Bisnis.com, JAKARTA -- Alergi pada anak merupakan salah satu penyakit yang banyak ditemui. Namun, jika tidak segera ditangani, bisa mengganggu pertumbuhan anak bahkan disebut tidak bisa sembuh sampai dewasa.
Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak FK-Unair, Prof. Dr. dr. Anang Endaryanto, SpA(K), MARS menyebutkan alergi yang paling banyak dialami oleh anak adalah asma dan rhinitis karena debu rumah, dengan prevalensi 10 sampai 20% di Asia Tenggara. Namun, faktanya alergi bisa disembuhkan.
Alergi merupakan suatu kondisi dimana sistem imun tubuh anak bereaksi terhadap suatu zat pemicu atau alergen baik dari makanan seperti kacang, susu sapi, telur dan ikan, dari iritan berupa debu, asap rokok, polusi, obat obatan, atau bulu hewan.
Alergi pada anak dapat menyebabkan beberapa gejala yang ringan hingga berat yang dapat menyebabkan kondisi anak memburuk jika tidak segera ditangani. Untuk itu penting untuk setiap orangtua mengetahui gejala dan penanganan awal alergi pada anak.
Prof. Anang menyebutkan alergi bisa disembuhkan jika terdeteksi sejak kecil. Untuk mengetahui apakah anak memiliki alergi tertentu, baik pada makanan, debu, atau bulu hewan dapat dilakukan dengan tes alergi di fasilitas layanan kesehatan.
"Orang tua harus sudah curiga anaknya alergi kalau pada anak muncul gejala batuk yang semakin parah bahkan disertai sesak bila berada di dekat orang yang sedang menyapu lantai atau sedang pukul-pukul kasur. Maka orang tua dapat menduga bahwa anaknya menderita alergi debu rumah. Cara memastikan bahwa si anak alergi debu rumah adalah melakukan tes alergi, misalnya dengan cara uji kulit atau pemeriksaan laboratorium," jelasnya.
Apabila terdapat alergi makanan, bisa dengan cara mengeliminasi makanan sebelum kemudian memberikan makanan mengandung alergen dalam dosis tertentu secara bertahap selama sepekan, hingga anak menjadi toleran.
Sementara itu, untuk alergi yang sifatnya asma karena debu rumah memang lebih sulit ditangani, namun bisa disembuhkan dengan imunoterapi.
"Imunoterapi ini bermanfaat mengubah respons kekebalan tubuh dari hipersensitif menjadi toleran. Bagaimana cara pemberiannya? Dengan disuntikkan seminggu sekali, kemudian dosisnya dinaikkan bertahap sampai 3 bulan, dilanjut dosis tetap 3 minggu sekali selama 3 tahun," ujarnya.
Namun, imunoterapi perlu komunikasi yang baik dan kepatuhan tinggi dari pasien. Hal ini untuk menghindari alergi tidak sembuh, ketergantungan pada pengobatan, atau mendapat pengobatan berlebihan.
