Fashion

Efektifkah Cuci Sperma Untuk Tanggulangi HIV/AIDS?

Deliana Pradhita Sari
Senin, 2 Desember 2013 - 18:17
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA-- Hingga saat ini, pengobatan yang gencar dipromosikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menanggulangi HIV/AIDS adalah anti-retroviral (ARV). Obat berbentuk tablet ini diberikan gratis oleh pihak Kemenkes.

“Yang kami lakukan saat ini adalah memasok ARV ke 33 dinas kesehatan provinsi yang kemudian mereka akan menyebarkan secara merata di rumah sakit kabupaten atau provinsi,” kata Margarita Meta, Subdit AIDS & PMS Ditjen PP&PL Kemenkes RI kepada Bisnis belum lama ini.

Dia menambahkan ketersediaan ARV akan selalu ada meskipun diberikan secara cuma-cuma. ARV distok berdasarkan permintaan dari tiap-tiap provinsi yang disesuaikan  dengan jumlah penderita tiap kabupaten atau kota.

Selain itu, Kemenkes juga menggalakkan penyuluhan ke pelbagai daerah di Indonesia tentang bahaya HIV/AIDS dan cara-cara pencegahannya.

“Untuk pengobatan, kami masih fokus dengan konsep ARV, belum ada penggodokan mengenai sistem cuci sperma,” katanya.

Dia tidak banyak bicara mengenai teknik baru tersebut yang diklaim mampu menghilangkan virus HIV pada sperma dengan cara dicuci, dihilangkan virusnya. Sehingga para pria dapat dengan aman berhubungan badan dengan sang istri tanpa menularkan virus yang mampu bertransmisi melalui cairan sperma yang masuk ke vagina wanita.

“Karena kami belum mendengar tentang cuci sperma, jadi kami belum melakukan penggodokan terhadap teknik tersebut,” katanya.

Setali dua uang dengan Margarita, Kemal juga mengungkapkan hal serupa. Dirinya menilai cuci sperma mungkin bisa berhasil jika dicoba terlebih dahulu. Namun hal itu dipandang susah.

“Cuci sperma merupakan teknik yang mikroskopik, harus memisahkan antara sperma dan mani, harus bekerja dengan hal-hal renik di alam yang kecil, jadi prosedurnya akan susah sekali dan akan memakan biaya yang amat besar,” katanya.

Yang paling bagus, tambahnya, adalah upaya pencegahan bagaimana agar terhindar dari virus HIV dengan 4 pilar fokus, yaitu peningkatan peran positif pemangku kepentingan, komunikasi perubahan perilaku dengan penyampaian materi dan pemeriksaan Infeksi Menular Seksual (IMS) sejak dini, menejemen pasokan kondom dan pelicin bagi orang yang melakukan hubungan seksual berisiko dan terakhir adalah penanganan IMS.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro