Butet Kartaredjasa/Jibiphoto
Show

Indonesia Kita Pentaskan 'Laskar Bayaran'

Ramdha Mawaddha
Minggu, 27 Agustus 2017 - 06:41
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Menggelar pertunjukan sejak 2011, Indonesia Kita tak sekadar menjadi sebuah forum seni kreatif. Lebih dari itu, kelompok teater yang dimotori oleh Butet Kartaredjasa ini mampu membaca kondisi Indonesia lewat lakon.

Pada Sabtu  (26/08/2017) malam, Indonesia Kita menampilkan produksi ke-25 lewat lakon Laskar Bayaran di Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Butet sebagai salah satu tim kreatif mengatakan, setiap lakon yang ditampilkan Indonesia Kita tahun ini bertema Lintas Benua, Silang Budaya seperti sedang membaca kondisi Indonesia saat ini. Padahal, kata Butet, naskah yang dibuat Agus Noor dibuat sebelum kondisi tersebut terjadi.

Di lakon sebelumnya, Pesta Para Pencuri, Indonesia Kita membaca situasi Indonesia yang marak dengan kasus korupsi. Sementara untuk lakon terbaru ini, kata Butet, bercerita tentang sindikat fitnah dan ujaran kebencian. Lakon tersebut bertepatan dengan diketahuinya sindikat akun sosial media penyebar hoax dan ujaran kebencian.

“Pementasan tahun ini tahu apa yang terjadi. Bisa membaca yang akan terjadi,” kata Butet sesaat sebelum pertunjukan dimulai.

Butet juga mengatakan, jika lakon kali ini berbeda dari sebelumnya, lantaran kali ini latar waktu pada cerita yang dipentaskan adalah 2099. Kondisi ini, tambahnya, menjadi doa sekaligus harapan jika Indonesia tetap ada hingga 80 tahun lagi.

Korporasi

Laskar Bayaran bercerita tentang korporasi giobai bernama ”Paradize Capital Corporation” menguasai sebuah negara dan rakyat hidup serba tertib. Persoalan hidup sehari-hari, cinta, pikiran sampai kegiatan ritual, diatur secara ketat dan dikenai paiak oieh Paradize Capital Corporation.

Untuk menjaga ketertiban itu, Paradize Capital Corporation membentuk Laskar Bayaran, yang bertugas mengawasi dan mengontrol kehidupan rakyat. Laskar Bayaran tak segan-sega n, bahkan mengurusi soal-soal seputar ritual keagamaan, hingga dunia rah-rah. Di negeri koioni itu, roh pun harus membayar pajak.

Di tengah kehidupan yang serba tertib, ada satu wilayah yang belum tertaidukkan oieh Paradize Capital Corporation, sebuah daerah misterius dan gaib bernama Hutan Gandamayu, yang dihuni para roh leluhur.

Di hutan ini masih tersisa romantisme masa silam. Ada ekspatriat yang hidup damai di Hutan Gandamayu dan disebut sebagai The Last Bales.

The Last Bales dijaga agar tidak punah. Sebab kepunahan berarti kehilangan aset parwisata. Tanpa para The Bales, segala jenis ritual warisan leiuhur tak akan pernah bisa diwariskan.

 

Penulis : Ramdha Mawaddha
Editor : Nancy Junita
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro