Bisnis.com, BANDUNG – Kementerian Kesehatan singapura melaporkan meningkatkan kasus yang mirip dengan influenza sejak Oktober 2023 hingga saat ini. Pemerintah setempat menduga bahwa ini disebabkan oleh pencabutan pembatasan Covid-19.
Dinas kesehatan setempat menyebutkan bahwa peredaran patogen yaitu influenza dan infeksi bakteri umum yang menyerang anak-anak, termasuk pneumonia mikoplasma. Hal ini menyebabkan infeksi yang naik 2 kali lipat.
Pada 19-25 November, jumlah estimasi infeksi COVID-19 meningkat dua kali lipat menjadi 22.094, dibandingkan dengan 10.726 pada minggu sebelumnya. "Rata-rata rawat inap harian COVID-19 dan kasus ICU tetap stabil," ungkap kementerian tersebut, mengutip laman CNA, Senin (4/12/2023).
Kemenkes Singapura mengatakan bahwa peningkatan infeksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti musim perjalanan akhir tahun dan berkurangnya kekebalan penduduk.
EG.5 dan sub-galurnya HK.3 tetap menjadi sub-varian yang dominan di Singapura, menyumbang lebih dari 70 persen dari kasus yang diurutkan.
"Saat ini, tidak ada indikasi bahwa sub-varian yang dominan lebih mudah menular atau menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan dengan varian lain yang beredar," kata Kemenkes Singapura.
Jika melihat peningkatan penyakit pernapasan di negara-negara belahan bumi utara pada bulan-bulan musim dingin, Kemenkes Singapura mengatakan bahwa kasus penyakit pernapasan secara keseluruhan di Singapura tetap stabil selama sebulan terakhir.
"Tidak ada indikasi peningkatan penyakit pernapasan yang parah, termasuk pada anak-anak," tambahnya.
China, yang telah mengalami lonjakan "penyakit mirip influenza" sejak pertengahan Oktober, mengatakan bahwa lonjakan tersebut disebabkan oleh pencabutan pembatasan COVID-19 dan peredaran patogen yang diketahui, yaitu influenza dan infeksi bakteri umum yang menyerang anak-anak, termasuk pneumonia mikoplasma.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pihak berwenang China mengatakan bahwa mereka belum mendeteksi "patogen yang tidak biasa atau baru" di bagian utara negara tersebut.
Kementerian Kesehatan Singapura mencatat bahwa hingga saat ini, WHO telah menyatakan bahwa tren peningkatan penyakit pernapasan bukanlah hal yang tidak terduga karena dimulainya musim dingin.
Infeksi COVID-19 berkontribusi terhadap jumlah keseluruhan kasus penyakit pernapasan di Singapura.
Kemenkes Singapura menyarankan masyarakat untuk tetap mengikuti perkembangan vaksinasi Covid-19 mereka, dan merekomendasikan dosis tambahan sekitar satu tahun setelah dosis vaksin terakhir bagi mereka yang berusia 60 tahun ke atas, orang-orang yang rentan secara medis, serta penghuni fasilitas perawatan lansia.
"Di luar kelompok ini, semua orang berusia enam bulan ke atas juga dianjurkan untuk menerima dosis tambahan, terutama untuk petugas kesehatan dan anggota rumah tangga atau pengasuh individu yang rentan secara medis," tambah Kemenkes Singapura. (Kresensia Kinanti)