Bisnis.com, JAKARTA - Gen Z dikenal sebagai generasi yang cakap akan digital. Namun, banyak juga yang menyebut gen Z sensitif dengan kesehatan mental, salah satunya adalah anxiety.
Dilansir dari talktoangel.com, Rabu (11/6/2025), anxiety merupakan kondisi mental yang ditandai dengan perasaan cemas, sehingga menghasilkan kondisi takut dan khawatir yang berlebihan.
Media digital menyajikan peluang besar untuk berkreasi dan menghasilkan uang, tetapi tantangan terbesarnya adalah menjadi salah satu pemicu anxiety. Permasalahan anxiety yang dihadapi oleh gen Z dapat muncul ketika menerima banyak tekanan dari berbagai faktor yang meliputi lingkungan digital, keluarga hingga kerabat.
Anda harus mengetahui beberapa karakteristik untuk menganalisa seberapa besar dampak media digital terhadap kehidupan gen Z.
Simak karakteristik yang dimiliki oleh gen Z:
1. Generasi digital: Generasi yang dibesarkan pada era gadget yang pintar, media sosial yang berkembang, dan akses informasi yang instan.
2. Sadar akan sosial : Generasi ini sering kali peduli dengan berbagai isu terkait lingkungan, seperti isu perubahan iklim, keadilan sosial, dan keberagaman.
3. Pembelajar mandiri : Gen Z ini dikenal sebagai generasi yang mandiri, dan mampu memanfaatkan sumber daya serta media daring untuk mempelajari keterampilan baru.
4. Menghargai keaslian : Gen Z dikenal dengan hati yang tulus, terbuka, terutama dalam hubungan pribadi dan yang berkaitan dengan hak milik seseorang.
Dilansir dari talktoangel.com dan facultyminds.com, dari karakteristik tersebut, dapat digarisbawahi bahwa gen Z dikenal sebagai generasi yang mandiri, cakap akan informasi digital, dan mampu menghargai karya orang lain. Namun, hal tersebut menjadi salah satu pemicu adanya perdebatan antara gen Z dengan generasi sebelumnya, yang tidak memiliki kesamaan dalam berpikir maupun bertindak.
Adanya ketidaksamaan dalam berpikir dan bertindak, menimbulkan penolakan yang membuat gen Z mudah merasa khawatir serta kecewa. Hal ini yang membuat anxiety pada gen Z dapat muncul secara tiba-tiba.
Simak 7 cara mengatasi anxiety pada gen Z:
1. Batasi penggunaan media sosial
Media sosial disebut sebagai ‘jantung hati’ milik gen Z, yang tidak dapat ditinggalkan kapanpun dan dimanapun. Namun, media sosial tidak selamanya memberikan dampak yang positif.
Mengakses media sosial tanpa henti, mampu menyebabkan kesepian, kecemasan, dan timbulnya perasaan untuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Hal ini yang mampu membuat anxiety seseorang dapat kambuh secara cepat.
Sebaiknya, batasi penggunaan media sosial dan menggantikan momen tersebut dengan aktivitas positif lainya yang dapat membuat diri menjadi lebih terbuka. Jangan alihkan fokus Anda hanya untuk scroll media sosial, tetapi gunakan waktu sebaik mungkin untuk meningkatkan kualitas diri.
2. Melatih fokus dengan meditasi
Meditasi menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melatih fokus dan membuat diri menjadi lebih segar. Kegiatan ini mampu mengurangi kecemasan dengan mengembalikan fokus dan membuang energi negatif yang telah terjadi sebelumnya.
Anda dapat melakukan meditasi secara mandiri dengan melihat tutorial pada aplikasi online, maupun mengikuti kelas secara bersama. Jika dilakukan dalam waktu yang signifikan, meditasi mampu mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kontrol emosi.
3. Ciptakan rutinitas yang mendukung
Menciptakan rutinitas harian yang seimbang, membantu Anda dalam mempertahankan struktur untuk mengelola kecemasan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara yang mudah, seperti mengalihkan fokus untuk perawatan diri, bersantai, dan melakukan hobi. Anda juga dapat mengatur jadwal yang konsisten untuk beraktivitas, tidur, dan makan yang dapat mengembalikan stabilitas dalam hidup.
4. Menetapkan batasan dalam kerjaan dan akademik
Gen Z dikenal dengan kemampuannya yang mampu mengerjakan banyak tugas dalam waktu bersamaan. Namun, komitmen seperti ini dianggap yang berlebihan sehingga mudah menyebabkan kelelahan. Anda harus menetapkan antara pekerjaan dan akademik yang akan ditempuh.
Contoh singkatnya adalah, Anda perlu tegas mengatakan “tidak” untuk hal-hal yang memberatkan dan hanya menguntungkan satu pihak. Hal ini perlu dilakukan sebagai bentuk penghargaan pada diri sendiri, sekaligus melindungi rentang emosi Anda yang dapat terbuang sia-sia.
5. Prioritaskan waktu tidur
Kurang tidur merupakan salah satu pemicu stres dan depresi yang paling sering diabaikan oleh gen Z. Kondisi ini mampu mempengaruhi daya ingat, pengambilan keputusan, dan pengaturan emosi. Anda harus menciptakan rutinitas yang menenangkan hati dan pikiran, seperti menghindari penggunaan HP satu jam sebelum tidur, meredupkan lampu, dan mendengarkan alunan musik yang membuat tubuh menjadi rileks.
6. Hindari perfeksionisme
Bersikap perfeksionis mampu membuat banyak orang mengalami kesulitan. Perfeksionis tidak selamanya menjadi hal yang positif, tetapi mampu menjadi boomerang bagi orang-orang yang tidak menerapkan prinsip tersebut.
Gen Z mudah merasa tertekan atas hal-hal yang dituntut sempurna, sehingga menyebabkan kecemasan akut ketika ekspektasi tidak terpenuhi. Ingat, Anda hanya harus fokus pada peningkatan diri dan kemajuan daripada kesempurnaan yang dapat mengurangi penundaan hingga stres yang berlebih.
7. Bersikap terbuka terhadap perasaan
Memendam emosi seringkali menyebabkan kecemasan dan kesepian. Anda tidak boleh memendam emosi dan perasaan apapun, untuk menghindari hal-hal yang dapat memperburuk keadaan pribadi.
Jika ada perasaan yang mengganjal dan terasa berat, hubungi teman, anggota keluarga, atau psikolog yang mampu membantu Anda dalam mengatasi kecemasan. Bersikap terbuka mampu memberikan dukungan emosional dan mengembalikan fokus tujuan untuk mengurangi stres, serta memperkuat hubungan antar sesama manusia.
Anxiety pada gen Z dapat disebabkan oleh adanya tekanan dan daya saing yang sebagian besar berasal dari media digital. Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah anxiety adalah membatasi penggunaan media sosial, perbanyak aktivitas, hindari sikap perfeksionis, dan bersikap terbuka. Melalui cara-cara tersebut, Anda akan lebih mudah dalam mengelola emosi maupun kecemasan yang dapat terjadi secara tiba-tiba. (Maharani Dwi Puspita Sari)