Bisnis.com, JAKARTA - Sepanjang 2023, beberapa jenis penyakit yang dikhawatirkan menjadi wabah baru bermunculan di tanah air.
Meski sempat mengkhawatirkan, tapi pada akhirnya penyakit tersebut dapat dikendalikan peningkatannya.
Berdasarkan catatan Bisnis, ada setidaknya lima penyakit yang dikhawatirkan menjadi wabah pada 2023 ini.
Yakni polio, monkey pox, pneumonia, demam berdarah dan terakhir covid-19 yang kembali mencatatkan lonjakan kasus.
Kelima penyakit ini bisa juga dikategorikan sebagai emerging infectious disease (EIDs). Pasalnya, penyakit ini, tidak kanya bisa menyebabkan kematian, tapi juga membawa dampak sosial dan ekonomi yang besar dalam dunia yang telah saling berhubungan saat ini.
Selain itu, dampak dari penyakit infeksi baru ini relatif lebih besar di negara-negara berkembang yang memiliki sumber daya yang lebih sedikit.
Dikutip dari laman resmi Kemenkes, EIDs adalah penyakit yang muncul dan menyerang suatu populasi untuk pertama kalinya, atau telah ada sebelumnya namun meningkat dengan sangat cepat, baik dalam hal jumlah kasus baru didalam suatu populasi, atau penyebarannya ke daerah geografis yang baru.
Yang juga dikelompokkan dalam EIDs adalah penyakit yang pernah terjadi di suatu daerah di masa lalu, kemudian menurun atau telah dikendalikan, namun kemudian dilaporkan lagi dalam jumlah yang meningkat.
Kadang-kadang sebuah penyakit lama muncul dalam bentuk klinis baru, yang bisa jadi lebih parah atau fatal. Penyakit ini disebut dengan penyakit lama (re-emerging), contoh terbaru adalah chikungunya di India.
Kebanyakan penyakit emerging dan re-emerging asalnya adalah zoonotik, yang artinya penyakit ini muncul dari seekor hewan dan menyeberangi hambatan spesies dan menginfeksi manusia.
Ada banyak faktor yang mempercepat kemunculan kemudahan penyakit baru, karena faktor-faktor ini menyebabkan agen infeksi berkembang menjadi bentuk ekologis baru, agar dapat menjangkau dan beradaptasi dengan inang yang baru, dan agar dapat menyebar lebih mudah diantar inang-inang baru.
Faktor-faktor ini termasuk urbanisasi dan penghancuran habitat asli, yang menyebabkan hewan dan manusia hidup dalam jarak dekat, perubahan iklim dan perubahan ekosistem; perubahan dalam populasi inang reservoir atau vektor serangga perantara; dan mutasi genetik mikroba.
Akibatnya dampak dari penyakit baru sulit untuk diprediksi namun bisa signifikan, karena manusia mungkin hanya memiliki sedikit kekebalan terhadap penyakit ini atau tidak sama sekali.
Berikut lima penyakit EID's yang muncul sepanjang 2023
1. MPox
Indonesia kembali melaporkan satu kasus informasi virus cacar monyet ini pada Oktober 2023 lalu. Sebelumnya, kasus ini sempat menghilang setelah muncul pada Agustus 2022.
Tercatat penambahan delapan kasus konfirmasi Mpox, sehingga total kasus di Indonesia mencapai 59 kasus konfirmasi yang tersebar di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Kepulauan Riau.
Kasus Mpox yang pada 23 Juli 2022 ditetapkan sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia (PHEIC), sebenarnya telah dinyatakan berakhir pada 11 Mei 2023.
2. Polio
Setelah delapan tahun lamanya Indonesia bebas polio, di beberapa wilayah kembali ditemukan kasus Polio.
Pada 14 Maret 2023, Indonesia kembali melaporkan satu kasus tambahan Polio (tipe CVDPV2) di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, dengan tujuh kasus CVDPV2 pada tujuh anak sehat tanpa bergejala di lingkungan sekitar kasus. Kasus serupa juga ditemukan pada tiga pasien di Provinsi Aceh.
Di DKI Jakarta, tercatat jumlah kasus polio sepanjang 2023 mencapai hampir 100 kasus. Perinciannya lima kasus di Jakarta Pusat, 17 kasus di Jakarta Utara, 25 kasus di Jakarta Barat, 18 kasus di Jakarta Timur, dan satu kasus di Kepulauan Seribu.
Temuan itu berdasarkan kurun waktu Januari hingga Mei 2023.
3. Demam berdarah
Kementerian Kesehatan mencatat, paruh Oktober 2023, ada 68.996 kasus demam berdarah dengue (DBD) dengan kasus kematian 498 jiwa di tanah air.
Sedangkan insiden rate 25,10/100.000 penduduk dan case fatality rate 0,72 persen.
68 ribu lebih kasus tersebut dilaporkan terjadi di 464 kabupaten/kota di 34 provinsi, sedangkan kasus kematian akibat virus dengue terjadi di 195 kabupaten/kota di 32 provinsi.
BPOM sendiri telah mengeluarkan izin edar untuk Vaksin Dengue dengan nama Qdenga pada 19/08/2022. Vaksin ini merupakan vaksin Dengue kedua yang disetujui izin edarnya oleh BPOM setelah Dengvaxia (terdaftar atas nama PT Aventis Pharma).
Qdenga merupakan vaksin dengan indikasi untuk pencegahan penyakit dengue yang disebabkan oleh virus dengue pada usia 6 sampai 45 tahun yang terdaftar atas nama PT. Takeda Indonesia. Vaksin ini diproduksi oleh IDT Biologika GmbH Germany dan dirilis oleh Takeda GmbH Germany.
4. Pneumonia
Awal Desember yang merupakan bulan terakhir 2023, Indonesia kembali mendapatkan alarm kesehatan dengan munculnya Pneumonia Mycoplasma.
Penyakit pernapasan ini, awalnya melanda China Utara dan mayoritas menyerang anak-anak, dan pada 6 Desember 2023 Pemerintah melalui Kemenkes merilis informasi jika penyakit itu juga telah terdeteksi di Indonesia.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu kala itu menyatakan ada 6 kasus Mycoplasma Pneumoniae yang kena dan pernah dirawat di rumah sakit.
Perinciannya, dari 6 pasien yang terkonfirmasi, 5 pasien pernah dirawat di RS Medistra dan 1 pasien di RS JWCC, Jakarta.
Dari 5 pasien yang dirawat di RS Medistra, 2 pasien menjalani rawat inap pada 12 Oktober dan 25 Oktober, sementara 3 pasien lainnya menjalani rawat jalan pada November lalu. Kemudian, satu pasien di RS JWCC disebut menjalani rawat inap.
Seluruh pasien yang terinfeksi Mycoplasma Pneumonia adalah anak-anak berusia 3-12 tahun. Gejala awal yang paling umum ditemukan, yakni panas dan batuk, sesak ringan hingga sulit menelan.
“Laporan dari rumah sakit, saat ini seluruh pasien telah sembuh,” terang Dirjen Maxi.
Meski semua pasien dinyatakan sehat dan sudah menjalani aktivitas seperti biasa, lanjut Dirjen Maxi, pemerintah tetap melakukan penelusuran kasus, terutama di lingkungan sekolah dan rumah mengingat bakteri Mycoplasma Pneumonia menyebar melalui droplet.
5. Covid-19
Kasus Covid-19 di Indonesia kembali mengalami kenaikan dalam beberapa pekan terakhir. Tercatat sudah ada penambahan 453 kasus baru, dan kasus aktif 2.761.
Tapi, jumlah kasus aktif Covid-19 di Indonesia ini masih di bawah level satu pandemi virus corona yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO). Level satu pandemi menurut WHO yakni 56.000 kasus aktif per minggu.
Update 22 Desember
Kasus aktif (6-22 Des): 2.154 kasus
Kasus baru: 402 kasus (-11%)
Kematian: 6 kasus (-33%)
Testing: 3.271 test (-3%)