HUT ke-76  Bhayangkara di Akademi Kepolisian Semarang Jawa Tengah dimeriahkan dengan atraksi terjun payung oleh 41 anggota Polri dan TNI, Selasa (5/7/222). JIBI/Bisnis-Nancy Junita
Health

Risiko-risiko Cedera dalam Terjun Payung, Seperti yang Dialami Prabowo

Mia Chitra Dinisari
Senin, 1 Juli 2024 - 17:47
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Cedera akibat terjun payung yang dialami Prabowo membuatnya harus dioperasi besar yang baru saja dijalaninya.

Dilansir dari stewartlaw.com, terjun payung memiliki tiga jenis, yakni lompat tandem, lompat garis statis, dan jatuh bebas dipercepat. 

Berikut penjelasan jenis terjun payung dan risiko cederanya

1. Lompatan tandem

Lompatan tandem biasanya dilakukan oleh pelompat pemula yang diikatkan pada instruktur berpengalaman.

Dari ketiga jenis lompatan tersebut, lompatan tandem memiliki profil risiko paling rendah, dengan risiko cedera sekitar satu per 1.000 lompatan dan profil kematian 0,12 per 100.000 lompatan.

Untuk pelompat, persyaratan pelatihan terbatas karena instruktur memiliki kendali keseluruhan atas lompatan.

2. Lompatan garis statis

Lompatan garis statis adalah saat parasut dibuka dalam beberapa detik setelah meninggalkan pesawat melalui 'garis statis'. Tingkat cedera bagi pemula adalah sekitar empat per 1.000 lompatan.

Pelompat diharuskan menjalani pelatihan sesuai dengan Manual Pelatihan Sistem Operasi dan Kategori BPA.

Jika pelatihan diterapkan secara ketat, pelompat harus dilengkapi perlengkapan lengkap untuk melakukan terjun payung yang aman.

3. Lompatan Jatuh bebas yang dipercepat

Lompatan ini melibatkan terjun bebas beberapa ribu kaki sebelum pelompat membuka parasutnya sendiri. Dua instruktur skydive berpengalaman akan menemani pemula. Tingkat cedera kira-kira satu per 200 lompatan. Pelompat harus menjalani proses pelatihan serupa dengan yang diberikan kepada pelompat garis statis.

Definisi cedera sangatlah luas mulai dari luka ringan dan memar hingga cedera serius seperti patah tulang atau cedera tulang belakang. Mayoritas cedera akibat terjun payung bersifat signifikan dan mengubah hidup.

Dengan mengambil data dari gabungan semua level pelompat, terdapat tingkat cedera sebesar 0,5 per 1.000 lompatan antara tahun 2016 dan 2020.

Mengingat jumlah korban jiwa yang relatif sedikit, data perlu diperluas hingga 20 tahun terakhir. Antara tahun 2001 dan 2020, dari seluruh pelompat (5.440.637 lompatan), terdapat 39 korban jiwa. Hal ini berarti tingkat kematian sekitar 0,7 per 100.000 lompatan.

Meskipun risiko cedera atau bahkan kematian dalam terjun payung relatif rendah, pelompat perlu mewaspadai bahayanya karena metode terjun payung yang berbeda memiliki profil risiko yang berbeda.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro