Bisnis.com, JAKARTA - Perawatan bayi merupakan salah satu proses perawatan yang cukup detail dimana salah satunya adalah masalah kulitnya.
Dr. dr. Tubagus Rachmat Sentika Hasan, Sp.A, MARS mengatakan masalah kulit bayi merupakan salah satu kesehatan anak dan anak yang harus juga diperhatikan.
Dia mengatakan ada bayi yang memiliki kelainan kulit dan perlu dicermati ada yg berkaitan dengan alergi, ada yang berkaitan dengan kontak berbagai barang, alat, obat oles serta jenis makanan yang harus dicermati oleh para Orang Tua dan para Bidan.
"Karena kesehatan kulit sangat penting bagi tumbuh kembang bayi, dimana kulit bayi atau balita sangat rentan dengan iritasi dan alergi yang dapat menghambat tumbuh kembangnya," ujarnya.
Dia juga mengatakan kulit merupakan organ terbesar di tubuh manusia sehingga sangat perlu dijaga.
dr Tubagus mengatakan ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan kulit bayi yang dapat Orang Tua lakukan, selain menjaga kebersihan kulit, yaitu dengan memilih popok bayi yang tepat.
Popok bayi yang tepat tentunya dapat menghindarkan buah hati dari ruam, iritasi dan alergi yang sering kali muncul karena penggunaan popok bayi.
Dr. Ade Jubaedah, S.Si.T,MM, M.KM, Ketua Umum IBI Pusat mengatakan kesehatan kulit juga sangat berpengaruh pada tumbuh kembang bayi.
Karena itu, katanya, diperlukan edukasi pada para ibu untuk menjaga kesehatan kulit bayinya, sehingga bayi-bayi di Indonesia dapat terhindar dari permasalahan kulit yang dapat mengganggu tumbuh kembang.
Dilansir dari webmd, ada beberapa jenis alergi pada bayi berikut ini
1. Alergi makanan
Susu sapi
Telur
Ikan
Kacang dari pohon (seperti almond, kacang mete, dan kenari)
Kerang (seperti kepiting, lobster, dan udang)
Kedelai
Gandum
Gejala alergi makanan yang paling umum pada bayi dan balita adalah:
Sakit perut
Batuk
Diare
Pingsan
Gatal-gatal atau ruam
Mual atau muntah
Ruam merah di sekitar mulut
Hidung berair atau tersumbat
Pembengkakan pada wajah, kaki, atau lengan
Sesak di tenggorokan
Kesulitan bernapas, termasuk mengi
2. Alergi Musiman
Jika gejala yang dialami Si Kecil semakin parah pada musim-musim tertentu, bisa jadi itu adalah demam, yang disebut juga dengan rinitis alergi. Alergi umum pada anak-anak ini menyebabkan bersin, terisak, dan gejala lain saat pohon, rerumputan, dan rumput liar sedang mekar. Serbuk sari dari pohon dan tumbuhan merupakan salah satu pemicu alergi paling umum pada anak-anak.
Gejalanya sama dengan gejala orang dewasa:
Hidung berair dan gatal
Mata berair
Bersin
Hidung tersumbat
3. Alergi Dalam Ruangan
Boneka binatang kesukaan si kecil bisa jadi menjadi pemicu alergi. Setitik debu kecil, yang disebut tungau debu, memperburuk alergi di dalam ruangan. Dan tungau ini berkumpul di tempat yang empuk dan nyaman seperti mainan mewah dan bantal. Jamur, asap rokok, dan parfum juga bisa memicu alergi dalam ruangan pada anak.
Sekitar 1 dari setiap 6 anak memiliki alergi dalam ruangan. Gejalanya sama dengan alergi musiman, yaitu pilek, hidung tersumbat, dan bersin.
4. Alergi Hewan Peliharaan
Anjing keluarga mungkin menjadi sumber kenyamanan yang menyenangkan bagi balita Anda. Namun hewan peliharaan dapat membuat beberapa anak (dan orang dewasa) terisak dan bersin.
Salah satu ciri utama alergi adalah muncul pada kulit.
Karena itu, menurut Susilowati, Vice President Marketing Kao Indonesia dengan salah satu produknya Merries Good Skin, perlu dilakukan edukasi berkelanjutan pada para sebagai orang tua yang sehari-harinya merawat bayi.
"Karena itu kami melakukan kolaborasi dengan Ikatan Bidan Indonesia untuk mengedukasi ibu-ibu di Jabodetabek untuk memahami bahwa Bidan memiliki peran penting dan menjadi garda terdepan bagi Ibu hamil, baik dari masa kehamilan hingga melahirkan serta dapat menjadi perpanjangan tangan dalam mengedukasi para Ibu hamil terkait dengan pentingnya kesehatan kulit bayi yang sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang," ujarnya.
Pada kegiatan ini 200 Bidan dibekali dengan berbagai pengetahuan terkait cara mencegah alergi pada kulit bayi dan pentingnya kesehatan kulit bayi untuk selanjutnya dapat secara mandiri mengedukasi para Ibu hamil dan Ibu dengan bayi pada lokasi praktek masing-masing hingga akhir Januari 2023.