Stunting/istimewa
Health

Berat Badan Anak Tidak Bertambah Sesuai Usia jadi Gejala Stunting, Benarkah?

Arlina Laras
Jumat, 2 Juni 2023 - 14:01
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kondisi berat badan anak yang tidak bertambah sesuai usia atau dikenal sebagai "weight faltering" memang merupakan masalah yang tidak boleh dianggap sepele. 

Gejala utama dari kondisi ini adalah perkembangan berat badan anak yang kurang dan tidak memenuhi standar kurva pertumbuhan.

Kementerian Kesehatan merilis hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 di awal 2023. Survei tersebut menunjukkan adanya peningkatan kasus balita yang mengalami berat badan kurang selama tiga tahun terakhir. 

Dari hasil SSGI 2022, terdapat 16.3 persen balita yang mengalami berat badan kurang di tahun 2019, kemudian di tahun 2021 meningkat menjadi 17 persen, sementara di tahun 2022 semakin meningkat menjadi 17,1 persen. 

Weight faltering dapat terjadi pada anak-anak dari segala rentang usia, mulai dari bayi hingga remaja. Kondisi ini bisa memiliki dampak serius terhadap kesehatan dan perkembangan anak jika tidak diatasi dengan tepat.

Penyebab Utama Berat Badan Anak Tidak Bertambah Sesuai Usia

Dokter Anak Tania Paramita menjelaskan, umumnya berat badan anak tidak bertambah sesuai usia di Indonesia adalah karena masalah asupan makan dan nutrisi. 

Namun, sebagian juga disebabkan oleh penyakit atau kondisi tersembunyi yang dialami anak, seperti penyakit bawaan, infeksi, kekurangan zat besi, dan lainnya.

“Biasanya weight faltering itu pasti keluhannya, ‘kok anak saya BB-nya stuck udah 3-4 bulan’,” katanya dalam Instagram Live Teman Parenting, Rabu (31/5/2023). 

Idealnya kenaikan berat badan anak selama tiga bulan pertama adalah 750-1000 gram. Di usia tiga sampai enam bulan, peningkatan berat badan anak idealnya 500-750 gram. 

Sementara di usia enam sampai sembilan bulan, kenaikan berat badannya 250-500 gram. Kemudian di usia sembilan sampai satu tahun, kenaikannya sekitar 250-300 gram.

Menurut Tania, weight faltering umumnya mulai terjadi pada bayi berusia tiga sampai empat bulan. Jika kondisi weight faltering ini tidak segera ditangani, lama kelamaan akan berkembang menjadi stunting.

“Jadi stunting itu tidak di awal. Stunting itu kondisi dimana tinggi badan anak berada di bawah garis merah yang disebabkan oleh malnutrisi kronis dan berkepanjangan, misalnya sudah enam bulan berat badannya seret,” jelasnya. 

Dia pun menjelaskan pada anak yang lahir prematur, diperlukan pemantauan lebih terhadap berat badannya. 

Pasalnya, bayi yang lahir sebelum waktunya umumnya memiliki organ yang belum sempurna, sehingga fungsinya belum matang. Akibat hal tersebut, umumnya berat badan anak prematur kecil. 

“Anak prematur ketika dibawa pulang, kondisinya tidak boleh tidak tumbuh. Harus terus dipantau dan ada kurva pertumbuhannya sendiri sesuai berat badan lahirnya,” ungkapnya. 

Tidak Semua Anak Kurus Berarti Mengalami Weight Faltering

Satu hal yang dipercaya banyak masyarakat luas adalah bahwa anak kurus pasti mengalami masalah berat badan atau weight faltering. 

Padahal, tidak semua anak kurus berarti mengalami weight faltering, diagnosa ini juga memerlukan pemeriksaan lebih jauh untuk dilakukan analisa.

“Ada kok anak kurus yang kondisinya semuanya baik, tapi memang perawakannya saja yang kurus. Gemuk atau kurus itu subjektif,” jelas wanita tersebut. 

Baginya, untuk para orang tua penting untukmencari second opinion dengan dokter lain jika berat badan anak tidak kunjung naik juga meskipun sudah coba diatasi. 

“Sebagai ibu, pastinya setiap punya insting ya. Jika berat badan anak tidak bertambah atau kurang, maka segera konsultasi berkala dengan dokter,” tutupnya. 

Penulis : Arlina Laras
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro