Bisnis.com, JAKARTA - Pameran seni ArtMoments Jakarta, resmi dibuka di Hotel Sheraton Grand Jakarta Gandaria City. Bursa seni para seniman, kolektor, galeri, dan komunitas seni se-Asia Tenggara ini akan berlangsung hingga 20 Agustus 2023.
Pada edisi keenam ini, ArtMoments Jakarta 2023 mengusung tema Embrace Moments: Continually Art. Selama tiga hari kedepan, pengunjung dapat melihat karya-karya seni yang telah terkurasi dari 25 galeri seni nasional dan mancanegara.
Dengan konsep Boutique Art Fair, pengunjung nantinya dapat menjelajahi berbagai kombinasi presentasi karya menarik dari berbagai seniman dan galeri. Konsep ini juga akan membuat pengunjung lebih fokus menikmati karya dari setiap bilik seni yang ada.
Sendy Widjaja, Co-Founder dan Fair Director of ArtMoments Jakarta mengatakan bahwa tema Embrace Moments: Continually Art pada gelaran bursa seni kali ini sengaja diambil karena terasa relevan saat ini. "Saat ini adalah momen optimisme bagi perkembangan seni rupa di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara. Perkembangan tersebut terus menunjukkan keberagaman seni dan memunculkan bentuk-bentuk ekspresi yang makin kuat," ujarnya.
Salah satunya bisa dilihat di booth G3N Project x Museum of Toys. Yang istimewa, mereka menghadirkan dua seniman pop art yakni Arkiv Vilmansa dan Peter Rhian Gunawan.
Arkiv memamerkan dua lukisan yang terinspirasi dari lukisan Basoeki Abdullah yang berjudul Tegar Kokoh Bagai Batu Karang dan Sang Pemenang. Arkiv merepresentasikan "Homage to Basoeki Abdullah" kepada dua karyanya yang berjudul "Thunder Strike" dan "Thunder Bird". Baginya sosok pelukis romantisme itu sebagai sosok "legend" yang ia senangi dan hormati.
"Basuki Abdullah seniman legend, pas ngerjainnya kita sebagai seniman muda memang berpikir bisa seluas mungkin karena bekerja dengan freedom, tapi tentunya tetap mengedepankan apa yang kita yakini sebagai seniman dan jangan ego untuk tetap nilai-nilainya terjaga," tukasnya.
Arkiv dari 12 tokoh ciptaannya, di karya ini, seniman asala Bandung ini menampilkan sosok Domma. Domma ini ia ciptakan dimana terinpirasi dari anaknya yang terkecil. "Balik lagi ke sesuatu yang saya suka dari dulu, memorable karena saya senang dengan dunia kartun. Jadi saya ingin buat dunia kartu sendiri melalui Domma ini," jelasnya.
Menurut dia karyanya ini sebagai apresiasi akan Basoeki Abdullah dengan mereplikasi seni lintas umur dan lintas seniman dalam sajian Pop Art. "Pop Art masih panjang karena memang di sini makin banyak kolektor muda yang tertarik dengan seni itu memerlukan apresiasi yang tinggi. Anak muda sekarang pintar bisnis, mereka punya uang lebih, otomatis ketika punya uang jadi tertarik untuk beli karya. Ini akan membuatnya terus bertahan dan ada pasar sendiri," paparnya.
Sementara itu, seniman Peter mengenalkan karakter Redmiller Blood, sosok cilik menggemaskan dengan rambut merah dan matanya yang besar. Ia memiliki ciri lelehan air mata yang menyimpan pesan tentang isu kesehatan mental.
Dua karya yang ditampilkan Dosen Komunikasi Visual Universitas Maranatha ini berjudul "Soaring in the Sky" dan "Final Destiny". Keduanya mengisaratkan isu tentang bagaimana kesehatan mental, proses kehidupan seseorang dalam kehidupan dan bagaimana perjuangan seorang manusia dalam kesehariannya.
"Mencoba riset dua karya Basoeki Abdullah, berbicara perjuangan proses kehidupan manusia itu relate dengan Redmiller Blood. Sosok cute mengemaskan rambut merah, ingin diterima lingkungan ia menggunakan topeng agar bisa diterima lingkungan korbankan true identity. Air mata pelangi penggambaran pesan hidup manusia selama masih punya tekad pasti akan indah pada waktunya," katanya.
Peter juga menggambarkan bagaimana karya Pop Art dia yang berjudul "Soaring in the Sky" mengarah ke kesehatan mental. Lewat sosok Redmiller Blood ini menggambarkan mata jiwa seseorang. Bagaimana sebuah kehidupan, perjuangan seorang manusia dan bagaimana seseorang tidak menyerah sebagai representasi karya Basoeki Abdullah "Sang Pemenang".
"Secara riset dua lukisan mitologi Pak Basoeki secara pesan belum menemukan literatur yang jelaskan lukisan ini. Tapi intinya tentang perjuangan. Sedangkan Final Destiny karya yang bicara tribute, proses perjuangan manusia ke garis finish atau belum. Manusia punya khidmat tujuan hidup, memiliki rasa, kasih sayang, kesadaran hidup dia berguna. Yang harus dihargai step by step perjuangannya," katanya.
Selain lukisan mereka, pameran ArtMoments Jakarta juga menyajikan karya seniman-seniman ternama lainnya termasuk seniman Jepang Miwa Komatsu (disajikan oleh Whitestone Gallery), Arkiv Vilmansa (disajikan oleh G3N Project x Museum of Toys), seniman kontemporer Indonesia yang dikenal secara internasional Eko Nugroho dan Heri Dono (disajikan oleh The Columns Gallery). Kemudian, Handiwirman (disajikan oleh Gajah Gallery), seniman Indonesia muda Laksamana Ryo (disajikan oleh Gallery Afternoon), dan pelukis abstrak Indonesia Erizal (disajikan oleh GajahGallery).
Pameran yang menampilkan 25 galeri seni nasional dan internasional yang terkemuka itu terbuka untuk masyarakat umum pada 19 dan 20 Agustus 2023 dengan tiket masuk Rp100 ribu untuk umum dan Rp50 ribu untuk mahasiswa.