Bisnis.com, JAKARTA - Penggunaan gadget dalam waktu lama dan terlalu sering bisa memicu timbulnya penyakit stoke, terutama di kalangan remaja.
Herminto Gideon, Pengajar Program Okupasi Terapi Vokasi Univeristas Indonesia, mengatakan remaja yang sangat aktif menggunakan jari-jarinya untuk bermain hape atau gadget, berpotensi mengalami penyumbatan dan pecahnya pembuluh darah, karena kurangnya aktifitas produktif.
“Kejadian stroke semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Namun, karena perubahan gaya hidup, pada remaja juga sudah ditemukan beberapa kasus stroke yang diakibatkan oleh gaya hidup sedentary, seperti aktifitas penggunaan gadget,” ujarnya, melalui keterangan resmi, Senin (10/3/2014).
Dalam kuliah umum yang diadakan Program Studi Vokasi Universitas Indonesia ini, Herminto menyebutkan faktor risiko penyebab stroke yang mudah dan sangat penting untuk dikendalikan adalah hipertensi.
"Sebanyak 40% kasus stroke adalah seseorang dengan sistole lebih dari 140 mm Hg,” katanya.
Sementara itu, Bambang Kuncoro, Ketua Umum Ikatan Okupasi Terapis Indonesia, menjelaskan stroke adalah penyakit kardiovaskuler yang terjadi akibat gagalnya suplai oksigen ke sel-sel otak, yang berisiko terhadap kerusakan iskemik, dan dapat menyebabkan kematian.
Stroke, katanya, merupakan penyakit penyebab kematian ketiga setelah kardiovaskuler dan kanker. Diperkirakan 550.000 kasus baru setiap tahun, dimana penyakit ini juga berdampak terhadap ekonomi secara langsung (kesehatan), maupun tidak langsung.
Selanjutnya, Herminto mengatakan okupasi terapi merupakan sebuah metode rehabilitasi baru, yang bekerja secara komprehensif, mengembalikan kehidupan penderita stroke hampir 80%.
“Melalui okupasi terapi, pasien bukan hanya dibantu untuk melakukan gross motoric seperti pada fisioterapi [aktifitas berjalan]. Tapi, penderita juga bisa kembali mandiri seperti semula, sesuai dengan latar belakang profesi atau hobinya,” ujarnya.
Dia menjelaskan okupasi terapi merupakan profesi kesehatan yang menggunakan pendekatan terpai. Tujuannya mendorong pasien yang dependent (tergantung) menjadi independent (mandiri), seperti kembali menyetir dan sebagainya.