Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah studi inovatif menunjukkan bahwa kanker otak akhirnya dapat disembuhkan dengan bantuan kecerdasan buatan alias artificial intellegent (AI).
Para ilmuwan telah mengembangkan alat yang ampuh yang menerjemahkan DNA tumor saat pasien menjalani operasi.
Perangkat AI yang menjanjikan itu disebut CHARM (Cryosection Histopathology Assessment and Review Machine).
Setelah divalidasi melalui uji klinis di dunia nyata, tim berharap perangkat tersebut akan mendapatkan persetujuan dari Food and Drug Administration AS untuk digunakan di rumah sakit.
Terobosan ini membuka pintu untuk pengobatan yang disesuaikan untuk salah satu bentuk penyakit yang paling mematikan teresebut .
Dr Kun-Hsing Yu, seorang peneliti terkemuka dari Harvard Medical School, mengatakan saat ini, bahkan praktik klinis yang canggih tidak dapat membuat profil tumor secara molekuler selama operasi.
"Alat kami mengatasi tantangan ini dengan mengekstraksi sinyal biomedis yang sejauh ini belum dimanfaatkan dari slide patologi beku." ujarnya dilansir dari Express.
Terobosan ini secara signifikan dapat meningkatkan tingkat kelangsungan hidup pasien yang berjuang melawan kanker otak paling mematikan yang dikenal sebagai glioblastoma.
Saat ini, informasi vital sedang menjalani pengujian laboratorium, dan diperkirakan membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk menyelesaikannya.
Namun, mengetahui jenis molekul tumor memungkinkan ahli bedah saraf untuk membuat keputusan segera, seperti apakah akan memberikan obat langsung ke otak selama operasi.
"Kemampuan untuk menentukan diagnosis molekuler intraoperatif secara real time, selama operasi, dapat mendorong pengembangan onkologi presisi real-time." ujarnya.
Pendekatan standar yang digunakan sekarang melibatkan pembekuan jaringan otak untuk pemeriksaan mikroskopis. Namun, hal ini mengubah tampilan sel, berdampak pada akurasi evaluasi klinis. Selain itu, bahkan dengan pemindai canggih, mata manusia berjuang untuk mendeteksi variasi genom halus pada slide.
Di Inggris, ada sekitar 2.500 kasus yang didiagnosis setiap tahun. Tragisnya, sebagian besar pasien tidak bertahan hidup lebih dari dua tahun, dengan hanya sejumlah kecil yang hidup lebih dari lima tahun. Statistik ini tidak menunjukkan perbaikan selama beberapa dekade.