Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah penelitian mengungkapkan Metformin obat diabetes berusia puluhan tahun, disinyalir bisa mencegah long covid.
Tidak hanya dianggap dapat membantu menurunkan berat badan dan bahkan berpotensi anti-penuaan, tetapi sebuah studi baru menemukan bahwa itu bisa menjadi obat paling efektif dalam mencegah long covid.
Sebuah studi yang diterbitkan pada 8 Juni di jurnal medis The Lancet menemukan bahwa pasien yang menerima metformin ketika pertama kali didiagnosis dengan COVID-19 memiliki risiko 41% lebih rendah untuk mengembangkan COVID yang lama 10 bulan kemudian.
Studi ini memiliki keterbatasan termasuk bahwa itu hanya diuji pada orang dengan kelebihan berat badan atau obesitas tetapi itu memberikan alternatif untuk obat tersebut sebagai alat penting dalam perang melawan long COVID.
“Hasil penelitian ini penting karena COVID yang lama dapat berdampak signifikan pada kehidupan masyarakat,” kata Carolyn Bramante, peneliti utama dalam studi tersebut dan asisten profesor di University of Minnesota Medical School.
"Metformin adalah obat yang murah, aman dan tersedia secara luas, dan penggunaannya sebagai tindakan pencegahan dapat memiliki implikasi kesehatan masyarakat yang signifikan."
Long COVID berarti memiliki gejala COVID yang berlangsung tiga bulan atau lebih setelah pertama kali tertular virus, menurut CDC. Long covid mempengaruhi jutaan orang Amerika sebanyak 7,5% orang dewasa AS, atau sekitar 24 juta orang.
Gejalanya bisa berupa kabut otak, kelelahan, sesak napas, jantung berdebar, sakit perut, dan bisa berlangsung selama berminggu-minggu atau bahkan bertahun-tahun.
Orang-orang lebih mungkin terkena long COVID, semakin sering mereka terinfeksi penyakit ini, menurut Organisasi Kesehatan Dunia.
Namun, masih belum ada pengobatan yang direkomendasikan secara resmi untuk long COVID.
Itu sebabnya obat yang murah dan mudah digunakan untuk mencegah COVID lama bisa menjadi pengubah permainan.
"Untuk melihat manfaat yang begitu nyata dalam uji coba metformin secara acak saat ini, dalam konteks keamanan dan biaya rendah, saya akan memberikan terobosan kategorisasi," tulis Eric Topol, direktur Scripps Research Translational Institute, di blognya.