Salah satu karya lukisan Sochieb/Melacak jejak tembok kota SOERABAIA-yus
Show

Indonesia Kini Kekurangan Pelukis Perang

Miftahul Khoer
Sabtu, 9 November 2013 - 12:27
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Dalam sejarah lukis Indonesia, nama Mohamad Toha mungkin menjadi satu dari sekian pelukis pemberani.

Betapa tidak, dalam usianya yang masih 11 tahun, dia dengan gagahnya berada langsung di medan peperangan, dalam letusan dan desingan senjata pada masa peperangan Indonesia melawan penjajah Belanda.

Toha menyamar menjadi pedagang rokok cilik dalam sebuah penyerangan Belanda di Yogyakarta pada Desember 1948. Dia membawa peralatan lukis seperti pensil dan kertas yang disembunyikan dalam dus rokok.

Aksi Toha ini tak lain adalah dari dukungan sang guru lukis terkenal, Dullah. Toha dengan cerdiknya merekam aksi peperangan yang diabadikan dalam goresan lukisnya dengan medium sederhana.

Karyanya hingga kini menjadi fenomena sejarah yang disegani hingga ke pelosok dunia. Toha cilik diklaim sebagai pelukis revolusi. Atau jika dalam dunia jurnalistik ada istilah wartawan perang, Toha bisa disebut sebagai pelukis perang.

Pelukis perang di Indonesia sebetulnya cukup mewarnai pada masa revolusi. Sebut saja misalnya pelukis kesohor Dullah, yang diklaim menjadi bapak pelukis perang Indonesia. Ada juga Hendra Gunawan, Sudarso, Sudjana Kerton, Barli dan lainnya.

Dari Dullah, muncul beberapa murid yang melanjutkan goresan lukisan bertema perangnya seperti Kok Poo, Hadi Pranoto, Zaenal, Awiki, Chi Utari dan Suharko.

Kurator lukisan Agus Dermawan T mengamini jika pada masa revolusi sebelum Indonesia merdeka, cukup banyak pelukis yang fokus menghasilkan tema peperangan.

Tetapi, kondisi mulai berubah ketika Indonesia sudah tidak lagi bergejolak. Setelah Indonesia merdeka. “Setelah Dullah meninggal, para muridnya ini tidak lagi mencipta lukisan bertema peperangan,” katanya kepada Bisnis.

Agus menilai ketika para pelukis seperti Toha yang berkarya langsung di medan perang hanya terstimulasi dari Dullah semata. Para pelukis cilik ini hanya mengikuti instruksi selama Dullah aktif. Padahal Dullah sendiri sampai akhir hayatnya konsisten menghasilkan lukisan bertema revolusi.

“Tetapi bukan kesalahan Dullah sebetulnya, Dullah hanya belum sempat menanamkan jiwa perang kepada anak buahnya. Kalau ditanamkan betul saya kira mereka [para muridnya] sampai kapan pun akan tergerak untuk merekonstruksi lukisan revolusi,” paparnya.

 Krisis generasi penerus

 Agus menyayangkan, selepas Dullah tiada, para muridnya tidak melanjutkan impian sang guru untuk terus berkarya tentang semangat revolusi dalam lukisan peperangan. Padahal, Dullah sendiri menginginkan anak didiknya meneruskan cita-cita luhurnya sebagai pelukis yang menggambarkan semangat Indonesia. Mereka, para muridnya lebih memilih jalur melukis sendiri-sendiri. Melukis sesuai keinginan pribadi seperti pemandangan, manusia dan lainnya.

Pada periode 1980-an, muncul satu pelukis yang melulu melukis tentang pertempuran 10 November 1945 di Surabaya bernama M. Sochieb. Pelukis asal Surabaya ini banyak menorehkan tintanya dengan tema pertempuran hasil rekonstruksi sejarah pertempuran.

Di sini, posisi Sochieb bukan sebagai pelaku yang terjun langsung dalam perang. Meskipun dalam penilaian kurator lukisan Mikke Susanto, karya-karya Sochieb cenderung kaku dan memaksakan.

“Mungkin karena pengaruh Sochieb yang tidak terlibat langsung, sehingga anatomi dalam lukisan terkesan ada masalah,” ujar Mikke.

Namun, pandangan Agus Dermawan, kehadiran Sochieb harus terus dilanjutkan sebagai aset budaya asli Indonesia. Dia bahkan meminta kepada pemerintah memfasilitasi para pelukis untuk berkarya tentang lukisan peperangan.

“Saya justru inginnya pemerintah membuat khusus Museum Revolusi yang memuat karya seni baik lukisan, patung dan karya lainnya. Tetapi kenyataannya, jangan memfasilitasi, beberapa lukisan saja hilang,” paparnya.

Penulis : Miftahul Khoer
Editor : Yusran Yunus
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro