Bisnis.com, JAKARTA -- Merokok adalah salah satu kebiasaan buruk yang sudah menjadi gaya hidup di masyarakat. Padahal, ini menjadi penyebab salah satu penyakit paling mematikan bagi anak-anak.
Terlebih saat ini, perokok pada usia remaja semakin banyak dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Riskesdas 2018, ada peningkatan kasus perokok remaja dari sebelumnya 7 persen menjadi 9 persen.
Dokter spesialis anak RSCM, Nastiti Kaswandani atau disapa dr. Dani mengatakan, kebanyakan orang tua di rumah juga membela diri bahwa mereka tidak merokok langsung di depan anak-anaknya. Padahal ada risiko Third Hand Smoker.
Apa itu Third Hand Smoker?
Third Hand Smoker adalah ketika ada perokok di rumah, maka bahan kimia dari asap-asap rokok itu bisa tertinggal di mana saja seperti di rambut, pakaian, kulit, sofa, atau jok mobil, permukaan meja dan permukaan lainnya.
Sehingga, meskipun tidak merokok di hadapan anak, tetapi anak tetap bisa menjadi Third Hand Smoker dan bisa meningkatkan risiko untuk terjadinya infeksi saluran pernapasan, seperti pneumonia.
Adapun, residu rokok itu tidak bisa hilang dengan mudah hanya dengan membuka jendela atau kipas angin, sehingga meningkatkan risiko-risiko yang juga berbahaya bagi perokok seperti kanker.
"Sehingga anak yang tinggal dengan perokok lebih banyak sakit dibandingkan dengan anak yang tidak tinggal dengan perokok. Ada suatu penelitian kalau anak terpapar asap rokok itu 4 kali lebih tinggi kemungkinan lebih banyak sakit dibandingkan dengan anak yang tidak tinggal dengan perokok," paparnya.
Di samping itu, vape atau rokok elektrik juga tak kalah berbahaya. Banyak studi yang mengatakan rokok elektrik akan meningkatkan kerentanan terhadap pneumokokus atau kuman penyebab pneumonia.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada 2018, pneumonia merenggut nyawa lebih dari 800.000 anak balita di seluruh dunia.
Sebagian besar kematian terjadi pada anak berusia di bawah dua tahun dan nyaris 153.000 kematian terjadi pada bulan pertama kehidupan.
Angka kematian anak akibat Pneumonia lebih tinggi dibandingkan penyakit lainnya seperti diare, yang menyebabkan kematian 437.000 anak balita, sedangkan malaria merenggut nyawa 272.000 anak.
Adapun, beberapa cara melindungi anak dari pneumonia adalah dengan memberikan aksi eksklusif, memberikan nutrisi yang tepat, dan jangan terlambat melakukan imunisasi, serta faktor risiko harus dihilangkan.
"Jangan tunda imunisasi, karena kita menunda imunisasi. Padahal justru kita tahu bahwa semakin muda usia, itu semakin tinggi kerentanan terhadap pneumonia," tambahnya.