CT scan/bloomberg
Health

Mengulik Fluorodeoxyglucose, Teknologi untuk Deteksi Kanker

Mia Chitra Dinisari
Kamis, 1 Februari 2024 - 15:30
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kanker menjadi salah satu penyebab kesakitan dan kematian utama di Indonesia, tetapi sebagian besar penderita kanker datang ke rumah sakit ketika memasuki stadium akhir. Untuk itu, perlu upaya memperkuat deteksi dini terhadap penyakit kanker.

Menanggapi kebutuhan tersebut, PT Global Onkolab Farma (GOF), anak usaha Kalbe Farma akan membangun fasilitas produksi radioisotop dan  radiofarmaka khususnya Fluorodeoxyglucose (FGD) untuk keperluan deteksi dini penyakit kanker. 

Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius mengatakan fasilitas produksi radiofarmaka yang memproduksi Fluorodeoxyglucose (FGD) ini sangat diperlukan untuk menunjang layanan pemeriksaan Positron Emission Tomography and Computed Tomography Scanning (PET/CT-Scan) yang ada di rumah sakit. 

Dia berharap produksi radiofarmaka Kalbe dapat membantu memenuhi kebutuhan rumah sakit dalam pemeriksaan PET/CT-Scan sekaligus membantu memperluas akses ke lebih banyak pasien kanker untuk menjalani terapi kanker secara komprehensif.

Cara kerja Fluorodeoxyglucose untuk PET dan CT Scan

PET/CT-Scan  adalah pemeriksaan pencitraan medis tingkat lanjut yang memberikan informasi mendetail tentang fungsi organ atau sistem dalam tubuh, khususnya untuk mendeteksi adanya penyakit kanker. 

Dibandingkan MRI scan atau CT scan saja, PET-CT scan atau PET-MRI scan dapat memberikan lebih banyak informasi untuk penentuan tahap kanker.

Pemeriksaan PET-CT membutuhkan dengan ketersediaan radiofarmaka FDG (Fluorodeoxyglucose).  Sayangnya, fasilitas produksi produk radioisotop dan radiofarmaka dalam negeri yang tersertifikasi masih terbatas.

Dilansir dari Science Direct, FDG saat ini merupakan pelacak radio yang paling umum digunakan dalam pencitraan PET klinis.

Pencitraan tumor dengan FDG didasarkan pada prinsip peningkatan metabolisme glukosa sel kanker, yang lebih bergantung pada glikolisis anaerobik (efek Warburg).

Seperti glukosa, FDG diambil oleh sel kanker melalui facilitative glucose transporter (GLUTs). Begitu berada di dalam sel, glukosa atau FDG difosforilasi oleh heksokinase masing-masing menjadi glukosa-6-fosfat atau FDG-6-fosfat.

Ekspresi GLUT dan heksokinase, serta afinitas heksokinase untuk fosforilasi glukosa atau FDG, umumnya lebih tinggi pada sel kanker dibandingkan sel normal.

Glukosa-6-fosfat bergerak lebih jauh ke jalur glikolitik atau oksidatif untuk dimetabolisme, berbeda dengan FDG-6-fosfat, yang tidak dapat dimetabolisme.

Dalam sel normal, glukosa-6-fosfat atau FDG-6-fosfat dapat mengalami defosforilasi dan keluar dari sel. Namun, pada sel kanker, ekspresi glukosa-6-fosfatase biasanya menurun secara signifikan, sehingga glukosa-6-fosfat atau FDG-6-fosfat hanya mengalami defosforilasi minimal dan sebagian besar tetap berada di dalam sel.

Karena FDG-6-fosfat tidak dapat dimetabolisme, maka ia terperangkap dalam sel kanker sebagai metabolit polar, dan menjadi dasar visualisasi tumor pada pemindaian FDG-PET.

Intensitas tumor ganas pada PET bergantung pada histologi dan jumlah sel ganas pada massa tumor. Limfoma Hodgkin dan melanoma sangat kuat pada FDG-PET, sedangkan tumor lain seperti kanker paru bronkioalveolar, adenokarsinoma musinosa, atau limfoma jaringan limfoid terkait mukosa (MALT) mungkin hanya memiliki aktivitas FDG yang sederhana.

Selain itu, FDG juga digunakan dalam proses yang tidak berbahaya seperti infeksi dan peradangan karena sel darah putih dan fibroblas sangat tertarik pada FDG. Penyebab utama aktivitas FDG-PET positif palsu dan negatif palsu dirangkum dalam Kotak 11-1.

Terapi radiasi dapat menimbulkan akumulasi kronis makrofag aktif secara metabolik yang rajin melakukan pemindaian FDG-PET. Durasinya bervariasi dan bergantung pada lokasi tumor, namun aktivitas FDG dapat bertahan selama berbulan-bulan di bidang pengobatan radiasi. 

Menariknya, FDG-PET dapat diperoleh selama terapi kemoradiasi untuk mengevaluasi respons dini pada pasien dengan kanker paru-paru non-sel kecil, yang menunjukkan bahwa aktivitas inflamasi ini mungkin tertunda hingga beberapa waktu setelah terapi.2,3

Sebaliknya, terapi radiasi dapat terjadi dalam aktivitas FDG positif palsu ketika mengevaluasi respons dini terhadap terapi neoadjuvan pada kanker esofagus, dan FDG-PET biasanya digunakan untuk mengevaluasi respons dini terhadap kemoterapi saja sebelum menambahkan terapi radiasi.

“Saat ini Kalbe telah menjalin kerja sama dengan rumah sakit untuk pemanfaatan radiofarmaka, tidak terbatas pada tatalaksana kanker/onkologi saja, namun diharapkan dapat digunakan untuk penilaian jantung, neurologi, alzheimer, gangguan psikiatri/mental serta di bidang-bidang lain di dunia kedokteran,“ kata Direktur PT Kalbe Farma Tbk Mulia Lie.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro