Bisnis.com, JAKARTA -- Hari Kesadaran Limfoma Sedunia diperingati setiap 15 September setiap tahun. Hari ini didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran akan kanker limfoma Hodgkin, yang kasusnya semakin banyak belakangan ini.
Peringatan ini dimulai secara global pada 2004 untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap semua tipe-tipe limfoma dalam hal pengenalan gejala, diagnosis dini, dan pengobatan.
Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik, dokter Andhika Rachman mejelaskan, limfoma Hodgkin adalah salah satu dari dua jenis kanker pada sistem kelenjar getah bening.
"Pada limfoma Hodgkin, kanker terjadi akibat mutasi sel B pada sistem limfatik, yang ditandai dengan adanya sel Reed-Sternberg melalui pemeriksaan patologi. Berbeda dengan kanker limfoma jenis lainnya yaitu limfoma non-Hodgkin, yang tidak ditemukan adanya sel Reed-Sternberg," jelasnya dalam edukasi media, Jumat (15/9/2023).
Dokter Andhika menjelaskan kanker limfoma jenis Hodgkin umumnya menyebar bertahap melalui pembuluh getah bening. Pada stadium lanjut bisa menyebar melalui aliran darah ke organ vital seperti hati, paru dan sumsum tulang belakang, meski sangat jarang.
Dia mengatakan bahwa sangat penting bagi masyarakat mengenali gejala limfoma Hodgkin. Beberapa gejala di antaranya pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, dan/atau pangkal paha.
Selain itu, gejala juga dan bisa disertai dengan demam di atas 38° C, berkeringat pada malam hari, penurunan bobot lebih dari 10 persen dalam 6 bulan, gatal-gatal, dan kelelahan yang luar biasa.
Tak Kenal Usia
Sebagian besar kasus limfoma Hodgkin terjadi pada pasien di usia muda, antara 15 - 30 tahun. Kasus limfoma Hodgkin banyak ditemukan di usia muda karena sistem imun belum terbentuk secara matang, sehingga mudah mengalami perubahan.
Lebih lanjut, dokter Andhika menyebutkan, usia dewasa akhir di atas 55 tahun juga tak kalah berisiko. Namun secara biologis, penyakitnya akan berbeda dengan yang terjadi di usia muda.
| Baca Juga Kenali Tiga Jenis Kanker Darah |
|---|
Mirip dengan Gejala TBC
Penyintas limfoma Hodgkin Intan Khasanah menceritakan pengalamannya berjuang melawan kanker limfoma selama hampir 7 tahun, dan sempat mencapai kanker stadium 4.
Penyakitnya berawal pada 2012, ketika menjelang lulus SMA. Gejalanya diawali dengan demam tinggi dan benjolan kecil di leher.
"Awalnya terdiagnosis TBC. Aku sempat berobat TBC sampai 8 bulan, tapi benjolannya masih ada. Tapi, gejala TBC lainnya seperti tambah kurus itu aku nggak mengalami," ujar Intan.
Sementaara benjolan di lehernya makin membesar, disertai berbagai gejala lain seperti dada terasa sesak, dan mengalami kelelahan yang hebat membuatnya kembali mengunjungi dokter.
Benjolan tersebut kemudian dioperasi dan dibiopsi, barulah ditemukan bahwa Intan terkena limfoma Hodgkin dan sudah berada di stadium 4.
Sepanjang perjuangannya melawan kanker, Intan telah menjalani 26 kali kemoterapi, 70 kali radiasi, dan 5 kali operasi, Intan dinyatakan bebas atau remisi dari kanker.
"Ketika diagnosis sudah benar dan tepat, penting untuk kita menuntaskan pengobatan. Karena kalau tidak bisa remisi, atau kankernya kembali lagi. Sebisa mungkin kita upayakan untuk menyelesaikan pengobatan untuk hasil yang optimal," ujar Intan.
Dokter Andhika menjelaskan, mengapa gejala kanker limfoma sering kali salah didiagnosa sebagai TBC. Salah satunya karena Indonesia adalah negara endemi TBC.
"Karena banyak kasus TBC, umumnya dokter pertama kali, apalagi jika tidak dilakukan pemeriksaan mendalam, akan menyangka gejala ini gejala TBC," jelasnya.
Beberapa gejala yang sama adalah ditemukannya benjolan di sekitar leher, dan berkeringat di malam hari.
"Oleh karena itu, jika sudah sampai merasakan ada benjolan, segera periksakan ke dokter untuk memastikan. Karena tidak semua benjolan itu kanker. Tapi semakin cepat ditemukan, bisa semakin cepat sembuh," tambahnya.
