Bisnis.com, JAKARTA - Hari Obesitas Dunia diperingati setiap 4 Maret, sebagai peringatan agar obesitas tidak dinormalisasi karena merupakan salah satu gangguan gizi buruk.
Pasalnya, saat ini obesitas telah menjadi masalah global yang berdampak pada 2 miliar penduduk dunia termasuk di Indonesia. Saat ini, Indonesia menempati salah satu peringkat teratas di Asia Tenggara dan terjadi peningkatan obesitas yang cukup signifikan, dari 10,5% pada 2007 menjadi 21,8% pada 2018.
Padahal, obesitas menjadi faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular seperti diabetes melitus, jantung, kanker, dan hipertensi yang berkontribusi pada penyebab kematian paling banyak.
Risiko obesitas dapat dicegah dengan menjalani pola hidup sehat sejak dini, yaitu dengan batasi konsumsi Gula Garam dan Lemak (GGL), baca label kemasan, dan latihan fisik rutin.
Selain itu, obesitas juga bisa dicegah jika masyarakat sadar dan mau membaca informasi nilai gizi di kemasan makanan olahan yang dibeli sehari-hari, terutama dari makanan ringan seperti camilan yang tidak terlalu diperlukan tubuh.
Pengawas Farmasi dan Makanan Ahli Muda, Direktorat Standardisasi Pangan Olahan, Badan POM RI Pratiwi Yuniarti Martoyo mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat membaca Informasi Nilai Gizi.
Informasi Nilai Gizi umumnya berbentuk tabel pada kemasan yang menunjukkan daftar kandungan zat gizi dan non gizi pangan olahan sesuai aturan. Semua produk pangan harus mengikuti aturan dan harus tercantum agar konsumen mudah membacanya.
"Jadi Informasi Nilai Gizi ini dapat digunakan untuk membandingkan produk yang sama antara yang satu dengan yang lain. Misalnya susu bubuk full cream A dan B, bisa dibandingkan INGnya dan di situlah kita bisa pilih yang sesuai dengan kebutuhan gizi kita," ujarnya.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang sering kali tertera pada kemasan pangan dihitung berdasarkan kebutuhan energi 2150 kkal untuk kelompok umum, yang bukan untuk anak di bawah 3 tahun, dan bukan di atas 60 tahun. Setiap orang punya kebutuhan yang berbeda yang bisa dikonsultasikan ke dokter gizi.
Lantas apa yang harus diperhatikan dari Informasi Nilai Gizi?
1. Takaran saji
Takaran saji adalah jumlah pangan olahan yang wajar dikonsumsi dalam 1 kali makan atau minum. Tabel ini juga menunjukkan berapa kali kita bisa konsumsi dalam sehari.
Kemudian, perhatikan juga jumlah sajian per kemasan. Misalnya dalam 500 gram susu, takaran saji sekali minum hanya 20 gram, artinya susu tersebut bisa dikonsumsi sebanyak 25 kali dan sebaiknya kita tidak mengkonsumsi makanan melebihi takaran tersebut dalam sehari.
2. Jenis dan kandungan zat gizi
Badan POM mengatur setiap produk harus mencantumkan zat gizi tertentu yang berkaitan dengan penyakit tidak menular. Ada energi total, lemak total, lemak jenuh, protein, karbohidrat total, gula, dan garam atau Natrium.
3. Persentase atau jumlah kandungannya gizi
Dalam setiap kandungan gizi yang tertera, sering kali ada persentase atau jumlah kandungan gizinya, bisa dalam persen atau gram. Angka yang tertera menunjukkan kandungan gizi dalam satu takaran saji sekali konsumsi makan.
Kementerian Kesehatan juga sudah mengatur angka kecukupan gizi untuk setiap orang baik perempuan, laki-laki, dan usia. Misalnya, per orang per hari yaitu 50 gram (4 sendok makan) gula, 2.000 miligram natrium/sodium atau 5 gram garam (1 sendok teh), dan untuk 67 gram lemak (5 sendok makan minyak).
"Misalnya ada snack, tulisannya lemak jenuh 5%, ini artinya dalam satu kali makan takaran saji sudah memenuhi 5% kecukupan gizi. Maka jika makan tidak sesuai dengan takaran saji, lemak jenuhnya bisa berlebihan dari yang diperlukan," jelasnya.
Satu yang perlu diperhatikan, kebanyakan informasi nilai gizi pada makanan ringan seperti keripik sering dihiraukan, padahal sebungkus makanan tersebut bisa dimakan lebih dari 1 takaran saji meskipun ukuran kemasannya kecil.
Obesitas sendiri disebabkan oleh kelebihan asupan gizi. Oleh karena itu, penting untuk menyesuaikan asupan makanan khususnya makanan olahan dengan membawa Informasi Nilai Gizi sebelum mengkonsumsi makanan.