Bisnis.com, JAKARTA - Belakangan kembali viral beredarnya beras plastik yang diduga diimpor dari China.
Kasus beredarnya beras plastik ini bukan pertama kalinya terjadi di Indonesia.
Jadi jika Anda tidak ingin terkena dampak buruknya dari konsumsi beras plastik itu, harus berhati-hati saat membelinya.
Pasalnya, beras plastik memiliki dampak bahaya pada kesehatan.
Dikutip dari laman riau.go.id, dari hasil penelitian diketahui beras berbahan plastik mengandung racun yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Karena itu harus diwaspadai agar jangan sampai pernah mengkonsumsi beras sintetis berbahan plastik tersebut.
Disebutkan, salah satu penyakit yang akan muncul akibat mengkonsumsi beras plastik secara terus menerus adalah kanker. Hal ini bisa terjadi karena racun yang ada di plastik akan menjadi karsinogenik yang memicu munculnya kanker.
Saat pertama kali mengkonsumsi beras plastik itu sendiri sudah terjadi penolakan dalam tubuh melalui berbagai gejala, seperti sakit perut, mual, diare, kerap buang air besar dan tubuh menjadi lemah.
Pasalnya plastik tersebut tidak bisa dicerna oleh usus manusia, sehingga menimbulkan masalah pada lambung. "Karena itulah, kita harus tetap waspada agar jangan sampai terkonsumsi beras sintetis dari plastik itu," ujarnya.
Selain mengandung polyvinyl chloride, beras plastik juga mengandung bahan bersifat plastisizer plastik seperti benzyl butyl phtalate (BBT), Bis 2-ethylhexyl phtalate (DEHP), dan diisononyl phtalate (DNIP). Ketiga bahan tersebut merupakan pelembut yang biasa digunakan bersamaan dengan polyvinyl chloride.
Ketiga bahan tersebut digunakan untuk membuat (mencetak) beras yang mengandung senyawa polyvinyl chloride sehingga mirip seperti aslinya.
Bahan-bahan tersebut adalah jenis produk turunan dari hasil tambang minyak bumi atau produk petrokimia yang peruntukannya untuk pembuatan barang-barang plastik contohnya pipa, yang tentu saja sangat tidak layak dan berbahaya bila dikonsumsi.
Beras plastik, jelasnya lagi, dibuat dari pati atau tepung yang yang dicampur dengan bahan dan bahan pembantu dari produk petrokimia diperkirakan untuk mendapatkan harga yang murah.