Bisnis.com, JAKARTA - Masih dalam rangka memperingati hari obesitas dunia yang diperingati setiap 4 Maret, masyarakat perlu menyadari pentingnya menjaga bentuk tubuh tetap ideal, termasuk pada anak-anak, bayi dan balita.
Di Indonesia dan di mana pun di seluruh dunia, banyak orang tua yang beranggapan anak yang gemuk dengan pipi tembam dan badan berlipat-lipat adalah anak yang sehat dan menggemaskan.
Padahal, anggapan ini salah besar. Kondisi anak yang terlalu gemuk hingga obesitas sejak usia dini menjadi peringatan akan banyaknya potensi bahaya penyakit yang mengintai.
Di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI sampai dengan 2018 tercatat 1 dari 5 anak mengalami kelebihan berat badan.
Padahal, kegemukan atau obesitas pada anak sangat bisa dicegah bahkan sejak dari dalam kandungan.
Istri Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Ida Rachmawati mengatakan bahwa masyarakat harus mengubah mindset bahwa anak yang gemuk bukan berarti dan tidak selalu anak yang sehat.
"Kami terus melakukan edukasi untuk masyarakat, karena banyak yang kurang terinformasi bahwa gendut tidak sama dengan sehat. Kita harus fokus anaknya sehat dulu. Dan memang edukasi jadi tantangan buat Kemenkes bagaimana gendut bisa menyebabkan obesitas dan menyebabkan penyakit lainnya," katanya dalam diskusi panel di Jakarta, Selasa (5/3/2024).
Dia menegaskan, gemuk itu menggemaskan adalah stigma yang harus bersama-sama dienyahkan.
Bahaya yang Mengintai Anak dengan Obesitas
Pada anak-anak, khususnya bayi dan balita, pertumbuhannya bisa dipantau melalui antropometri, melihat berat badan, panjang atau tinggi badan, yang kemudian diplot ke kurva baik di buku KIA dari Kemenkes, atau aplikasi Primaku.
Baca Juga Hari Obesitas Sedunia, 4 Maret 2024, Simak Penyebab, Cara Mengatasi, dan Makanan Mencegah Obesitas |
---|
Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan menyebutkan, dalam kurva tersebut akan terlihat persentase atau Z-Score. Ketika persentasenya di atas 85, anak atau bayi bisa dikatakan overweight, dan jika sampai 95 sudah tergolong obesitas.
"Kalau ini dibiarkan berlama-lama, jadi dari umur 1 tahun sudah overweight, 2 tahun sampai 5 tahun dibiarkan tetap obesitas, terjadilah lehernya menghitam, karena badannya berat kakinya agak O, naik tangga sesak napas, dan lain-lain," paparnya.
Berdasarkan jumah pasiennya sendiri, Prof. Aman menyebutkan anak dengan leher yang menghitam di usia SD sudah ada 15-16%, dan itu menunjukkan sudah resisten insulin.
"Kalau dibiarkan tetap obesitas sampai SMP, SMA sudah jadilah dia diabetes," lanjutnya.
Selain itu, di Jakarta, 34% anak sampai usia di bawah 18 tahun yang obesitas juga mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi.
"Waktu Covid kita nggak tahu kenapa banyak anak-anak dan remaja ada yang meninggal, bisa jadi karena mereka punya hipertensi. Karena mayoritas dari yang meninggal saat Covid-19 juga karena obesitas," terangnya.
Selain itu, bagi anak perempuan, obesitas sejak dini juga bisa menyebabkan pubertas lebih cepat, yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan tinggi badannya yang cepat terhenti.
Untuk menjaga badan anak tetap ideal sesuai dengan usia dan tinggi badannya, WHO sudah mengeluarkan rekomendasi asupan Gula Garam Lemak (GGL) per hari sampai 50 gram atau 4 sendok gula, garam 2000mg atau 1 sendok teh, dan lemak 67 gram atau 5 sendok makan minyak.
Prof. Aman juga menegaskan untuk usia sebelum 5 tahun diupayakan untuk memasukan asupan lebih sedikit dari anjuran tersebut.
Tips Hidup Sehat 5-2-1-0
Selain itu, lakukan tips hidup sehat 5-2-1-0, yaitu 5 kali makan buah dan sayur per hari, sehingga kenyang dan tidak ingin makan camilan.
Selanjutnya, 2 untuk tidak oleh duduk lebih dari 2 jam per hari baik di sekolah atau di kendaraan. Kemudian 1 yaitu minimal harus melakukan aktivitas fisik 1 jam setiap hari misalnya dengan bermain di taman, olahraga, atau tummy time untuk bayi sejak baru lahir. Terakhir 0, kalau sudah obesitas asupan makan gula atau gula tambahan harus 0 atau tidak boleh sama sekali.