Bisnis.com, JAKARTA – Para peneliti di Oxford Population Health tengah melakukan penelitian untuk mendeteksi kanker melalui protein dalam darah dan memberikan rekomendasi pengobatan yang tepat.
“Protein yang terkait dengan kanker dapat mulai muncul dalam darah seseorang lebih dari tujuh tahun sebelum didiagnosa,” tulis pernyataan dari Cancer Research UK, dikutip pada Jumat (17/5/2025).
Dalam studi yang dimuat di Nature Communications, Dr Karl Smith Byrne salah satu peneliti yang menulis studi tersebut melakukan identifikasi 618 protein yang terkait dengan 19 jenis kanker berbeda, termasuk 107 protein pada kelompok yang darahnya sempat dikumpulkan sejak tujuh tahun sebelum didiagnosa.
“Penelitian ini mendekatkan kita pada kemampuan mencegah kanker dengan obat-obatan yang ditargetkan yang tadinya dianggap mustahil. Namun kini jauh lebih bisa dicapai,” kata Karl, yang juga Ahli Epidemiologi Molekuler Senior.
Ada dua studi yang dilakukan agar dapat mendeteksi risiko kanker. Studi pertama, para ilmuwan menganalisis 44.000 sampe darah yang dikumpulkan dan disimpan oleh UK Biobank, termasuk lebih dari 4.900 yang didiagnosis menderita kanker.
Setidaknya ada 1.463 protein yang dianalisis mengungkapkan 107 protein berubah tujuh tahun sebelum diagnosis kanker dan 182 protein berubah tiga tahun sebelum diagnosis kanker.
Studi kedua, para ilmuwan menguji data genetik lebih dari 300.000 kasus kanker untuk melihat perkembangan kanker dan mendapatkan pengobatan baru lewat protein dalam darah.
Peneliti menemukan 40 protein dalam darah yang memengaruhi risiko seseorang terjangkit 9 jenis kanker berbeda.
“Untuk dapat mencegah kanker, kita perlu memahami faktor-faktor yang mendorong tahap awal perkembangannya. Studi-studi ini penting karena memberikan banyak petunjuk baru tentang penyebab dan biologi berbagai jenis kanker, termasuk wawasan tentang apa yang terjadi bertahun-tahun sebelum kanker didiagnosis,” ungkap Profesor Ruth Travis, Ahli Epidemiologi.
“Kini, kita memiliki teknologi yang dapat melihat ribuan protein pada ribuan kasus kanker, mengidentifikasi protein mana yang berperan dalam perkembangan kanker tertentu, dan mana yang mungkin memiliki efek umum pada berbagai jenis kanker,” lanjutnya.
Ketua Genomik Kanker Translasi di Queen’s University Belfast, mengatakan studi tersebut merupakan terobosan terbaru untuk mendeteksi dan menciptakan pengobatan kanker. Melalui studi ini, katanya, dapat membuka peluang dalam menyelamatkan penderita kanker.
“Datanya mengesankan menemukan bukti kanker sebelum memanifestasikan dirinya secara klinis, memberikan peluang penting untuk melakukan pengobatan dengan peluang lebih besar untuk kanker. Kesuksesan atau yang lebih penting lagi mencapai tujuan utama dalam mencegah kanker bahkan sebelum kanker itu terjadi. Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, tetapi ini merupakan langkah maju yang penting dalam penyakit yang memengaruhi satu dari dua warga Inggris selama hidup mereka,” jelasnya, dikutip dari The Guardian.
Namun, peneliti masih terus melakukan pengujian terhadap sampel-sampel yang telah dikumpulkan agar menciptakan pengobatan yang tepat dan tidak menimbulkan efek samping cukup serius. (Muhammad Sulthon Sulung Kandiyas)