Fashion

Bedah Robotik untuk Meminimalkan Risiko

Miftahul Khoer
Minggu, 14 Juli 2013 - 05:13
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Rasa sakit yang dirasakan hanya sebentar. Saya bisa langsung melakukan aktivitas sehari-hari.

Lulia Bumiardina, seorang ibu asal Jakarta pada tahun lalu mengikuti program untuk memiliki dua anak. Dia pun memeriksakan dirinya ke dokter sebuah rumah sakit di Jakarta. Namun, setelah diperiksa rahimnya, ternyata terdapat cairan infeksi di saluran tuba atau yang biasa disebut hidrosalping.

Perempuan berusia 35 tahun itu tak ingin penyakit yang terdeteksi tersebut menyebar. Dia lalu bergegas melakukan
laparoskopi atau bedah invasif menggunakan alat-alat canggih.

”Operasinya hanya menghabiskan waktu 3 jam. Sementara rawat inap hanya sekitar 3 hari. Dan kebetulan saya membayar cukup murah sebesar Rp10 juta karena sisanya ditanggung asuransi,” ujarnya di sela-sela seminar tentang bedah robotik di RS Bunda, Jakarta belum lama ini.

Lain lagi dengan Cut Yunita, perempuan yang tinggal di Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Pada 2009, dia sempat dioperasi
miom atau tumor pada dinding rahim.

Perempuan berusia 47 tahun itu trauma setelah mengalami operasi manual. ”Setelah dioperasi bedah robotik pada
2012, rasa sakit yang dirasakan hanya sebentar. Saya bisa langsung melakukan aktivitas sehari-hari. Bekas operasinya pun cenderung tidak kelihatan,” ujarnya.

Namun, biaya operasi menggunakan mesin robotik ini memang cukup mahal. Di RS Bunda Jakarta, misalnya, biaya yang
ditawarkan sekitar Rp80 juta—Rp100 juta.

Akan tetapi, biaya tersebut cenderung lebih murah dibandingkan dengan Singapura atau Malaysia yang bisa menghabiskan Rp150 juta—Rp250 juta.

Ivan R. Sini, Direktur Pengembangan Produk dan Teknologi PT Bundamedik mengatakan di dunia kedokteran, penggunaan mesin bedah robotik memang sudah cukup menjadi tren. Mesin bedah robotik yang tersebar di seluruh dunia berjumlah sekitar 3.400 unit.

Menurutnya, sejak diperkenalkan awal 2012, teknologi bedah tersebut sudah banyak diminati oleh sejumlah pasien di
Indonesia. Selain risiko pembedahan minim, hasil yang sudah diperoleh pun cukup berhasil.

”Sedikitnya sudah 50 kasus pertama yang telah ditangani oleh tim dokter Armis [advance robotic and minimally invasive
surgery] dengan sukses,” katanya.

Adapun, beberapa kasus pertama bedah robotik yang telah berhasil tersebut antara lain operasi prostat sebanyak dua kasus, operasi rahim dan kandungan 47 kasus dan operasi saluran kemih dan gastrointestinal (saluran pencernaan ) satu kasus.

Ivan, yang juga tim dokter Armis menuturkan pihaknya merasa tertantang untuk melakukan operasi bedah lainnya.
Rumah Sakit Bunda, Jakarta, sambungnya yang menjadi salah satu pelopor penggunaan mesin robotik akan melakukan operasi kasus-kasus kompleks lainnya seperti kanker usus, kanker thyroid, bedah jantung, syaraf, dan bedah anak.

Kehadiran mesin bedah robotik di Indonesia memberikan dampak positif tersendiri bagi perkembangan medis Tanah
Air. Berdasarkan pengalaman, aplikasi bedah robotik cukup terbukti efektif dan memberikan keuntungan bagi pasien.
Mesin bedah robotik juga diyakini mampu mengurangi luka bagi pasien.

Selain itu bisa juga memberikan ketepatan dan akurasi dalam operasi karena sudah terdigitalisasi dengan komputer. Hal ini memberikan perubahan paradigma terhadap operasi yang menakutkan bagi pasien. Keuntungan lainnya, adalah
meminimalisasi pendarahan dan menghilangkan trauma pascaoperasi.

Penulis : Miftahul Khoer
Editor : Sepudin Zuhri
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro