.
dr. Syahril membeberkan presentase pengobatan pada pasien sifilis masih rendah. Pasien ibu hamil dengan sifilis yang diobati hanya berkisar 40% pasien.
Sisanya, sekitar 60% tidak mendapatkan pengobatan dan berpotensi menularkan dan menimbulkan cacat pada anak yang dilahirkan.
“Rendahnya pengobatan dikarenakan adanya stigma dan unsur malu. Setiap tahunnya, dari lima juta kehamilan, hanya sebanyak 25% ibu hamil yang di skrining sifilis. Dari 1,2 juta ibu hamil sebanyak 5.590 ibu hamil positif sifilis,” kata dr. Syahril.
dr. Syahril mengimbau pasangan yang sudah menikah agar setia dengan pasangannya untuk menghindari sex yang beresiko.
Bagi yang belum menikah agar menggunakan pengaman untuk menghindari hal-hal yang dapat beresiko untuk kesehatan dan pertumbuhan mental.
Gejala, penyebab dan pencegahan Sifilis
Sifilis merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Risiko infeksi ini meningkat pada orang yang berganti-ganti pasangan seksual, menjadi pekerja seks, penggunaan jarum suntik yang telah terinfeksi, penularan dari ibu hamil kepada bayinya, serta melakukan tindakan tato yang tidak aman.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Penularan sifilis tidak berbeda dengan IMS lainnya, yaitu melalui kontak seksual yang tidak aman, baik hubungan seksual melalui mulut, kelamin, maupun anus.
Bakteri Treponema pallidum tidak dapat bertahan lama di udara, sehingga tidak dapat ditularkan melalui toilet, kolam renang, kamar mandi, serta berbagi peralatan makan atau pakaian.
Sifilis dapat diklasifikasikan menjadi sifilis didapat dan sifilis kongenital. Sifilis didapat terdiri atas stadium primer, sekunder, dan tersier, serta periode laten di antara stadium sekunder dan tersier.
· Sifilis primer
Gejala dapat muncul setelah 2-4 minggu setelah terinfeksi. Tanda yang ditemukan seperti timbulnya luka kecil di alat kelamin, mulut, atau anus, tempat bakteri masuk. Luka ini tidak sakit sehingga kadang tidak disadari, namun tetap rentan menulari pasangan, dikenal dengan istilah chancre. Luka dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 1-2 bulan.
· Sifilis sekunder
Tanda dan gejala infeksi yang dapat ditemukan dalam 2 sampai 10 minggu setelah terinfeksi antara lain demam, ruam merah di telapak tangan dan kaki atau di bagian tubuh lainnya seperti penis, vagina, atau mulut, serta bercak di sekitar genital yang membasah. Keluhan lain yang dapat dijumpai seperti kehilangan nafsu makan, berat badan turun, rambut rontok, sakit kepala, kelelahan serta pembengkakan kelenjar limpa. Tahap ini berlangsung selama 1-3 bulan, atau dapat berlanjut hingga 1 tahun.
· Sifilis Laten
Apabila sifilis sekunder tidak diobati, maka gejala akan hilang sementara namun dapat muncul kembali dan berkembang menjadi sifilis tersier dalam 2-3 tahun karena bakteri tidak hilang dari tubuh (laten).
· Sifilis Tersier
Gejala pada tahap ini muncul bertahun-tahun setelah tubuh terinfeksi pertama kali. Tahapan ini dinilai paling berbahaya karena dapat menginfeksi berbagai organ vital dan menyebabkan kerusakan otak, peradangan di selaput otak dan tulang belakang, kebutaan, pembengkakan pembuluh darah, kelumpuhan hingga kematian.
· Sifilis Kongenital (Sifilis pada bayi)
Bayi dapat tertular sifilis dari ibu pengidap sifilis. Apabila tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan keguguran atau kematian segera setelah bayi lahir. Komplikasi yang dapat dialami oleh bayi hidup seperti gangguan pendengaran, pembengkakan hati dan limpa, kelainan batang hidung dan bagian tulang lainnya, serta gangguan otak.
Cara mendiagnosa, pencegahan dan pengobatan sifilis
Anda perlu berhati-hati apabila muncul gejala berupa luka di kelamin, mulut, atau anus, dan memiliki faktor risiko terinfeksi sifilis. Pemeriksaan lebih lanjut diikuti dengan pemeriksaan laboratorium penunjang dapat dilakukan oleh dokter spesialis dermatologi dan venereologi.
Pada infeksi primer dan sekunder, pilihan antibiotik penisilin menjadi pilihan utama. Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan dan tes alergi sebelum pengobatan diberikan. Beberapa obat oral dapat diberikan bagi pasien yang alergi terhadap penisilin.
Seperti IMS pada umumnya, infeksi sifilis dapat dicegah dengan tidak melakukan kontak seksual berisiko, menggunakan kondom saat berhubungan seksual, selalu melakukan skrining pada pasangan yang akan menikah dan ibu hamil. Bagi ibu hamil penderita sifilis, diharapkan segera mengkonsultasikan kondisi janin kepada dokter agar bayi dalam kandungan mendapatkan pengobatan untuk menurunkan kemungkinan terinfeksi.