Bisnis.com, JAKARTA - Pria dengan nama panggilan Pancho berhasil menjadi orang pertama yang mendapatkan operasi implan otak bilingual, sehingga dapat menguasai bahasa Inggris dan Spanyol.
Pada awalnya Pancho menderita stroke saat usianya menginjak 20 tahun, tubuhnya lumpuh dan tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Di usia 30 tahun, Pancho mendapatkan penanganan dari Edward Chang seorang ahli bedah saraf di Universitas California, San Francisco.
Dilansir Nature, Edward melakukan observasi kondisi stroke terhadap fungsi otak Panco. Dia bersama timnya melakukan pembedahan elektroda pada korteks Pancho guna menganalisis aktivitas saraf, yang diterjemahkan dalam sistem komputer.
Penelitian yang diterbitkan pada 20 Mei di Nature Biomedical Engineering itu menjelaskan bahwa Edward melakukan implan otak bilingual dengan menyisipkan sistem kecerdasan buatan (AI) agar mampu menerjemahkan bahasa spanyol atau Inggris secara real time.
Pasalnya, bahasa yang sangat dikuasai Pancho adalah bahasa spanyol dan dirinya baru bisa berbahasa Inggris setelah terserang stroke. Setelah pemasangan perangkat kecerdasan buatan itu, kalimat pertama dalam bahasa Inggris yang dituturkan Pancho adalah "Keluarga saya di luar"
“Bahasa yang digunakan seseorang sebenarnya sangat terkait dengan identitasnya,” kata Edward, dikutip dari Nature pada Kamis (30/5/2024)
“Oleh karena itu, tujuan jangka panjang kami bukan sekadar mengganti kata-kata, tetapi memulihkan koneksi antar manusia," tambahnya.
Edward menununjuk mahasiswanya, Alexander Silva melakukan pengembangan sistem AI untuk menerjemahkan lebih banyak ucapan bilingual Pancho. Saat itu Pancho mulai menuturkan hampir 200 kata bahasa Inggris. Setiap kata yang disampaikan membentuk pola saraf berbeda yang direkam oleh elektroda.
Lalu, Edward mulai membuat modul bahasa Spanyol dan bahasa Inggris, pada frasa saat Pancho menyampaikan setiap kata atau kalimat. Dalam membuat modul, peneliti menentukan probabilitas dari setiap kata yang disampaikan Pancho, peneliti melihat apa kata pertama yang kerap keluar dari ucapannya.
Edward dan tim masing-masing memilih kata kedua yang tidak hanya berdasarkan kecocokan pola saraf, tapi juga apakah kata yang diucapkan berkesinambungan dengan kata pertama. Misal, "Saya" mendapatkan skor probabilitas lebih tinggi dibanding "Saya tidak".
Modul membedakan antara bahasa Inggris dan Spanyol berdasarkan kata pertama dengan akurasi 88% dan menerjemahkan kalimat yang benar dengan akurasi 75%.
Modul menghasilkan dua kalimat, satu dalam bahasa Inggris dan satu lagi dalam bahasa Spanyol. “Banyak aktivitas bahasa Spanyol dan Inggris sebenarnya berasal dari area yang sama," kata Silva.
Menurut para peneliti, melalui berbagai latihan bahasa, Panco secara signifikan dapat berkomunikasi berbahasa Inggris dengan baik dan membantu peneliti melihat peningkatan implan yang telah dipasang.
Tak hanya itu, peneliti berharap kedepannya mampu mengembangkan teknologi yang lebih canggih guna membantu memulihkan kemampuan bicara multi bahasa bagi individu yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal
“Kami memanfaatkan temuan ini untuk mendemonstrasikan pembelajaran transfer antar bahasa. Data yang dikumpulkan dalam bahasa pertama dapat secara signifikan mempercepat pelatihan decoder dalam bahasa kedua," kata tim peneliti Edward, dikutip dari US Health. (Muhammad Sulthon Sulung Kandiyas)