Seorang turis mendatangi salah satu destinasi wisata di Jepang/Freepik
Health

Ini 6 Teknik Jepang Untuk Mengatasi Rasa Malas

Redaksi
Senin, 28 Juli 2025 - 19:50
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Jepang termasuk salah satu negara dengan harapan hidup tertinggi di dunia. Di balik hal tersebut, tersimpan pola hidup yang terbangun dari keseimbangan antara tubuh, pikiran, dan lingkungan sosial.

Masyarakat Jepang menjalani kesehariannya dengan tingkat kesibukan yang tinggi, sehingga tidak ada alasan untuk hidup bermalas-malasan. 

Dilansir dari Times of India, Senin (28/06/2025), kombinasi antara gaya hidup aktif, interaksi sosial, serta kebiasaan makan sehat inilah yang membuat masyarakat Jepang memiliki umur panjang dan kualitas hidup yang prima. Namun, diantara hal tersebut juga terdapat teknik khas yang biasa diterapkan untuk mengatasi rasa malas.

Teknik ini dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan berdampak positif bagi kehidupan jangka panjang. Tak hanya itu, Anda juga dapat menerapkan teknik tersebut untuk mengubah pola hidup yang jauh lebih berkembang bagi psikologis, fisik, dan prospek karier kedepannya.

Simak 6 teknik Jepang yang cocok mengatasi rasa malas:

1. Kaizen (Memulai dari langkah kecil secara konsisten)

Kaizen merupakan filosofi perbaikan berkelanjutan yang berakar kuat di dalam budaya Jepang. Dalam konteks ini, kaizen mendorong Anda untuk mengambil tindakan angkah kecil setiap hari, tanpa harus menunggu momen besar.

Alih-alih menetapkan target besar yang sulit dijangkau, Kaizen mengajarkan bahwa perubahan nyata justru datang dari kebiasaan kecil yang dilakukan secara terus-menerus. Cara ini membuat tubuh dan pikiran akan terbiasa bergerak tanpa merasa terbebani, serta menciptakan kemajuan terbentuk secara perlahan.

2. Ikigai (Menemukan alasan untuk melanjutkan hidup)

Ikigai merupakan konsep mencari alasan atau sesuatu yang membuat hidup terasa layak untuk dijalani. Ketika seseorang merasa tidak memiliki tujuan yang jelas, rasa malas akan terus menerus menguasai tubuh.

Namun, jika Anda berhasil memahami apa yang benar-benar penting atau bermakna bagi diri sendiri, maka motivasi akan muncul dengan sendirinya. Ikigai bukan tentang ambisi besar, melainkan tentang keterkaitan antara apa yang Anda cintai, kuasai, butuhi, dan hasilkan. Menemukan keseimbangan di antara empat hal tersebut, mampu menjadi pondasi yang kuat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

3. Shoshin (Memiliki pikiran pemula setiap saat)

Bagi pemula dan orang-orang yang sudah berpengalaman, Shoshin mengajarkan pentingnya mempertahankan sikap terbuka. Dalam konteks ini, Shoshin bisa menjadi cara untuk menumbuhkan kembali rasa ingin tahu dan semangat mengeksplorasi.

Rasa malas sering kali muncul dari kebosanan atau asumsi bahwa suatu hal sudah Anda ketahui sepenuhnya. Melalui pendekatan Shoshin, Anda dapat membuka ruang untuk bertanya, mencoba, dan belajar dari awal tanpa adanya beban penilaian dari banyak orang. 

4. Wabi-sabi (Menerima ketidaksempurnaan dalam proses)

Wabi-sabi merupakan cara pandang yang menghargai keindahan dalam ketidaksempurnaan, dan ketidakteraturan. Banyak orang yang merasa malas untuk memulai karena takut hasilnya tidak sempurna atau tidak sesuai dengan ekspektasi.

Dalam hal ini, Wabi-sabi mampu mengingatkan bahwa suatu proses memiliki nilai dan perjalanan yang berbeda. Prinsip ini memberi ruang bagi Anda untuk tetap bergerak secara bebas, dan mampu mengurangi tekanan mental serta rasa malas yang disebabkan oleh rasa takut akan kegagalan.

5. Hara Hachi Bu (Menjaga energi tanpa berlebihan)

Konsep Hara Hachi Bu dikenal sebagai panduan makan, tetapi prinsip dasarnya dapat diterapkan secara luas, termasuk dalam manajemen energi dan waktu. Rasa malas dapat muncul karena tubuh dan pikiran terlalu penuh oleh faktor pekerjaan, distraksi, maupun ekspektasi.

Dengan menerapkan prinsip tersebut, Anda akan diiajak untuk mengenali batasan diri dan mengatur ritme hidup secara lebih seimbang. Cara ini tidak akan mendorong diri Anda hingga merasa lelah, melainkan membuat energi dijaga secara bijak, serta produktivitas berjalan secara konsisten dan berkelanjutan.

6. Kintsugi (Melihat kegagalan sebagai bagian dari perjalanan)

Kintsugi merupakan salah satu senin memperbaiki keramik yang pecah dengan emas, dan menjadikan retakan tersebut sebagai bagian dari keindahan. Di dalam kehidupan, kegagalan dan keterlambatan sering kali membuat seseorang kehilangan motivasi serta terjebak dalam kemalasan.

Namun, Kintsugi mampu mengajarkan Anda, bahwa tidak ada pengalaman yang sia-sia. Seluruh luka, kesalahan, atau ketidaksempurnaan merupakan bagian dari pertumbuhan, dan tidak menjadi alasan untuk berhenti. Pola pikir ini, membuat Anda tidak mudah terjebak dalam rasa putus asa, melainkan mencoba terus menerus tanpa rasa beban yang terjadi dimasa lalu. (Maharani Dwi Puspita Sari)

Penulis : Redaksi
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro