Bisnis.com, JAKARTA - Aktor kenamaan Shah Rukh Khan terkena heat stroke hingga dilarikan ke rumah sakit (RS) pada Rabu (22/5) waktu setempat.
India memang tengah mengalami cuaca panas ekstrem dalam beberapa pekan ini. Akibatnya, banyak masyarakat dilaporkan menderita heat stroke.
Shah Rukh Khan kemudian dilaporkan mengalami dehidrasi akibat suhu tinggi, hingga akhirnya dilarikan ke RS di Ahmedabad.
Saat itu sang aktor tengah menyaksikan pertandingan kriket Liga Utama India antara Kolkata Knight Riders dan Sunrisers Hyderabad.
Saat itu, suhu maksimum di India dilaporkan naik hingga 45 derajat celcius pada pekan lalu.
"Aktor tersebut menderita dehidrasi di tengah suhu tinggi 45 derajat celcius di Ahmedabad. Dia berada di bawah pengawasan medis meskipun kesehatannya stabil. Keamanan telah diperketat di sekitar rumah sakit," kata laporan kantor berita IANS, dikutip dari Antara.
Selang sehari kemudian, manajer Shah Rukh Khan, Pooja Dadlani, mengabarkan kondisi sang aktor melalui akun X.
"Kepada semua penggemar dan yang mendoakan yang terbaik bagi Tuan Khan, dia baik-baik saja. Terima kasih atas cinta, doa, dan perhatian kalian,"tulisnya di akun X.
Diketahui, India mengalami cuaca panas ekstrem hingga membuat suhu melonjak hingga lebih dari 45 derajat celcius.
Departemen Meteorologi India (IMD) kemudian mengeluarkan peringatan, hingga melaporkan bahwa cuaca panas ekstrem terjadi pada wilayah Rajasthan, Punjab, Haryana, dan Uttar Pradesh, serta ibu kota wilayah Delhi.
Sebelumnya,IMD memperkirakan sejumlah wilayah di seluruh India akan mengalami 11 hari gelombang panas pada Mei 2024, jauh lebih lama dibandingkan dengan 3 hari pada tahun-tahun sebelumnya. Adapun suhu maksimum dalam beberapa minggu terakhir telah menyentuh 47,2C di bagian timur negara ini.
Suhu panas ekstrem ini terjadi di tengah-tengah Pemilu nasional di mana suhu yang tinggi disebut-sebut sebagai salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya jumlah pemilih.
”Penanganan panas ekstrem telah gagal menjadi penangkal petir politik yang dapat menggerakkan pemerintah untuk bertindak," ujar Aditya Valiathan Pillai, salah satu penulis studi CPR dan partner di Sustainable Futures Collaborative.
Ia mengungkapkan pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi seringkali bergerak untuk membendung kritik terhadap kebijakan-kebijakannya, dan ada juga masalah data yang tidak dapat diandalkan.
"Ketika kematian terjadi, kita tidak yakin apakah hal tersebut secara langsung disebabkan oleh panas, atau apakah panas memperburuk kondisi yang sudah ada," kata Pillai.
Pada tahun 2022, data kementerian kesehatan mencatat 33 orang meninggal akibat gelombang panas. Adapun Biro Catatan Kejahatan Nasional melaporkan 730 kematian akibat sengatan panas.
Sebanyak 9 orang telah meninggal akibat cuaca panas ekstrem tahun ini, menurut departemen meteorologi, meskipun angka tersebut kemungkinan besar jauh di bawah jumlah yang sebenarnya. Angka tersebut menyusul sekitar 110 korban jiwa selama gelombang panas yang parah pada bulan April dan Juni tahun lalu.
Di Rumah Sakit SSKM, salah satu rumah sakit tersibuk di Kolkata, sebuah ruang tunggu bulan lalu dipenuhi oleh orang-orang yang berteduh di bawah payung warna-warni dan mengerumuni dispenser air yang dioperasikan dengan koin untuk mengisi ulang botol-botol yang kosong.Antrean mengular dari sebuah kios yang dikelola oleh pemerintah yang menjual makan siang bersubsidi yang terdiri dari nasi, kacang-kacangan, kentang rebus dan telur yang disajikan di atas piring kertas.
Profesor kedokteran S SSKM Niladri Sarkar mengatakan suhu yang tinggi dapat menyebabkan sengatan panas, ruam kulit, kram, hingga dan dehidrasi.
"Beberapa di antaranya dapat berakibat fatal jika tidak ditangani tepat waktu, terutama bagi orang-orang yang memiliki kondisi preeksisting,” ungkap Sarkar.