Bisnis.com, JAKARTA -Banyak film yang mengangkat sosok pahlawan untuk menghormati dan mengenang jasa-jasa mereka.
Salah satunya yang baru saja dirilis Agustus tahun lalu, Mat Kilau yang merupakan salah satu pejuang kemanusiaan di Malaysia.
Film berjudul 'Mat Kilau Kebangkitan Pejuang' merupakan film biografi epik mengenai sejarah Malaysia. Bercerita tentang Mat Kilau (Adi Putra), Wahid (Beto Kusyairy), Awang (Fattah Amin) saat melawan penjajahan Inggris (orang melayu menyebutnya: British) di tanah Pahang.
Kisah perjuangan Mat Kilau dan kawan-kawannya dimulai karena mereka merasa sedih melihat penderitaan orang melayu. Karena penjajah British berlaku kejam, semena-mena, dań mengambil kekayaan alam yang ada.
Mat Kilau berhasil membangkitkan semangat orang melayu untuk berjuang, sehingga orang melayu bangkit untuk berperang melawan penjajah.
Dilansir dari Lembaga Sensor Film atau LSF, film action yang disutradarai Syamsul Yusof ini meraup pendapatan kotor tertinggi RM71 juta hanya dalam satu bulan penayangan di bioskop, dan menjadikannya salah satu film terlaris di Malaysia untuk 2022 yaitu RM80 juta.
Pendapatan ini melampaui film Munafik 2 (2018), juga karya Syamsul dengan rekor pennghasilan tertinggi (RM48 juta) selama empat tahun. Lembaga Sensor Film (LSF) mengklasifikasikan film ini untuk penonton usia 17 tahun ke atas.
Penggalan film Mat Kilau ini juga muncul dalam narasi video yang viral tentang penolakan penggusuran di Pulau Rempang.
Dalam akun twitternya, Denny Indrayana membagikan video berdurasi selama 8 menit 46 detik itu yang menuangkan narasi tentang penolakan penggusuran dan kericuhan akibat penolakan warga.
"Saya tahu, video ini sudah viral. Tetapi izinkan saya ikut mensharenya. Masih tetes airmata saya setiap kali menontonnya. Sedih. Marah. Gundah. Kenapa masih terjadi hal semacam ini, rakyat dikorbankan untuk investasi? Kenapa kita terusir di tanah air sendiri? Dimana merdeka? Dimana hati para penguasa?" tulis Denny Indrayana.
Dalam video itu terselip penggalan dari film Mat Kilau dimana saat itu dia mengatakan "Aku orang Melayu yang akan membela bangsaku. Walau Izrail datang sekalipun aku sedia menghadap Islam Agamaku, Melayu Bangsaku, takkan aku berdiam melihat apa yang kau buat pada bangsaku".
Biografi Mat Kilau
Mat Kilau yang lahir dengan nama Mat Kilau bin Imam Rasu sebelum berganti nama menjadi Mohamed bin Ibrahim dengan julukan Mat Siam, adalah seorang pejuang Melayu yang berjuang melawan penjajah Inggris di Pahang.
Ibunya adalah Mahda yang merupakan putri dari Tok Kaut Burau.Mat Kilau diperkirakan lahir sekitar tahun 1865 di Kampung Masjid, Pulau Tawar, Jerantut, Pahang.
Mat Kilau bin Imam Rasu lahir pada tahun 1865 di Kampung Pulau Tawar, kelahirannya jatuh pada masa pemerintahan Raja Bendahara Pahang saat itu, Tun Ahmad.
Ayahnya adalah Imam Rasu bin Shahrum atau lebih dikenal dengan Tok Gajah sedangkan ibunya adalah Mahda binti Tok Kaut Burau.
Mat Kilau konon ahli dalam melantunkan lantunan, zanji dan maulud dikr serta belajar dikir rebana yang dikenal dengan sebutan "Dikir Pahang". Hobi Mat Kilau adalah bermain gasing dan bertarung buah keras.
Pada usia sekitar 20 tahun, Mat Kilau menikah dengan seorang gadis bernama Yang Chik binti Imam Daud yang berasal dari Kampung Kedondong.
Imam Daud adalah seorang ustadz di Pulau Tawar, Jerantut, Pahang dan juga menjadi guru bagi Mat Kilau dan kawan-kawan. Dari hasil pernikahannya ini, Mat Kilau dikaruniai tiga orang anak.
Setelah menikah, Mat Kilau mempelajari seni bela diri dan mempelajari ilmu spiritual. Mat Kilau tidak hanya belajar silat seperti teman-temannya yang lain, ia bahkan lebih banyak belajar silat dengan menggunakan senjata seperti belati dan pedang. Mat Kilau juga banyak belajar dari ayahnya sendiri, Tok Gajah. Ia banyak menuntut ilmu spiritual keagamaan dari Haji Montok (Hj. Utsman bin Senik) yang merupakan mufti Pahang saat itu.
Mat Kilau juga konon pernah bertapa di Gua Kota Gelanggi yang letaknya tak jauh dari Pulau Tawar untuk memperdalam ilmunya. Gua itu masih ada sampai sekarang. Menurut beberapa pendapat orang tua, goa ini bisa menghubungkan Pahang, Terengganu dan Kelantan.
Director:
Syamsul Yusof
Writer:
Shahruddin Dali, Syamsul Yusof
STLS:
Malaysia
Release Date:
23 Juni 200 (Malaysia), 31 Agustus 2022 (Indonesia)
Run Time:
117 Menit
Genres:
Action Drama