Kaisar Hirohito/kominfo
Travel

Profil Kaisar Hirohito, Pemimpin Terlama dalam Sejarah Jepang

Redaksi
Senin, 12 Agustus 2024 - 15:40
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Hirohito merupakan kaisar yang paling lama menjabat di Jepang. Terhitung, dirinya memegang takhta mulai tahun 1926 hingga 1989. Selain itu, Hirohito juga menjadi kontroversial karena mengumumkan menyerahnya Jepang terhadap Pasukan Sekutu pada akhir Perang Dunia II.

Namun, tahukah Anda jika Hirohito memiliki minat yang besar terhadap biologi laut? Atau tahukah Anda jika Hirohito dianggap sebagai sosok dewa? Dilansir dari Biography, berikut profil Kaisar Hirohito, pemimpin terlama dalam sejarah Jepang:

Kehidupan Awal

Michinomiya Hirohito–atau yang lebih akrab disapa Hirohito–lahir pada tanggal 29 April 1901, di Istana Aoyama di Tokyo, Jepang. Hirohito merupakan putra sulung dari Putra Mahkota Yoshihito–yang kemudian menjadi Kaisar Taisho–dan Putri Sadako–yang kemudian menjadi Permaisuri Teimei.

Sebagaimana adat istiadat yang berlaku, Hirohito dipisahkan dari orang tuanya dan diberi pendidikan kekaisaran di Sekolah Gakushuin. Kemudian dirinya secara resmi diberi gelar putra mahkota pada usia yang masih sangat muda, yaitu 15 tahun pada tanggal 2 November 1916.

Hirohito diangkat sebagai penguasa sementara Jepang pada bulan November 1921 karena kesehatan ayahnya memburuk. Pada Januari 1924, Hirohito menikahi Putri Nagako dan memiliki tujuh orang anak.

Menjadi Kaisar Jepang

Setelah ayahnya meninggal pada Desember 1926, Hirohito resmi menggantikannya sebagai kaisar Jepang. Dirinya menduduki Takhta Krisan ke-124 dan diberi gelar Showa yang berarti perdamaian yang tercerahkan. Hirohito secara resmi dikenal sebagai Showa Tenno.

Masa pemerintahan Kaisar Hirohito dipenuhi oleh berbagai gejolak politik dan perang. Tak lama setelah dilantik sebagai kaisar, Jepang dilanda kerusuhan. Tak lama kemudian, pihak militer mulai memberontak yang mengakibatkan terbunuhnya banyak pejabat publik.

Hirohito merupakan pendukung pendudukan Manchuria. Hal tersebut menyebabkan Perang Tiongkok-Jepang kedua. Militer Jepang kemudian menjadi lebih agresif, yang pada akhirnya mengantarkan negara itu berpihak pada Blok Poros Perang Dunia II.

Penyerahan dan Konstitusi Baru
Pada bulan September 1945, Hirohito mengumumkan penyerahan tanpa syarat Jepang terhadap Pasukan Sekutu, sebagai dampak dari pengeboman atom di Hiroshima dan Nagasaki.

Akibat Perang Dunia II, Jepang kehilangan 2,3 juta tentara dan sekitar 800.000 warga sipil. Banyak yang menginginkan Hirohito diadili sebagai penjahat perang. Namun, komandan Sekutu, Jenderal Douglas MacArthur, membuat kesepakatan agar Jepang menerapkan konstitusi baru dan menolak "status dewa" kekaisaran. Dengan demikian, Hirohito menjadi pemimpin demokrasi dan Jepang akhirnya mencapai stabilitas politik.

Kematian

Hingga menjelang kematiannya, Hirohito masih menjadi tokoh aktif di Jepang–bahkan setelah “status dewa”-nya dicabut. Hirohito menjadi kepala negara yang memainkan peran penting dalam membangun kembali citra Jepang di mata dunia. Pada tanggal 7 Januari 1989, Hirohito meninggal karena kanker. Putranya yang bernama Akihito naik takhta untuk menggantikannya.

Fakta-fakta Kaisar Hirohito

Dilansir dari Facts.net, berikut beberapa fakta tentang Kaisar Hirohito:

1. Merupakan kaisar yang paling lama memerintah Jepang, yaitu selama 63 tahun (1926–1989).
2. Selama memerintah, Hirohito dianggap sebagai sosok dewa oleh masyarakat Jepang karena dipercaya sebagai keturunan langsung dewi matahari, Amaterasu.
3. Meskipun berstatus sebagai dewa, Hirohito merupakan sosok pemimpin yang lembut dan pendiam.
4. Pidatonya yang mengumumkan menyerahnya Jepang pada Perang Dunia II menjadi kali pertama rakyat Jepang mendengar suara Hirohito–karena sebelumnya komunikasi hanya dilakukan melalui pesan tertulis.
5. Menjadi simbol perdamaian dan rekonsiliasi, baik di Jepang maupun di dunia internasional.
6. Memiliki minat pada biologi laut. Dirinya melakukan penelitian dan menerbitkan beberapa makalah ilmiah dengan nama samaran.
7. Pada bulan Januari 1946, Hirohito melepaskan status kedewaannya, menandai perubahan signifikan dalam struktur masyarakat Jepang. (Rafi Abid Wibisono)

Penulis : Redaksi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro