Bisnis.com, JAKARTA - World Health Organization (WHO) menyatakan sudah lebih dari 55 juta orang di seluruh dunia menderita demensia.
Lebih dari 60% penderita yang tersebar di negara-negara dengan penghasilan menengah kebawah.
Melansir dari Times of India, menurut laporan dari situs web Harvard Health Publishing pada 2021, terdapat dua jenis obat yang berkaitan dengan risiko demensia, yaitu benzodiazepin dan antikolinergik yang akan memengaruhi neurotransmiter bila dikonsumsi.
Studi tersebut menemukan bahwa risiko demensia meningkat seiring dengan penggunaan obat yang lebih lama.
Sebelumnya, University of Washington dan Group Health telah melakukan pelacakan kesehatan terhadap 3.500 pria dan wanita berusia 65 tahun atau lebih selama tujuh tahun.
Mereka mencatat obat-obatan yang dikonsumsi para partisipan 10 tahun sebelum dimulainya penelitian dan menemukan bahwa 800 orang mengalami demensia.
Baca Juga Simak 5 Cara Mencegah Demensia |
---|
"Mengonsumsi antikolinergik selama tiga tahun atau lebih dikaitkan dengan risiko demensia 54% lebih tinggi daripada mengonsumsi dosis yang sama selama tiga bulan atau kurang," kata para peneliti, dikutip dari Times of India, Selasa (16/5/2023).
Dalam sebuah studi benzodiazepin yang dilakukan kepada 2000 pria dan wanita di atas usia 66 tahun yang menderita Alzheimer diidentifikasi bersama dengan 7.000 pria dan wanita yang tidak memiliki kondisi tersebut. Nantinya, peneliti akan melihat resep obat selama lima hingga enam tahun sebelum diagnosis Alzheimer.
Hasil dari penelitian tersebut menemukan bahwa orang yang telah mengonsumsi benzodiazepine selama tiga bulan berturut-turut atau kurang memiliki risiko demensia yang sama dengan mereka yang tidak pernah mengonsumsinya.
Baca Juga Kenali Penyebab Demensia pada Orang Tua |
---|
Namun, bagi orang yang telah mengonsumsi benzodiazepin selama tiga hingga enam bulan akan memiliki risiko 32% lebih besar terkena Alzheimer.
Sementara, bagi mereka yang mengonsumsinya selama lebih dari enam bulan memiliki risiko 84% lebih besar dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsinya.
Umumnya obat antikolinergik seperti Dicyclomine, Scopolamine, Benztropine memblokir asetilkolin yang terlibat dalam pembelajaran dan memori.
Selain aktivitas otak, asetilkolin juga mengatur kontraksi pembuluh darah, jantung, dan sistem pencernaan.
Benzodiazepin membuat asam gamma-aminobutirat (GABA) yang memperlambat neuron di otak. Beberapa Benzodiazepin yang umum diantaranya adalah diazepam, chlordiazepoxide, dll.
Melansir dari National Center for Health Research, adapun sebuah penelitian tahun 2019 yang dilakukan di Inggris melibatkan 284.343 pasien menemukan bahwa orang memiliki risiko lebih tinggi terkena demensia jika mereka mengonsumsi obat seperti antidepresan, obat antiparkinson, antipsikotik, antimuskarinik, dan obat antiepilepsi.
Penderita demensia berisiko pada usia di atas 65 tahun. Orang dengan tekanan darah tinggi dan gula darah tinggi yang rentan terhadap penyakit ini.
Selain itu, orang yang mengalami obesitas, mereka yang tidak aktif secara fisik dan terisolasi secara sosial juga mengalami demensia di kemudian hari. Adapun bagi perokok dan orang yang banyak mengonsumsi minuman beralkohol juga dapat menyebabkan demensia.
Orang yang mengalami demensia akan mengalami gejala seperti melupakan sesuatu, kebingungan, tersesat bahkan ke tempat yang sudah dikenal, lupa waktu, masalah dalam percakapan, salah menilai jarak objek secara visual.
Kerap kali penderita juga akan mengalami perubahan perilaku seperti sering merasa cemas, sedih, menarik diri dari kegiatan sosial, dan tidak memperhatikan emosi orang lain.
Untuk menghindari diri demensia, WHO mendorong orang untuk tetap aktif secara fisik, makan sehat, berhenti merokok dan minum alkohol, membuat jurnal, mengikuti hobi, dan mengembangkan minat baru setiap hari.