Selain teh, kopi merupakan minuman paling dikenal umat manusia. Tak seorang pun yang tak mengenal kopi. Minuman ini sudah dikenal dimana-mana sejak ratusan tahun lalu.
Begitu terkenalnya kopi sehingga muncul istilah “Coffee Break” atau “Rehat Kopi” pada setiap acara resmi seperti seminar, lokakarya, rapat, dan lainnya.
Saat itu para tamu atau peserta beristirahat sejenak sambil menikmati kue-kue ditemani dengan segelas minuman kopi.
Kopi adalah minuman yang diseduh dengan rasa yang sedikit asam dan berwarna gelap. Kopi berasal dari biji panggang tanaman kopi. Kopi telah dibudidayakan di lebih dari 70 negara di dunia.
Meminum kopi tidak melulu dengan teknik dan percampuan yang sama. Saat ini, telah banyak berkembang cara meramu dan mencampur kopi dengan berbagai varietas sehingga menghasilkan rasa yang unik dan enak. Salah satunya dengan teknik barista.
Barista sendiri adalah peracik kopi, sebutan bagi orang yang bekerja di belakang mesin espresso dan menghasilkan minuman berbahan dasar espresso dengan benar dan cita rasa yang baik.
Untuk mencari bibit-bibit baru sebagai barista, Speciality Coffe Association Indonesia (SCAI) atau Asosiasi Kopi Spesial Indonesia menggelar Indonesian Barista Competition 2013.
Sebuah ajang unjuk keterampilan para peracik kopi dari lima kota besar di Indonesia.
Ketua Panitia IBC-2013 Veronica Herlina mengatakan lomba yang digelar sejak Februari hingga April mendatang ini terbagi atas babak eliminasi di lima kota, yakni Bali, Surabaya, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta.
"Event yang diselanggarakan dua tahunan ini sudah dilakukan di empat kota, Jakarta menjadi kota ke-5. Masing-masing kota sebelumnya sudah mendapatkan 5 orang terbaik," ujarnya, Kamis (21/3/2013).
Jumlah peserta di Jakarta ternyata membludak hingga 60 orang. Sehingga, khusus dari Jakarta akan diseleksi sebanyak 10 orang untuk dibawa ke babak grand final yang akan digelar di Jakarta International Expo, Kemayoran.
Dia menambahkan, para pemenang di tingkat nasional itu nantinya akan dikirimkan untuk mengikuti lomba bergengsi di tingkat ASEAN FHA Barista Challenge 2013 di Thailand, Asia Pasifik FHA Barista Challenge 2014 di Singapore, hingga tingkat Dunia, yaitu World Barista Championship 2013 (WBC) di Australia.
Kompetisi yang telah digelar sejak 2004 ini terbukti telah mendongkrak popularitas industri hilir perkopian di Indonesia. Sepanjang 2011-2012, pelatihan barista, kedai kopi serta profesi barista semakin menjadi pilihan gaya hidup.
Para barista akan ditantang dalam waktu 15 menit harus dapat meracik masing-masing 4 cangkir capucino, 4 cangkir expresso dan 4 cangkir signature drink.
Racikan yang khusus dilakukan di meja barista ini juga harus dijelaskan bahan dasar kopi dan proses pencampurannya serta rasa yang dihasilkan.
Ketua SCAI Leman Pahlevi mengatakan profesi barista bisa menjadi peluang pekerjaan baru bagi para generasi muda. Selain bisa membantu meningkatkan konsumsi kopi dalam negeri, barista juga menjadi penyalur informasi bagi proses pembuatan kopi berkualitas baik.
"Semua sedang melihat Asia dan Indonesia sebagai pasar kopi yang sangat terbuka. Padahal Indonesia menghasilkan kopi arabika yang unik dan dikenal oleh dunia," katanya.
Untuk itu, lanjutnya, Indonesia harus bisa menangkap peluang itu dengan meningkatkan kemampuan para barista agar kopi menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Dampaknya terjadi peningkatan kualitas produksi sekaligus dapat mengedukasi konsumen agar mengapresiasi produk kopi lokal.
Berdasarkan dara SCAI, konsumsi kopi di dalam negeri hanya mencapai 0,8 kilogram hingga 0,9 kilogram per kapita atau di bawah 1 kilogram per kapita setiap tahunnya. Di Brasil, konsumsi kopi mencapai 3 kilogram per kapita per tahun.
Tingkat konsumsi kopi tersebut berbanding terbalik dengan jumlah produksi kopi. Indonesia menjadi penghasil kopi arabika terbaik di dunia dan sebagai penghasil kopi robusta terbaik ke dua dunia setelah Vietnam.
Total produksi kopi Indonesia mencapai 700.000 ton per tahun. Namun, dari jumlah tersebut sebanyak 80% kopi robusta di ekspor dan sebanyak 90% kopi arabika untuk pasar ekspor.
Kopi arabika yang telah mempunyai nama di dunia antara lain kopi Aceh Gayo, kopi Sumatra, kopi Java dari Jawa Timur, Bali dan Flores. Saat ini di Indonesia sedang mengembangkan kopi arabika Papua. Namun, masih terkendala sulitnya infrastruktur Papua untuk memasarkannya.
Pada umumnya, kopi spesial Indonesia memiliki full body dan tingkat keasaman yang relatif rendah. Setiap kawasan dikenal dengan profil cupping-nya yang khas, walaupun dalam satu wilayahpun masih dapat ditemukan keanekaragaman.
Misalnya saja kopi Sumatra dengan aroma yang kuat dan cita rasa kakao, tanah serta tembakau. Kopi Java dengan rasa yang nyaman, heavy body dan rasa akhir yang bertahan serta cita rasa herbal.
Sementara kopi Bali terasa lebih manis dari kopi Indonesia lainnya, dengan cita rasa kacang dan jeruk. Kopi Sulawesi yaitu tingkat kemanisan dan body yang baik, dengan cita rasa rempah yang hangat.
Kopi Flores memiliki rasa heavy body, manis, cita rasa coklat dan tembakau. Kopi Papua terasa heavy body, coklat, tanah, dan finish rempah.
Aroma kopi Indonesia tersebut berbeda karena berbagai alasan. Variabel yang paling berpengaruh adalah jenis tanah, ketinggian permukaan tanah, varietas kopi, metode pengolahan dan penyimpanan. Kombinasi faktor-faktor alam dan manusia tersebut menghasilkan “terroir” khas untuk setiap jenis kopi.
"Hampir semua kopi Indonesia memiliki rasa yang spesial. Semua harga ekspor kopi Indonesia berada pada level premium di atas harga kopi dari Brasil," paparnya.
Oleh sebab itu, profesi seseorang di belakang meja untuk mengolah capucino, expresso, late maupun ice blanded ini diharapkan dapat mempopulerkan kembali kopi lokal. Para barista diharapkan bisa menularkan teknik meracik kopi yang tidak hanya seperti kopi tubruk.(28/yop)