Deliana Pradhita Sari
Bisnis.com, JAKARTA--Data-data yang diringkas oleh Kementerian Kesehatan menyebutkan, sejak ditemukannya penyakit HIV/AIDS (Human Immunedeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) sejak 1987, jumlah pengidap penyakit tersebut selalu mengalami kenaikan per tahunnya sebanyak 2,3%.
Hingga juni 2013 kasus HIV/AIDS mencetak angka 43.000 dengan kasus tertinggi terjadi di Jakarta yang menginjak angka 24.807. Setelah itu daerah lainnya yang berkontribusi terhadap kenaikan jumlah ini adalah Papua, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Banten dan Riau.
Sebanyak 78,4% dari jumlah tersebut disebabkan oleh transmisi heteroseksual yang tidak aman, disusul dengan penggunaan jarum suntik tidak steril (14,1%), dari ibu positif HIV/AIDS ke anaknya (4,1%) dan LSL atau Lelaki Seks Lelaki (homoseksual) sebanyak 2,5%.
“Kelompok rentan penderita atau HIV/AIDS adalah usia produktif, 25 tahun hingga 30 tahun,” ujar Kemal Siregar, Sekretaris Komisi Penaggulangan Aids (KPAN) kepada Bisnis belum lama ini.
Dia juga menambahkan, kebanyakan penderita merupakan Mobile man with money in macho environment atau sering disebut dengan 3M+1M. Yang termasuk ke dalam golongan 3M+1M adalah para pria yang merupakan pekerja migran antara lain polisi, tentara yang bertugas dinas di luar kota yang melakukan hubungan seksual berisiko.
Mereka merupakan pihak yang seringkali menularkan penyakit mereka kepada istri-istri mereka di rumah. Dan tak ayal, para istri yang positif terkena virus HIV mampu menularkan kepada anak-anaknya melalui proses melahirkan lewat vagina dan menyusui bayinya dengan Air Susu Ibu (ASI).
“Penularan dari ibu ke bayi (Mother-to-Child Transmission) berkisar hingga 30%, artinya setiap 10 kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan ada 3 bayi yang lahir dengan HIV positif,” ujarnya.