Bisnis.com, JAKARTA - Belakangan ini media sosial ramai dengan tren pijat kretek tulang yang dinilai bisa mengobati sakit punggung atau nyeri persendian.
Sayangnya, ini dianggap berisiko oleh sejumlah dokter spesialis persendian (arthritis), tulang dan otot.
Ketua Komite Medis Arief Soemarjono menjelaskan bentuk terapi yang berfokus pada sistem saraf dan pengobatan gangguan muskuloskeletal melalui manipulasi tulang belakang dan sendi lainnya bisa memiliki beberapa risiko jika tidak dilakukan diagnosis yang tepat.
“Sebaiknya semua orang yang mengalami keluhan harus melakukan pemeriksaan medis terlebih dahulu. Tidak bisa semua sakit langsung dikasih terapi yang sama,” ujarnya saat ditanya Bisnis di Menteng, Rabu (24/5/2023).
Apalagi menurutnya jika ada seseorang pernah mengalami trauma, seperti jatuh atau keseleo, penderita berusia lanjut usia hingga ada penyakit penyerta seperti diabetes atau tekanan darah tinggi.
Hal ini juga didukung oleh hasil rilis WHO yang tidak menganjurkan orang-orang dengan kondisi kesehatan tertentu untuk menjalani manipulasi chiropractic, seperti penyakit tulang dan infeksi. patah tulang, sendi yang meradang, seperti pada kasus rheumatoid arthritis, beberapa masalah sirkulasi.
“Kalau ada lukanya, itu bisa jadi infeksi ya. Malah ini makin berbahaya,” tambah dokter yang juga sekaligus CEO dari Klinik Flex-free ini.
Bagi Arief, pemeriksaan medis ini dapat meliputi USG (Ultrasonografi) atau tes diagnostik lainnya yang dapat membantu dokter untuk memahami kondisi yang mendasari dan menentukan pendekatan terbaik dalam penanganan.
Di sisi lain, Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Reggy Trialetta Injo mengatakan ahli chiropractic bukan dokter medis. Mereka menjalani pelatihan ekstensif dalam terapi chiropractic dan merupakan praktisi berlisensi.
Ahli chiropractic memulai pendidikan mereka dengan mendapatkan gelar sarjana dengan mengambil mata kuliah sains, seperti biologi, kimia, psikologi, dan fisika.
Setelah lulus, mereka melanjutkan mengambil program chiropractic selama 4 tahun yang meliputi kelas dan praktik langsung.
“Jadi, harus benar-benar teliti ya. Harus dilakukan bersama ahli. Terus, meski praktik ini sudah ada di luar negeri sebelumnya, bukan berarti orang luar negeri itu ahlinya, ada juga yang abal-abal,” ujarnya.