/Ilustrasi/Bisnis.com
Fashion

Cegah dan Deteksi Dini Kanker Payudara, Begini Cara Mudahnya

Deliana Pradhita Sari
Kamis, 27 Februari 2014 - 12:56
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Bekerja keras itu perlu, tetapi hiburan juga dibutuhkan. Hal itulah yang tidak dapat dilakukan oleh penggagas yayasan peduli kanker payudara Pink Shimmerinc Dinda Nawang Wulan (38 tahun).

Bekerja habis-habisan pada sebuah Law Firm pada 2005, membuatnya tidak ada waktu untuk menikmati hidup. Dia bekerja ekstra hingga larut malam, sehingga membuatnya stress karena berpikir terlalu berat. Terlebih lagi, demi sebuah kepraktisan, dia sering memesan makanan cepat saji untuk dikonsumsinya setiap hari.

Efek samping yang timbul melalui pola rutin Dinda tersebut adalah ditemukannya sebuah benjolan di payudara sebelah kanan ketika dia meraba-raba dengan tangan telanjang.  Pada tahun itu juga dia dideteksi menderita kanker payudara stadium 1 grade 3.

Akhirnya, pada 2006, Dinda beranjak ke Singapura untuk melakukan kemotheraphy, herceptin theraphy, dan operasi rekonstruksi payudara. Operasi tersebut berupa pengangkatan lemak bagian perut untuk dipindahkan ke payudara. Terapi dan operasi yang menelan hingga kisaran Rp1 miliar tersebut berakhir sukses.

“Dengan kisah ini saya menghimbau kepada semua perempuan untuk menyeimbangkan hidup. Hindari kerja tak tahu waktu, sehingga kita jauh-jauh dari yang namanya stress. Untuk para perempuan rajin-rajinlah mengecek payudara, itu hal paling utama untuk mencegah kanker payudara,” katanya kepada Bisnis..

Kanker payudara (KPD) merupakan penyebab kematian kedua pada perempuan setelah kanker leher rahim. Golongan terbanyak penderita KPD adalah perempuan berusia 40-50 tahun.

Penyebab dari KPD 10% adalah karena faktor genetik atau riwayat keluarga. Kontribusi terbesar disumbangkan oleh lingkungan dan gaya hidup terutama makanan.

Tanda-tanda pengidap kanker payudara antara lain, teraba benjolan tidak jelas di area payudara, payudara menjadi tidak simetris, cairan atau darah keluar dari puting susu, puting tertarik ke dalam, penebalan atau perubahan kulit payudara seperti kulit jeruk dan pembesaran kelenjar betah bening di ketiak.

“Kanker payudara datang tidak pakai ketok pintu dulu, tanpa gejala langsung menyerang, yang kita perlukan adalah waspada sebelum tanda-tanda KPD terasa,” kata Dr. Nina Supit, SpRad pada acara Workshop Peduli Perempuan Indonesia di Rumah Sakit Mayapada, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Waspada yang dimaksud disini adalah kesadaran perempuan untuk melakukan SADARI (perikSA payuDAra sendiRI). Sejumlah 75-85% tumor pada payudara ditemukan pada saat melakukan SADARI.

SADARI dilakukan dengan telanjang dada di depan cermin. Angkat tangan ke atas dan perhatikan bentuk payudara simetris atau tidak. Setelah itu pijat perlahan payudara memutar berlawanan dengan arah jarum jam. Pijat area di bawah ketiak dan pijat memutar bagian putting.

Langkah kedua setelah SADARI, terangnya, yaitu penderita melakukan mamografi. Mamografi merupakan sarana diagnostik unggulan untuk deteksi kanker payudara dengan sensitivitas 65-95% dan tingkat akurasi 75-90%.

“Namun mamografi hanya boleh digunakan pada perempuan berusia di atas 40 tahun  karena sudah terdapat banyak jaringan lemak pada payudara sehingga tumor sekecil apapun dapat terlihat. Perempuan di bawah usia 40 tahun sebaiknya melakukan Ultrasonografi (USG),” paparnya.

Pilihan terakhir untuk melakukan deteksi KPD adalah dengan teknik Magnetic Resonance Imaging (MRI). Namun teknik ini dibutuhkan biaya yang sangat mahal.

Jika deteksi SADARI, mamografi dan MRI menggambarkan hasil negatif KPD, maka yang perlu dilakukan oleh umat perempuan adalah metode pencegahan.

“Kandungan utama makanan yang harus dijauhi adalah lemak. Konsumsi tinggi lemak meningkatkan risiko KPD. Di negara yang konsumsi lemak perkapita tinggi, maka tingkat kematian juga tinggi. Pola konsumsi diet rendah lemak harus selalu digalakkan,” kata Nutritionist RS Mayapada dr. Ekky M. Rahardja, MS, Sp. GK pada kesempatan yang sama.

Dia menghimbau untuk mengurangi konsumsi daging merah yang dipanggang dengan arang (charbroiled) atau digoreng dan dimasak terlalu matang. Hindari juga mengonsumsi sate yang membuat daging bersentuhan langsung dengan arang.

“Daging merah hendaknya direbus, disangrai atau dimasak dengan teknik slow cooker dan sebaiknya hindari daging olahan,” tambahnya.

Sayur-sayuran terutama kategori cruciferous dan flavonol diyakini protektif terhadap KPD. Sayuran cruciferous banyak terkandung dalam taoge, kol, brokoli dan lobak. Sedangkan flavonol terkandung dalam bawang, cherries, brokoli, tomat, anggur merah dan berries.

Selain itu, tambahnya, mengkonsumsi teh juga efektif mencegah KPD. Teh yang banyak megandung antioksidan adalah black tea, green tea, white tea atau pucuk daun teh dan teh oolong fermentasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nurbaiti
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro