Bisnis.com, JAKARTA – China memiliki lokasi syuting Hengdian World Studios yang tak kalah dibanding Hollywood di Amerika Serikat (AS).
Untuk menarik minat sutradara, baik dalam maupun luar negeri, sangat tergantung pada pemerintah dan masyarakat di lokasi syuting.
Pemerintah Indonesia menetapkan Banyuwangi, Bojonegoro (keduanya di Jawa Timur), Yogyakarta, Bandung, dan Siak (Riau) sebagai daerah yang memiliki potensi untuk lokasi syuting.
Dikutip dari Antara, Selasa (6/6/2017), tidak ada salahnya membandingkan kelima daerah tersebut dengan Hengdian World Studios yang dari segi kualitas tidak berbeda jauh dengan Hollywood atau Universal Studios.
"Oh, Anda mau ke Hollywood-nya China," kata Wen Zhang, General Manager Croton, produsen drama serial televisi yang berpusat di Shanghai, kepada Antara sebelum bertolak menuju Hengdian di akhir pekan lalu.
Perjalanan darat ke arah selatan Shanghai yang membutuhkan waktu 4,5 jam sama sekali tidak terasa melelahkan begitu sampai di Hengdian, sebuah kawasan yang dulunya bekas lokasi pabrik tekstil.
Udara yang sangat sejuk pada musim panas terasa bersahabat walaupun tidak mengenakan jaket atau baju pelapis lainnya.
Sejauh mata memandang terdapat bangunan beraneka gaya arsitektur, baik yang dikembangkan oleh pemerintah maupun masyarakat setempat.
Mata pun dibuat terbelalak saat berada di dalam kompleks Hengdian World Studios. Bangunan bergaya China kuno yang didominasi ukiran dan pahatan naga sama persis dengan bangunan aslinya di Kota Terlarang, Beijing.
"Asal mau teliti, pahatan batu ini yang membedakan dengan Kota Terlarang. Di Kota Terlarang batu pahatnya utuh, di sini ada sambungannya meskipun tidak kentara," kata CEO Red and White Gandhi Priambodho yang sudah dua kali mengunjungi Hengdian.
Sayangnya, langkah wisatawan tidak bisa bergerak bebas lantaran di lokasi itu banyak kegiatan syuting film.
Beberapa kru memasang rambu-rambu tertentu saat ada proses pengambilan gambar. Bicara pun harus pelan agar tidak mengganggu jalannya syuting.
Namun, wisatawan dan warga setempat sangat mungkin beruntung mendapatkan pengalaman unik bertemu bintang film pujaan hatinya.
Bahkan, tidak sedikit di antara warga setempat dan wisatawan yang mendapatkan pengalaman berharga karena secara kebetulan dilibatkan dalam film tersebut meskipun dalam peran yang sangat minim atau sekelas figuran.
Untuk figuran ini, pengelola Hengdian World Studios telah menetapkan honor 50 RMB (Rp100 ribu) per jam plus makan dan minum gratis yang disediakan oleh produser film.
Besaran honor tersebut sama rata untuk film dalam tema apa pun, termasuk figuran yang harus memerankan prajurit perang, juru rawat, atau pemeran pelengkap lainnya.
Kostum dan aksesori telah disediakan oleh pihak pengelola sesuai dengan permintaan sutradara film. Demikian pula dengan properti, semuanya ada di kawasan yang berjarak sekitar 18 kilometer dari Dongyang, Ibu Kota Provinsi Zhejiang.
"Produser tinggal datang saja ke sini. Semua fasilitas tersedia, termasuk hotel untuk menginap para pemain dan kru," kata Chen Nan Zheng selaku pengelola Hengdian.
Sutradara dari daratan China dan AS pun bersedia menempuh perjalanan jauh ke Hengdian karena selain fasilitas dan penunjang produksi film sangat lengkap, pemanfaatan lokasi syuting pun tidak dikenai biaya sewa alias gratis.
Oleh sebab itu, bukan hal yang sangat mengherankan jika sepanjang 2016 tercatat 271 judul film diproduksi di Hengdian.
Demikian halnya dengan sektor pariwisata. Sepanjang 2016 tercatat sekitar 16 juta orang mengunjungi objek wisata tersebut.
Selain dapat menyaksikan proses pembuatan film, wisatawan dapat menikmati aneka wahana permainan dan beragam pertunjukan seni yang memadukan tarian dan akrobat serta adu ketangkasan pacuan kuda ala dinasti Cina.
Deputi Pemasaran Bekraf Joshua PM Simandjuntak secara terang-terangan mengaku ingin menerapkan model bisnis seperti itu di lima daerah di Indonesia.
Menurut dia, dari segi daya tarik dan potensi, Hengdian tidak jauh berbeda dengan Banyuwangi, Bojonegoro, Siak, Bandung, apalagi Yogyakarta.
"Namun, yang terpenting bagi kita saat ini adalah bagaimana menerapkan konsep fans economic. Pendapatan bukan didapat dari sewa lokasi syuting, tapi faktor penunjang sehingga masyarakat turut merasakan manfaatnya," ujarnya.