Gejala demensia sering dialami oleh lansia./AgingCare
Health

Penyebab Utama Demensia Menurut Ahli

Kresensia Kinanti
Jumat, 28 Juli 2023 - 16:10
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Penyakit demensia adalah kondisi yang ditandai dengan menurunnya daya ingat seseorang. Namun, pada dasarnya demensia bukanlah suatu penyakit melainkan sekumpulan gejala yang memengaruhi fungsi otak dalam mengingat, berpikir, berbicara, hingga berperilaku.

Tingkat keparahan demensia cukup beragam, mulai dari ringan hingga berat. Kondisi ini bersifat progresif yang artinya dapat berkembang menjadi semakin buruk dari waktu ke waktu.

Demensia adalah kondisi yang umumnya terjadi pada pria maupun wanita lansia, risikonya pun akan semakin tinggi pada usia 85 tahun. Namun, faktor genetik juga cukup berperan sebagai salah satu faktor risiko terjadinya demensia.

Semakin dini penyakit Alzheimer dan kondisi serupa lainnya dapat ditemukan, semakin baik pilihan pengobatannya,

Sebuah tim dari National Institute on Aging, University of Texas, dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika Serikat, serta institusi lain di seluruh dunia, mengamati data dari 10.981 individu yang dikumpulkan selama 25 tahun.

Secara khusus, para peneliti menganalisis proteome dari individu-individu ini, serangkaian protein lengkap yang diekspresikan dalam tubuh, yang menggerakkan semua jenis proses biologis dari komunikasi sel hingga tingkat hormon.

Analisis mengungkapkan 32 protein yang ketika ditemukan pada tingkat yang luar biasa tinggi atau rendah dalam darah pada orang berusia 45 hingga 60 tahun, dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia di kemudian hari.

"Penelitian ini memanfaatkan data dari beberapa kohort untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi 32 protein dan 4 jaringan protein dalam plasma orang dewasa paruh baya yang sangat terkait dengan risiko demensia pada dekade berikutnya," tulis para peneliti dalam makalah yang mereka terbitkan.

Penelitian ini tidak membahas lebih lanjut mengapa ketidakseimbangan protein ini terkait dengan risiko demensia, tetapi dapat membantu para ilmuwan untuk menilai risiko demensia secara lebih akurat pada orang dewasa yang lebih tua.

Menariknya, banyak dari protein tersebut tidak secara langsung terlibat dalam fungsi otak. Hal ini mendukung penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa timbulnya demensia dan pemicunya bukanlah sesuatu yang terjadi secara eksklusif di otak.

Beberapa protein yang teridentifikasi terkait dengan proteostasis, atau regulasi proteome yang sehat. Proses ini membantu mencegah gumpalan protein yang ditemukan dalam otak orang yang telah mengembangkan Alzheimer.

Protein lain memainkan peran kunci dalam sistem kekebalan tubuh, mungkin menunjukkan bahwa ada sesuatu tentang reaksi atau kegagalan sistem kekebalan tubuh yang meningkatkan kemungkinan demensia mulai menyerang otak.

Masih ada jalan panjang yang harus dilalui dalam penelitian ini, tetapi pada akhirnya kita mungkin akan sampai pada tahap di mana darah dapat diuji untuk mengetahui tanda-tanda risiko demensia. Jika tanda-tanda tersebut ditemukan lebih awal, perawatan yang disesuaikan dengan kondisi pasien dapat dilakukan.

Di masa mendatang, kita mungkin akan memahami sepenuhnya bagaimana kondisi seperti penyakit Alzheimer bermula, dan pengungkapan itu mungkin akan terjadi dengan melihat ketidakseimbangan dan kelainan di luar otak.

"Kami melihat begitu banyak keterlibatan biologi perifer beberapa dekade sebelum timbulnya demensia," kata ahli saraf Keenan Walker, dari National Institute on Aging, dilansir dari laman Nature, Kamis (27/7/2023).

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro