Merokok/boldsky.com
Health

Mayoritas Perokok Mulai Merokok Sejak di Bangku Sekolah

Redaksi
Jumat, 15 Desember 2023 - 18:00
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Angka konsumsi rokok disetiap tahunnya mengalami peningkatan, terutama pada usia 10 hingga 18 tahun.

Data riset kesehatan dasar Kementerian Kesehatan Indonesia menunjukkan adanya peningkatan konsumsi rokok di tahun 2018 sebesar 19,1%.

Menurut survei dari Indonesia Youth Summit on Tobacco Control (IYCTC), terdapat 267 responden perokok dengan rentang 13-25 tahun.

Dari angka itu, 37,1% perokok dibawah 18 tahun dan 89,4% responden mulai merokok saat sejak di bangku sekolah.

Peningkatan perokok anak disebabkan oleh iklan rokok yang dengan bebas ada di Internet dan harga rokok yang murah serta diperjualbelikan secara satuan di warung-warung kecil sehingga memudahkan para anak untuk mendapatkannya.

Selain itu, menurut data Badan Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa rokok adalah pengeluaran terbesar ke dua setelah beras, 1% kenaikan belanja rokok akan meningkatkan 6% kemiskinan pada rumah tangga.

Menuju tahun politik 2024, sudah saatnya bagi anak muda untuk memilih calon pemimpin yang pro terhadap kesehatan masyarakat, termasuk dalam pengendalian konsumsi rokok di Indonesia.

Harapannya, capres-cawapres, legislatif maupun eksekutif bisa memasukkan isu pengendalian terkait rokok, karena selama ini belum banyak yang berani menyuarakan isu tersebut.

“Rokok memang produk legal, namun tidak normal, artinya konsumsinya perlu dikendalikan, salah satunya melalui cukai karena fungsi cukai adalah untuk mengendalikan,” jelas Ni Made Shellasih mewakili IYCTC.

Sosialisasi tidak cukup jika rokok masih dapat diakses, dibutuhkan peran pemerintah untuk membuat kebijakan yang lebih kuat lagi terkait pengendalian rokok.

“Permintaan masyarakat terhadap rokok itu inelastis, yaitu ketika harga naik, peminatnya tidak berubah. Di Indonesia sendiri ada industrinya dan memberikan sumbangan yang kuat pada perekonomian negara,” ucap Try Lutfhi Nugroho, Public Affair Lead Bijak Memilih.

Namun, beban biaya kesehatan yang dikeluarkan negara justru lebih besar daripada pendapatan yang diperoleh dari cukai rokok.

Menurut data dari Soewarta Kosen, pada tahun 2015 mencapai triliunan rupiah beban kesehatan akibat rokok, yang dimana merupakan tiga kali lipat dari pendapatan yang diperoleh.

Eva Susanti, Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI menyampaikan, dari berbagai hasil studi, sudah disampaikan bahwa keterlibatan pembangunan kesehatan dengan terlibatnya pemuda sangat perlu digencarkan untuk prises pembuatan keputusan didalam pemantauan dan evaluasi program pemerintah.

Isu kesehatan adalah hak mendasar. Perlu adanya pencegahan sejak saat ini agar tidak terjadi lebih banyak lagi perokok anak. Harus berani ambil peran dalam menyampaikan kritik terutama pada aspek kesehatan demi Indonesia yang sehat.

“Sebagai anak muda yang berbicara berdasarkan bukti nyata dilapangan, jangan takut untuk bersuara, kita mungkin tidak bisa mendobrak kebijakan hanya dengan satu suara, tapi percayalah bahwa keberanian itu menular dan kebenaran juga akan menular,” ucap Rian Farhadi dari Distrik Berisik mendorong anak muda untuk mau bersuara demi masa depan Indonesia. (LuygiAmbhara Putri)

Penulis : Redaksi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro