Bisnis.com, SAWAHLUNTO - Kota Sawahlunto, Sumatra Barat, tidak hanya dikenal dengan kota arang yang kini telah ditetapkan menjadi warisan dunia dari UNESCO.
Namun di Sawahlunto ini, ada objek wisata yang tidak kalah menarik soal tambang batu bara dan kereta api Mak Itam. Wisata itu kini dikenal dengan Batu Runcing.
Situs geologi ini merupakan salah satu geosite dari Geopark Sawahlunto yang sudah ditetapkan Geopark Nasional dan Batu Runcing, dulunya Batu Runcing ini merupakan lantai dasar laut berumur lebih kurang 299 juta tahun.
Tentunya sebuah hal yang sangat luar biasa berada di wisata di ketinggian 600 mdpl ini, karena bisa menyentuh dan menyaksikan secara langsung batu yang berusia 299 juta tahun tersebut.
Bagi yang ingin berkunjung, jangan hanya berpikir bahwa saat berada di Batu Runcing tidak hanya sebatas melihat tentang situs geologi saja.
Bila berada di Batu Runcing ini, pengunjung yang datang akan disuguhi dengan pemandangan yang indah. Karena posisi dari Batu Runcing ini dikelilingi oleh bukit barisan, lapisan demi lapisan bukit terlihat jelas dari situs geologi tersebut.
Menurut Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sawahlunto, Marta, wisata Batu Runcing ini baru dibuka dan memiliki akses yang memudahkan pengunjung untuk sampai ke situs geologi itu, kurang lebih satu bulan ini.
"Kurang lebih satu bulan lalu dibuka, dan ternyata mendapat antusias yang luar biasa. Ada 4.000 orang yang datang ke Batu Runcing ini," katanya, Rabu (6/3/2024).
Untuk memberikan rasa aman dan memudahkan pengunjung untuk bisa menyentung batu berusia ratusan ribuan tahun itu, Pemko Sawahlunto melakukan pembangunan fasilitas umum dan sarana yang sudah dimulai pada Desember 2023.
Menurutnya untuk melakukan pembangunan itu, Pemko Sawahlunto menggelontorkan anggaran sebesar Rp2,3 miliar, dimana untuk sumber dananya berasal dari dana alokasi khusus Kementerian Pariwisata.
"Fasilitas umum dan sarana yang dibangun itu, seperti turut membangun gapura yang menyerupai batu runcing. Lalu ada jalan dan pengaman menuju situs Batu Runcing. Kemudian empat ruangan diantaranya toilet dan mushola," jelasnya.
Pemko Sawahlunto mencatat semenjak Batu Runcing dikenal dan muncul sebagai objek wisata yang baru di Sumbar, pengunjung yang datang tidak hanya dari masyarakat di Sumbar, tapi juga ada datang dari Pulau Jawa yakni Jawa Barat.
Bagi yang tertarik untuk berkunjung ke Geosite Batu Runcing ini, akses untuk menuju ke lokasi tidaklah terlalu rumit. Dari akses jalan lintas Sumatra tepatnya di Silungkang Oso menuju ke Batu Runcing hanya membutuhkan waktu paling lama 20 menit saja, dengan kondisi medan jalan menanjak.
Sepanjang perjalanan menuju Batu Runcing ini, pengunjung akan menemui hamparan perkebunan durian, karena di daerah itu cukup banyak ditemui perkebunan durian. Bahkan diperkirakan pada Ramadan hingga lebaran nanti, di daerah itu melangsungkan musim durian.
Bila telah tiba di kawasan wisata, untuk parkiran kendaraan roda empat terbilang cukup memadai. Kemudian bagi yang ingin mendatangi langsung situs geologi tersebut, perlu membayar biaya masuk yakni Rp5.000 per orang.
Untuk diketahui, Batu Runcing merupakan satu dari 22 geosite di Sawahlunto. Wakil Ketua Harian Geopark Sawahlunto, Robert Fetra Ramadona menjelaskan, Batu Runcing merupakan batu gamping atau sedimen yang tersusun dari kalsium karbonat (CaCO3).
Dimana di kawasan Batu Runcing ini, pada 300 juta tahun lalu merupakan laut. Lalu terjadi sedimen yang muncul ke permukaan. Penjelasan itu bukan sekedar informasi dugaan sementara, tapi merupakan hasil penelitian ilmiah, sehingga Batu Runcing diakui sebagai geopark nasional.