Bisnis.com, JAKARTA -- Angka obesitas pada anak saat ini terus meningkat, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Salah satu penyebabnya adalah kecanduan makanan ultraproses atau junk food.
Junk food telah menjadi salah makanan yang kini biasa dimakan sehari-hari, tak hanya oleh orang dewasa, tapi juga oleh anak-anak, karena kepraktisannya.
Namun, dampaknya begitu besar hingga menyebabkan meningkatnya epidemi obesitas yang membuat anak-anak rentan terhadap penyakit jantung, diabetes, tekanan darah, kolesterol tinggi, kesehatan tulang yang buruk, dan di kemudian hari.
Popularitas makanan ultraproses terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir dan dapat menjadi salah satu alasan utama mengapa anak-anak sekarang lebih gemuk.
Mulai dari burger, pizza, keripik kentang, atau kue coklat, yang mengandung kalori yang sangat tinggi, penuh gula, dan berlemak menjadi makanan yang menenangkan bagi anak-anak, di tengah tren masa kini di mana mereka juga banyak menghabiskan waktu terpaku pada layar ponsel dan menjalani gaya hidup yang tidak aktif.
Berdasarkan penelitian baru yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet menunjukkan tingkat obesitas global meningkat empat kali lipat pada anak-anak dan dua kali lipat pada orang dewasa sejak 1990.
Obesitas dapat mempengaruhi metabolisme tubuh normal dan dapat menyebabkan banyak komplikasi kesehatan. Salah satu sumbernya adalah junk food dengan sedikit nutrisi dan banyak gula, garam, dan lemak yang menyebabkan lebih banyak kerusakan pada tubuh dan pikiran daripada yang kita duga.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa junk food bukan hanya tingginya kalori, tetapi juga mengandung berbagaii bahan tambahan dan pengawet berbahaya yang meningkatkan risiko obesitas pada anak.
Karena gaya hidup yang serba cepat, banyak yang menawarkan "makanan kotor" ini kepada anak-anak, padahal hal ini dapat berdampak besar pada kesehatan dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
Perlu diketahui oleh orang tua bahwa konsumsi junk food dapat menyebabkan timbulnya penyakit terkait obesitas secara dini seperti diabetes, masalah ginjal dan hati, penyakit jantung, dan bahkan jenis kanker tertentu di kemudian hari.
Aksesibilitas dan keterjangkauan terhadap junk food menjadikannya pilihan tepat bagi banyak orang yang berjuang dengan keterbatasan waktu atau keterbatasan finansial.
Junk food yang memiliki sedikit serat dan banyak gula serta garam dapat mengganggu kesehatan usus dan pada akhirnya dapat mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh. Hal ini juga dapat berdampak pada perkembangan otak dan berkontribusi terhadap masalah perilaku pada anak-anak dan remaja seperti depresi, kecemasan, dan agresi.
Tidak hanya itu, pola makan yang tinggi makanan olahan, gula, dan lemak tidak sehat dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik di usus, sehingga menyebabkan masalah pencernaan dan melemahnya fungsi kekebalan tubuh.
Selain itu, makanan yang kekurangan nutrisi ini dapat berdampak pada perkembangan kognitif dan perilaku. Penelitian menunjukkan bahwa pola makan yang kaya akan junk food dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan pada anak-anak.
Lantas bagaimana cara mengurangi kecanduan makan junk food pada anak?
Mendidik anak-anak tentang pentingnya mengonsumsi makanan utuh yang kaya vitamin, mineral, dan serat sejak usia dini sangat penting untuk menumbuhkan kebiasaan makan sehat seumur hidup.
Orang tua dapat mengambil langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah anak-anak mereka kecanduan makan junk food.
1. Libatkan anak-anak dalam merencanakan makan dan memasak.
Melibatkan anak-anak dalam proses merencanakan dan menyiapkan makanan dapat mendorong mereka untuk mengeksplorasi makanan baru dan menumbuhkan kebiasaan makan yang sehat.
2. Hilangkan camilan tidak sehat dari daftar belanjaan
Dengan menghindari pembelian junk food, Anda menghilangkan godaan anak-anak Anda untuk menikmatinya. Prioritaskan beli makanan utuh dan makanan rumahan saat belanja.
3. Jadikan makanan bergizi lebih menarik
Tingkatkan daya tarik makanan sehat dengan menyajikannya dengan cara yang kreatif dan menyenangkan, seperti menggunakan pemotong buah atau menata sayuran dalam desain yang menarik secara visual.
4. Jadi contoh untuk anak
Anak-anak sering kali meniru perilaku orang tuanya, sehingga memilih makanan dengan bijak dan menjauhi pilihan makanan yang tidak sehat dapat memengaruhi anak Anda untuk melakukan hal yang sama.
5. Kurangi waktu menatap layar
Penelitian menunjukkan bahwa paparan layar gawai yang berlebihan dikaitkan dengan peningkatan konsumsi camilan tidak sehat di kalangan anak-anak. Membatasi waktu pemakaian gawai dapat membantu mengekang kebiasaan ini.
6. Berikan pilihan camilan yang lebih sehat
Saat anak Anda sedang ingin makan sesuatu yang manis atau asin, tawarkan alternatif bergizi seperti buah-buahan, kacang-kacangan, atau popcorn. Ingat, menanamkan praktik makan yang baik di rumah sangat penting untuk membina hubungan yang sehat dengan makanan untuk anak-anak.