Bisnis.com, JAKARTA – Setiap menunggu tanda-tanda haid atau menstruasi, kemungkinan Anda hanya akan mencari gejala PMS saja. Namun, siklus menstruasi selalu terjadi dalam tubuh.
Dilansir dari Better Health, siklus menstruasi adalah proses alami dalam tubuh yang dikontrol hormon perempuan. Fase siklus ini terdiri dari 4 tahap: menstruasi, folikuler, ovulasi, dan luteal.
Umumnya, siklus bulanan yang dianggap terjadi dalam tubuh perempuan hanyalah pada tahap menstruasi. Namun, ternyata sepanjang bulan hormon terus mengirim sinyal–dari menyiapkan sel telur, mengirim sinyal bahwa tubuh tidak hamil, meluruhkan dinding rahim, dan mengulanginya lagi.
Tubuh setiap perempuan berbeda. Dengan mengetahui fase-fase siklus menstruasi, Anda dapat memahami cara kerja tubuh Anda lebih baik. Jadi, Anda juga dapat mengetahui gejalanya ketika memasuki tahap tertentu.
Mengutip Healthline, berikut fase-fase siklus menstruasi yang umum terjadi setiap 28-29 hari:
1. Fase menstruasi
Menstruasi, haid, atau datang bulan terjadi ketika dikirim sinyal bahwa tubuh tidak hamil. Ini menyebabkan hormon estrogen dan progesterone berkurang. Dinding rahim pun meluruh melalui vagina.
Telah umum diketahui, gejala saat terjadinya menstruasi antara lain sakit perut, sakit pada bagian punggung bawah, sakit kepala, mudah marah, dan sakit pada bagian payudara.
Yang perlu dilakukan ketika berada di fase ini adalah jangan memaksakan diri melakukan aktivitas berat. Di awal menstruasi, cukup istirahatkan tubuh. Menuju akhir, lakukan olahraga yang berdampak rendah seperti jalan sore dan yoga singkat. Fase menstruasi normalnya terjadi pada awal siklus, dari hari 1–7.
Baca Juga : Hindari Makanan Ini Saat Sedang Menstruasi |
---|
2. Fase folikuler
Fase ini dimulai pada hari pertama siklus–berbarengan dengan menstruasi–dan biasanya selesai pada hari 13–14, atau dimulainya ovulasi.
Follicle-stimulating hormone (FSH) mendorong indung telur untuk memproduksi 5–20 sel telur yang belum “matang”. Nantinya, yang akan berkembang hanya satu telur untuk dibuahi.
Munculnya hormon FSH juga meningkatkan hormon estrogen dengan pesat. Hal ini membuat Anda mendapatkan kembali energi yang hilang saat fase sebelumnya. Maka, Anda dapat mulai berkegiatan dengan lebih aktif.
3. Fase ovulasi
Pada fase ovulasi, sel telur yang matang dilepaskan ke rahim melalui tuba fallopi untuk dibuahi. Biasanya, fase ini terjadi dua minggu sebelum menstruasi, selama 16–32 jam. Anda memiliki kesempatan yang lebih besar untuk hamil di fase ini.
Gejala pada fase ovulasi tidak banyak. Anda memiliki energi pada tingkat maksimum, dan suhu tubuh ketika baru bangun tidur menjadi lebih tinggi. Pada kasus tertentu, terdapat rasa sakit pada bagian perut. Anda dapat melakukan kegiatan yang cukup berat dengan intensitas tinggi pada fase ini.
Baca Juga : Bolehkah Keramas Saat Menstruasi? |
---|
4. Fase luteal
Fase luteal terjadi selama 11–17 hari. Pada fase ini, muncul corpus luteum yang kaya akan hormon dan bertugas untuk menjaga fertilitas telur ketika hamil. Hormon yang meningkat menyebabkan dinding rahim semakin tebal.
Apabila Anda hamil, tubuh akan memproduksi hormon yang dapat dideteksi test pack/tes kehamilan. Apabila Anda tidak hamil, corpus luteum akan menyusut dan terserap kembali ke tubuh. Dinding rahim bersiap untuk meluruh.
Fase inilah yang memunculkan gejala PMS atau sindrom pra-menstruasi. Berikut gejalanya:
- Kembung
- Rasa sakit, bengkak, pada bagian payudara
- Perubahan mood dan gairah
- Sakit kepala
- Naiknya berat badan
- Sulit tidur
- Mengidamkan makanan tertentu.
Untuk menghadapi fase ini, Anda perlu mencari kegiatan yang Anda sukai, untuk menjaga dan mengelola emosi. Anda dapat nongkrong bersama teman, yoga, hingga menyisihkan waktu untuk diri sendiri.
Dengan mengenali fase-fase selain menstruasi, Anda dapat mengetahui pola-pola yang terjadi pada tubuh setiap bulannya. Maka, Anda dapat menyesuaikan kegiatan Anda menjadi lebih baik dan produktif. (Ilma Rayhana)