Bisnis.com, JAKARTA – Batu empedu adalah endapan cairan pencernaan yang mengeras dan terbentuk di kantong empedu.
Kantong empedu adalah organ kecil berbentuk seperti buah pir di bagian kanan perut, tepat di bawah hati, berfungsi untuk menampung cairan pencernaan yang disebut empedu dan kemudian dilepaskan ke usus kecil.
Orang yang mengalami batu empedu biasanya memerlukan operasi pengangkatan kantong empedu. Batu empedu mungkin tidak menimbulkan tanda atau gejala.
Dilansir dari Mayo Clinic, berikut ini adalah tanda atau gejala yng terjadi jika batu empedu tersangkut di saluran hingga menyebabkan penyumbatan:
* Rasa sakit secara tiba-tiba dan semakin parah di bagian kanan atas perut.
* Rasa sakit juga terasa di bagian tengah perut, tepat di bawah tulang dada.
* Sakit punggung di antara tulang belikat.
* Nyeri di bahu kanan.
* Mual atau muntah.
Penyebab Batu Empedu
Empedu mengandung terlalu banyak kolesterol. Biasanya, empedu mengandung cukup bahan kimia untuk melarutkan kolesterol yang dikeluarkan oleh hati. Tetapi jika hati mengeluarkan lebih banyak kolesterol, kelebihan kolesterol tersebut dapat terbentuk menjadi kristal dan akhirnya menjadi batu.
Empedu mengandung terlalu banyak bilirubin. Bilirubin adalah bahan kimia yang diproduksi ketika tubuh memecah sel darah merah. Kondisi tertentu menyebabkan hati memproduksi terlalu banyak bilirubin, termasuk sirosis hati, infeksi saluran empedu, dan kelainan darah tertentu.
Kantong empedu tidak dikosongkan dengan benar. Jika kantong empedu tidak dikosongkan dengan cukup sering, empedu mungkin menjadi sangat pekat, sehingga berkontribusi pada pembentukan batu empedu.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk pencegahan batu empedu, antara lain:
1. Makan tepat waktu
Cobalah untuk makan di waktu yang sama setiap harinya. Melewatkan makan dapat meningkatkan risiko batu empedu.
Baca Juga Gejala Batu Empedu dan Penyebabnya |
---|
2. Hindari penurunan berat badan secara drastis
Jika menurunkan berat badan, maka lakukan secara perlahan. Penurunan berat badan yang cepat atau drastis dapat meningkatkan risiko batu empedu. Usahakan untuk menurunkan sekitar 0,5 hingga 1 kilogram dalam seminggu.
3. Makan makanan berserat tinggi.
Konsumsi lebih banyak makanan kaya serat dalam diet, seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian.
4. Pertahankan berat badan yang sehat
Obesitas dan kelebihan berat badan meningkatkan risiko batu empedu. Berusahalah untuk memiliki berat badan yang sehat dengan mengurangi jumlah asupan kalori dan meningkatkan jumlah aktivitas fisik yang dilakukan.
Pengobatan yang dapat dilakukan ketika mengalami batu empedu, dilansir dari Healthline, adalah sebagai berikut:
5. Pembedahan
Kolesistektomi, yaitu pembedahan untuk mengangkat kantong empedu, salah satu operasi yang paling umum dilakukan pada orang dewasa di Amerika Serikat.
Ada dua jenis kolesistektomi:
1. Kolesistektomi laparoskopi
Pembedahan umum yang memerlukan anestesi. Dokter bedah biasanya akan membuat tiga atau empat sayatan di perut. Kemudian, mereka akan memasukkan alat kecil yang menyala ke dalam salah satu sayatan, memeriksa adanya batu, lalu mengangkat kantong empedu.
2. Kolesistektomi terbuka: Pembedahan ini biasanya dilakukan jika kantung empedu meradang, terinfeksi, atau memiliki bekas luka. Pembedahan ini juga dapat dilakukan jika terjadi masalah selama kolesistektomi laparoskopi.
Perawatan non-bedah
Jika pembedahan tidak dapat dilakukan, misalnya jika pasien berusia lanjut, ada beberapa cara lain yang dapat dicoba oleh dokter untuk menyingkirkan batu empedu, antara lain:
1. Terapi pelarutan oral
Biasanya mencakup penggunaan obat ursodiol (Actigall) dan chenodiol (Chenix) untuk memecah batu empedu. Obat-obatan ini mengandung asam empedu, yang bekerja untuk memecah batu. Perawatan ini paling sesuai untuk memecah batu kolesterol dan dapat memakan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk bekerja sepenuhnya.
2. Litotripsi gelombang kejut
Lithotripter adalah mesin yang menghasilkan gelombang kejut yang dapat memecah batu empedu menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
3. Drainase perkutan kantong empedu
Menempatan jarum steril ke dalam kantong empedu untuk menyedot (mengeluarkan) empedu. Sebuah tabung kemudian dimasukkan untuk membantu drainase tambahan. Prosedur ini biasanya bukan merupakan garis pertahanan pertama dan cenderung menjadi pilihan bagi individu yang mungkin tidak cocok untuk prosedur lain. (Luygi Ambhara Putri)